17. Avoiding

5.3K 604 62
                                    

Soobin mengambil tas dan mengeluarkan kotak bekalnya. Karena Soobin nafsu makannya besar seperti ayahnya, maka ia selalu dibekalkan makanan ringan. Perlahan Soobin membuka kotak bekalnya dan ia memekik riang ketika melihat kue cokelat di dalamnya. Dalam hati ia berterima kasih pada ayahnya yang telah membekalkannya kue cokelat. Kemudian ia merogoh tasnya lagi, hendak mencari bekal minumnya. Biasanya jika ia dibekalkan kue cokelat, ayahnya selalu membekalkannya susu cokelat pula. Tiba-tiba senyum Soobin memudar dan ia mengeluarkan seluruh isi tasnya. Tidak, ia tidak menemukan susu cokelatnya. Soobin menggigit bibir bawahnya, berusaha menahan tangis. Namun akhirnya tangisnya pecah juga dan ia terisak pelan.

"Hai, Soobin. Mengapa kau menangis?"

Soobin menengadah dan melihat gurunya, Taeyeon, duduk di sampingnya seraya menghapus air matanya. Soobin terisak lagi.

"Soobin.. hiks.. tidak membawa susu cokelat.. susu cokelatnya tertinggal.."

Taeyeon tersenyum kecil dan memeluknya, berusaha menenangkannya. Ia teringat Seokjin, ayah Soobin, merupakan seorang single parent dan pasti ia sibuk. Mungkin ia lupa untuk menaruh susu cokelat itu ke tas Soobin. Taeyeon menghela napas dan berusaha menenangkan Soobin lagi.

"Mengapa kau membuat Soobin menangis, Ibu Guru?"

Taeyeon menengadah dan melihat Yeonjun, anak didiknya yang lain, melipat tangannya di dada seraya mengeluarkan ekspresi marahnya. Meskipun begitu, ia tetap saja lucu. Taeyeon membulatkan matanya dan tersenyum pada Yeonjun yang telah salah paham padanya.

"Yeonjun, Ibu Guru tidak membuatnya menangis. Susu cokelat Soobin tertinggal sehingga ia sedih hingga menangis."

Yeonjun membulatkan matanya. Ia buru-buru pergi dan merogoh tasnya. Tak lama kemudian ia mengeluarkan sekotak susu cokelat. Ia berlari kembali menghampiri Taeyeon dan Soobin.

"Aku punya susu cokelat! Susu cokelat ini untuk Soobin saja."

"Eh? Yeonjun ingin memberi susu cokelatnya pada Soobin?"

Yeonjun mengangguk mantap dan menyodorkan susu cokelatnya pada Soobin. Soobin perlahan menengadah dan melihat Yeonjun menyodorkan susu cokelatnya. Soobin semakin merapatkan pelukannya pada Taeyeon seraya terisak lagi.

"Ah, Yeonjun baik sekali! Lihat Soobin, Yeonjun memberikan susu cokelatnya kepadamu."

Soobin menatap Yeonjun yang tersenyum lebar padanya. Soobin menggigit bibir bawahnya seraya menerima susu cokelat dari Yeonjun.

"T-Terima kasih, Yeonjun.."

Yeonjun tersenyum lebar dan mengangguk senang. Perlahan Soobin melepas pelukannya dari Taeyeon. Ia terus menunduk malu, tak berani melihat Yeonjun. Taeyeon tertawa dan mengelus kepala Yeonjun bangga.

"Ah Yeonjun baik sekali! Ibu Guru sangat bangga padamu, Yeonjun."

Yeonjun tersenyum senang. Taeyeon mengelus kepala keduanya dan meninggalkan mereka berdua. Yeonjun baru saja hendak pergi namun tiba-tiba tangannya ditahan oleh Soobin.

"Yeonjun.. m-maukah kau mencicipi kue cokelat milikku?"

Yeonjun membulatkan matanya dan tersenyum senang. Ia mengangguk antusias.

"Tentu saja! Tunggu sebentar, aku akan mengambil kotak bekalku. Hari ini aku dibekalkan cupcake!"

Yeonjun berlari mengambil kotak bekalnya dan duduk di samping Soobin. Soobin memberikan sepotong kue cokelat untuk Yeonjun dan ia segera melahapnya. Matanya melotot dan ia bertepuk tangan riang.

"Lezat sekali! Ini kue cokelat terlezat yang pernah kumakan! Ah, terima kasih! Kau beli di mana, Soobin?"

"Benarkah? Papaku yang membuatnya. Papa sangat suka memasak! Masakannya selalu lezat!"

The BetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang