15. It's Only The Beginning

5.1K 624 85
                                    

Seokjin mengaduk kopinya tak bertenaga seraya menopang dagunya dengan tangan kanannya. Taehyung yang baru selesai mengantar Soobin tidur perlahan duduk di hadapannya dan mengelus kepalanya dengan lembut. Ia tersenyum kecil.

"Bagaimana wawancaranya, hm?"

Seokjin tidak menjawab dan terus mengaduk kopinya dengan pandangan kosong. Taehyung bergidik ngeri melihatnya dan berusaha menyadarkan lamunan Seokjin. Ia melambaikan tangannya di hadapan Seokjin seraya menjentikkan jarinya.

"Seokjin? Hei, berhenti melamun."

"Aku bertemu dengannya."

Taehyung terdiam. Ia memerhatikan Seokjin yang masih dengan pandangan kosongnya. Ia berdeham dan meremas bahunya.

"Bertemu dengan siapa?"

"Kim Namjoon."

Taehyung terkesiap dan menutup mulutnya tak percaya. Seokjin menutup wajahnya dan mulai terisak. Taehyung dengan sigap memeluknya dan menenangkannya seraya mengusap punggungnya.

"Dia.. aku bertemu dengannya.."

"Bagaimana bisa?"

"Dia.. adalah CEO perusahaan itu.. aku melamar pekerjaan ke perusahaannya.. hiks.. perusahaan itu miliknya.."

Taehyung menghela napas berat dan memeluknya kian erat karena tangis Seokjin semakin keras. Ia menggigit bibir bawahnya dan mengutuk dirinya sendiri. Seharusnya ia lebih teliti dalam mencari lowongan pekerjaan tersebut. Tidak, ia tidak ingin Seokjin kembali bertemu dengan Namjoon.

Tiba-tiba terdengar bunyi ponsel berdering. Seokjin melepas pelukannya dan meraih ponselnya. Ia mengernyitkan dahi ketika melihat nomor tak dikenal meneleponnya. Seokjin berdeham sejenak untuk mengembalikan suaranya sebelum menjawab telepon tersebut.

"Halo?"

"Selamat malam, apakah ini Kim Seokjin?"

"Benar."

"Saya Min Hoseok dari Kim Company. Selamat, Anda telah diterima bekerja menjadi sekretaris Tuan Kim Namjoon. Besok datang pukul delapan pagi untuk mulai bekerja. Pakai pakaian formal seperti biasa. Apa ada yang kurang jelas?"

Seokjin seketika terdiam. Apa yang baru saja ia dengar? Ia diterima bekerja sebagai sekretaris Namjoon? Mimpi buruk macam apa ini? Tidak, ia tidak mau menjadi sekretaris Namjoon. Seokjin ingin menghindari Namjoon, bukan? Tentu saja ia tidak bisa menghindarinya jika ia menjadi sekretarisnya.

Seokjin tergoda untuk menolak dan mengundurkan diri pada saat itu juga. Namun tiba-tiba ia teringat Soobin. Ia mencari pekerjaan yang layak seperti ini semua demi Soobin. Lagi pula, gaji yang ditawarkan perusahaan Namjoon itu sudah lebih dari cukup. Jika ia menolak pekerjaan ini, ia harus mencari pekerjaan lagi yang mungkin lebih sulit ataupun gajinya lebih sedikit dari ini. Sesungguhnya ini adalah kesempatan emas, jika saja ia bukan menjadi sekretaris Namjoon.

Apa yang harus ia lakukan?

Seokjin mengepalkan tangan dan menghela napas. Tubuhnya menegak dan ia menjawab dengan mantap.

"Terima kasih atas kesempatannya. Saya akan tiba besok jam delapan pagi."

"Baiklah. Selamat malam."

Perlahan Seokjin menurunkan ponsel dari telinganya. Taehyung yang sedari tadi hanya mendengar dalam diam itu mengangkat sebelah alisnya, tak mengerti dengan sikap Seokjin.

"Mengapa kau terima pekerjaannya? Bukankah kau ingin menghindari Namjoon?"

"Ini adalah sebuah kesempatan emas, Taehyung. Aku langsung diterima bekerja dan gajinya lebih dari cukup untuk membiayai hidupku dan Soobin. Jika aku menolaknya, mungkin saja nanti aku sulit mendapat pekerjaan lain. Aku tahu ini sangat berat, tapi ini semua demi Soobin."

The BetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang