13. He Knew

4.8K 587 38
                                    

Soobin menggandeng tangan ayahnya seraya meremas Mr. Bunny di tangan lainnya. Ia mendongak dan melihat banyak gedung tinggi di sekitarnya. Mata bulatnya menatap takjub gedung-gedung tinggi itu.

"Kita ada di mana, Mr. Bunny?"

Seokjin yang mendengar Soobin berbisik pada boneka kelinci kesayangannya itu tersenyum lembut. Ia berbisik di telinga Soobin.

"Kita di Seoul, Soobinnie!"

Soobin terkesiap dan menutup mulutnya karena kaget. Seokjin tertawa dan mencium pucuk kepala Soobin dengan sayang.

"Kita pindah ke Seoul, sayang. Ayo, kita ke apartemen baru kita."

Soobin mengangguk patuh dan berjalan pelan mengikuti ayahnya. Mereka tiba di depan sebuah pintu dan masuk ke dalam. Apartemen mereka memang lebih kecil dari sebelumnya di Gwacheon, namun tetap hangat dan nyaman. Tidak terdapat banyak barang, sehingga terlihat lebih rapi dan luas.

"Apa kau suka dengan apartemen baru kita, Soobin?"

Soobin mengangguk mengiyakan dan meremas Mr. Bunny miliknya. Seokjin mengusap punggung Soobin dan tersenyum lembut.

"Baiklah, Soobin. Ayo ganti baju dan kita makan malam bersama. Sebentar lagi Paman Taehyung datang."

Soobin mengangguk dan berlari ke kamarnya. Seokjin menghela napas dan ambruk ke sofa. Ia ingin istirahat sejenak sebelum memasak untuk makan malam. Atau lebih baik ia pesan makanan dari luar saja? Ah, nanti Soobin marah. Soobin tidak terlalu suka makan makanan dari luar, ia lebih memilih masakan ayahnya. Seokjin tersenyum. Mengingat hal itu membuatnya jadi semangat. Ia segera bangkit dan menyiapkan makan malam.

-

"Aku memiliki dua kabar bagus, Seokjin."

Seokjin menyesap teh hangat seraya mengangkat kedua alisnya. Setelah menelan teh hangatnya dengan nikmat, ia menyimpan kembali cangkir tersebut dan menatap Taehyung dengan serius.

"Hm? Apa itu?"

"Aku akan menjadi aktor di film layar lebar!"

Seokjin terkesiap dan bertepuk tangan meriah, saking senangnya. Taehyung tertawa pelan dan menempelkan jari telunjuk di bibirnya, memberi tahu Seokjin agar jangan terlalu ribut.

"Soobin baru saja tidur, Seokjin."

Seokjin langsung menutup mulutnya. Ia memekik pelan dan memeluk Taehyung dengan erat.

"Ah, senangnya! Selamat atas keberhasilanmu, Taehyung! Menjadi aktor adalah impianmu, bukan?"

"Tentu saja. Terima kasih, Seokjin. Kau adalah penyemangatku."

Taehyung memeluk Seokjin erat dan mencium pipinya singkat. Seokjin berdecak pelan tersenyum kecil, yang hanya dibalas cengiran tak bersalah dari Taehyung. Seokjin sudah terbiasa dengan sikap Taehyung yang seperti itu, maka dari itu ia diam saja.

"Film apa itu, kalau boleh tahu?"

"Film dokumenter. Ah, aku sangat senang namun takut juga."

"Kau pasti bisa, Taehyung. Rasa takut pasti ada, tapi aku yakin kau bisa melewatinya dengan sangat baik."

Taehyung tersenyum lembut dan kembali mencium pipi Seokjin singkat. Seokjin tertawa dan mendorong dada Taehyung menjauh.

"Kau ini, selalu saja menciumku! Geli, kau tahu?"

Taehyung hanya bisa terkekeh dan menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Seandainya Seokjin tahu bahwa Taehyung mencintainya. Bukan mencintai sebagai seorang sahabat, namun lebih dari itu. Ah, seandainya Seokjin tahu.

The BetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang