23. Cruel

5K 617 74
                                    

Namjoon merebahkan tubuhnya di ranjang dan menghela napas panjang. Ia memejamkan mata dan tangan kanannya memijit pelipisnya. Kepalanya terasa sakit dan dadanya masih sesak. Otaknya terus mereka ulang adegan Seokjin berciuman dengan pria asing itu. Ia mengerang dan menggulingkan tubuhnya ke samping.

Sebenarnya, siapa pria asing itu?

Mungkinkah pria itu adalah suaminya? Tidak, biodata Seokjin mengatakan jika ia belum menikah. Lalu, siapa dia? Kekasihnya?

Mungkin saja.

Seokjin dan pria asing itu berciuman begitu lembut. Pasti keduanya memiliki hubungan spesial. Pria asing itu juga mengenal Soobin, bahkan mereka pergi bertiga dan berbelanja bersama. Soobin juga terlihat sangat dekat dengan pria asing tersebut.

Namjoon membayangkan Seokjin yang berkencan dengan pria asing itu. Ia membayangkan pria asing itu mencumbunya, memegang tangannya, memeluknya. Seketika tangannya mengepal dan keringat mulai bercucuran di dahinya.

Namjoon akui ia cemburu.

Namjoon cemburu pada pria asing itu. Pria asing yang telah berani merebut Seokjin darinya. Pria asing yang telah mengisi hati Seokjin.

Alpha dalam dirinya pun sama. Alpha dalam dirinya marah, cemburu, sedih, sakit hati, kecewa. Semua rasa itu menjadi satu hingga membuatnya bingung dengan perasaannya sendiri. Alpha dalam dirinya merasa telah kehilangan sesuatu, tapi entah apa.

Entahlah, sejak dulu Namjoon tidak pernah bisa mengerti pada alpha dalam dirinya itu. Alpha dalam dirinya selalu bertentangan dengan dirinya sendiri dan ini sungguh sulit untuk dimengerti.

Namjoon menghela napas dan kembali ke posisi awalnya. Ia menengadah, menatap kosong langit-langit kamarnya. Ia melipat bibirnya, berpikir.

Apa yang harus ia lakukan?

Namjoon mengernyitkan dahi dan berdecak. Ah, untuk apa ia memikirkan hal ini? Tentu saja Seokjin bukan miliknya. Alpha dalam dirinya membuatnya bingung saja. Tidak, ia tidak boleh merasa sedih.

Siapalah Seokjin baginya?

Seokjin hanya sekretarisnya, tidak lebih. Ia hanya seorang omega yang menjadi sekretarisnya. Itu saja, tidak lebih.

Namjoon menghela napas dan menarik selimut hingga membungkus tubuhnya. Ia berdoa dan berusaha menyingkirkan Seokjin dari pikirannya.

Ya, ia hanyalah seorang Kim Seokjin, sekretarisnya. Tidak lebih. Mengapa Namjoon harus merasa sakit hati ketika melihatnya berciuman dengan pria lain?

-

Seokjin dan Taehyung melepas pagutan mereka. Keduanya menunduk seraya menarik napas dalam-dalam dan menghapus air mata yang telah membasahi pipi keduanya. Setelah mereka berhasil mengatur napasnya dan menghapus air mata, keduanya saling tatap. Taehyung terkekeh pelan.

"What was that?"

"Um.. our last kiss, I guess?"

Taehyung kembali terkekeh pelan dan mengusap bibirnya. Ia tersenyum lembut pada Seokjin.

"Best kiss I've ever had."

Seokjin hanya tersenyum mendengar jawaban Taehyung. Taehyung kembali terkekeh pelan dan memasukkan kedua tangan ke saki baju hangatnya.

"Kembalilah ke dalam dan tidur, Seokjin. Kau pasti lelah."

"Kau juga, Taehyung. Hati-hati di jalan, jangan membahayakan dirimu sendiri. Begitu kau sampai di apartemenmu, segeralah tidur."

"Siap, kapten."

Keduanya terkekeh. Taehyung melambaikan tangannya pada Seokjin kemudian berbalik dan memasuki lift. Mata Taehyung dan Seokjin bertemu. Seketika keduanya tersenyum tipis dan pintu lift perlahan tertutup, memisahkan keduanya.

The BetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang