23. Dia Dewasa

4K 516 56
                                    


***

Sepanjang perjalanan Khaira hanya diam, membuat suasana yang biasanya ramai sekarang sepi.

Sesampainya di depan sebuah rumah, tanpa menunggu dibukakan pintu mobil, Khaira langsung keluar. Ya, sebenarnya memang tidak pernah dibukakan oleh Bayu. Menyebalkan!

"Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam." Tampaklah wanita paruh baya yang membuka pintu.

Khaira berhambur memeluk Uminya . "Khaira kangen, Mi."

"Umi juga, Nak. Sama siapa ke sini?" tanya Ria.

"Pak Bayu."

Bayu yang baru datang di teras rumah, sedikit membungkukkan tubuhnya. "Mi."

Ria tersenyum ke arah menantunya. "Masuk dulu yuk."

Mereka semua masuk. Khaira masih tak mau lepas dari Uminya.

"Eh, Bayu, kok gak ngabarin mau ke sini?" tanya Raihan yang baru saja hadir di tengah mereka.

"Umi, Abi."

Semua mata tertuju pada Khaira, seakan menanti gadis itu bicara.

"Khaira mau nginep di sini. Boleh, ya? Khaira masih kangen sama semuanya."

"Iya, sayang," kata Ria lembut.

Suara Adzan mengalun indah, menandakan waktu sholat maghrib tiba.

"Bay, otw," tutur Raihan.

Dahi Bayu berkerut menatap Raihan. "Kemana, Bi?"

"Mesjidlah. Kita goncengan pake motor modif Abi."

"Hah! Abi anak motor?"

"Dulu, tapi semenjak nikah sama Umi Khaira jadi udah pensiun," ucap Raihan sedikit berbisik, tapi masih dapat didengar oleh semuanya.

Ria mencubit perut Raihan gemas. "Abi!"

"Hehe, apa Umi?"

"Buruan berangkat Bi."

"Siap laksanakan Mi. Ayo Bay, kamu yang goncang, ya."

"Iya Bi."

***

Setelah sholat Bayu dan Raihan pulang ke rumah.

Bayu langsung menuju kamar Khaira, tanpa permisi ia main masuk saja.

Sedetik kemudian Bayu tertegun. Dia melihat Khaira tengah menyisir rambut di depan cermin. Cantik, hanya itu yang ada di pikiran Bayu.

Mata Khaira terbelalak. "Bapak?!" Dia sedikit gelagapan untuk mencari sesuatu yang bisa dijadikan penutup kepala.

"Gapapa, udah halal juga." Bayu berbaring di ranjang Khaira. Matanya menelusuri ruangan yang tengah di tempatinya ini. "Suka banget, ya, sama pink?"

"Suka," jawab Khaira seadanya.

"Masih marah?"

"Khaira gak marah."

"Kenapa cuek?"

"Bapak ini gimana sih, Khaira cerewet disuruh diem, giliran gak banyak omong ditanyain." Bibir Khaira sudah manyun.

Bayu tersenyum tipis sampai membuat Khaira menatap tak percaya. Tampan sekali kalau lelaki itu tersenyum.

"Bapak kenapa, sih, tumben senyum?"

"Kamu lucu."

Khaira mengalihkan pandangannya untuk menyembunyikan pipi yang sudah merona.

"Pak--"

CEREWET VS CUEK [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang