10. Strong Bond

5.3K 636 43
                                    

(Listen to your favourite sad songs for better experience!>< Long chapter ahead!)

Seokjin memejamkan mata dan bersandar di jendela taksi yang ditumpanginya. Perlahan ia membuka mata dan melihat pemandangan. Ia menghela napas dan tersenyum kecil. Sudah lebih dari tiga tahun ia tinggal di Seoul. Tentu saja ia akan merindukannya. Betapa bersinarnya, ramainya dan sibuknya kota ini.

Seokjin menoleh pada Taehyung yang sudah lebih dulu menatapnya. Taehyung tersenyum kecil dan meraih tangan Seokjin, menggenggamnya dengan erat.

"Tenang saja, Seokjin. Semua akan baik-baik saja."

Seokjin melipat bibir dan memaksakan senyum. Taehyung menghela napas dan tersenyum, mengusap tangan Seokjin yang sedang digenggamnya dengan ibu jarinya. Seokjin berkata lirih.

"Ya, semua akan baik-baik saja.."

-

Namjoon mengerang di ranjangnya. Lagi-lagi serigala dalam dirinya melolong sedih dan gelisah. Namjoon bangkit dan meraih segelas air. Ia menenggaknya sampai habis dan menghela napas.

Ada apa sebenarnya? Mengapa serigala dalam dirinya bertingkah seperti ini, seolah-olah ia akan kehilangan sesuatu?

Namjoon bisa merasakan sedih dan duka yang dirasakan oleh serigala dalam dirinya. Namun, ia tak tahu mengapa demikian. Namjoon tidak merasa kehilangan apapun.

Namun mengapa serigalanya merasa demikian?

Namjoon melirik arlojinya. Pukul 11 malam. Ia harus tidur, atau setidaknya memejamkan matanya sejenak. Ketika ia hendak membaringkan tubuhnya di ranjang, tiba-tiba serigalanya melolong sedih dan memaksanya untuk bangun. Serigalanya memaksa Namjoon untuk pergi ke suatu tempat. Ia pasrah dan mengikuti insting serigalanya. Ia segera menyambar kunci mobil, ponsel, dompet dan mantelnya. Dengan cepat ia keluar dari apartemen dan menuju mobilnya.

-

Seokjin melirik arlojinya yang menunjukkan pukul 11 malam. Ia menghela napas dan meluruskan kakinya. Sebentar lagi kereta yang ditumpanginya akan berangkat ke Gwacheon. Seokjin melipat bibirnya dan memejamkan mata, berusaha menenangkan dirinya sendiri.

Tiba-tiba Namjoon terbersit dalam pikirannya. Seokjin menghela napas seraya mengelus perutnya dengan lembut. Ini adalah pilihannya. Seokjin telah memantapkan hatinya untuk mempertahankan anak dalam kandungannya dan tidak memberitahu Namjoon. Seokjin tak mungkin datang padanya dan berkata bahwa ia mengandung anak Namjoon, setelah apa yang Namjoon lakukan padanya. Tidak, ia tidak ingin hal itu terjadi. Seokjin tidak ingin dipermalukan lagi. Lagi pula, Namjoon takkan percaya pada Seokjin, bukan? Bayangkan saja, seseorang yang kau permalukan di depan umum tiba-tiba datang padamu dan berkata bahwa ia mengandung anakmu? Seokjin hanya akan dianggap gila oleh Namjoon.

Tidak, Seokjin tidak akan memberitahu Namjoon. Tidak akan pernah.

Biarlah Namjoon hidup seperti biasa. Biarlah Namjoon menjalani kehidupannya dengan tenang dan tanpa gangguan. Seokjin trauma, ia tidak ingin berhubungan lagi dengan Namjoon. Ya, Namjoon telah membuatnya trauma dan mempunyai trust issues. Biarlah Seokjin mengurus anaknya sendiri, membiayainya, mencintainya sepenuh hati. Cukup Seokjin, Taehyung dan keluarganya nanti yang tahu. Namjoon tidak perlu tahu.

Itu lebih baik, bukan?

Tiba-tiba terdengar pengumuman bahwa kereta menuju Gwacheon yang ditumpanginya akan segera berangkat.

-

"Stasiun kereta..?"

Namjoon menggumam pelan. Ia segera memarkirkan mobilnya dengan kasar dan segera keluar. Ia berlari dan mengikuti insting serigalanya. Ia berlari lagi, tak peduli dengan orang-orang yang mulai risih dengan Namjoon karena ia berlari-lari di stasiun kereta. Lagi pula, ia juga bingung mengapa ia berada di stasiun kereta sekarang.

The BetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang