37. Sweetness

6.1K 632 47
                                    

Taehyung menghentikan mobilnya tepat di depan apartemen Jungkook. Jungkook yang sedang tertawa itu pun sontak menghentikan tawanya dan menoleh ke luar jendela. Ia baru sadar bahwa kini mereka sudah sampai di apartemennya.

"Oh, astaga! Sudah sampai ternyata. Tidak terasa!"

Taehyung tersenyum seraya menatap Jungkook dalam. Malam ini merupakan malam yang menyenangkan baginya. Taehyung makan malam dengan Jungkook dan sedari tadi mereka membicarakan hal-hal yang menyenangkan, seperti makanan kesukaan, hobi, drama dan film kesukaan, hingga binatang peliharaan kesukaan. Selain itu, Taehyung senang melihat Jungkook yang berbicara penuh antusias dengan mata yang berbinar-binar. Sungguh manis.

"Uh..Kak Taehyung?"

Taehyung segera sadar dari lamunannya dan terkekeh pelan. Ia menopang dagu dengan tangan kanannya seraya tersenyum lembut.

"Maafkan aku. Aku begitu terpana denganmu hingga aku tak sadar."

Jungkook memekik kaget kemudian menundukkan kepalanya. Ia mendengkur malu-malu. Taehyung tertawa seraya menuding pada wajah Jungkook.

"Wah, lihat. Betapa merahnya wajahmu!"

"Kak Taehyung!"

Jungkook memukul-mukul pelan punggung Taehyung. Taehyung pun hanya bisa tertawa dan membiarkan Jungkook melakukan sesukanya. Ah, mengapa Jungkook ini menggemaskan sekali?

"Oh, lihat. Wajahmu semakin merah!"

"Kak Taehyung yang membuatnya begini!"

Mereka berdua tertawa hingga kelelahan. Tak lama kemudian Jungkook berdeham dan mengambil tasnya.

"Uh, terima kasih atas undangan makan malamnya. Malam ini sungguh menyenangkan."

"Begitu? Kau merasa senang malam ini?"

"Eh? I-Iya..."

"Kalau begitu, bagaimana jika besok malam kita lakukan lagi?"

Jangan tanya betapa merahnya wajah Jungkook kini. Ah, Taehyung ini benar-benar!

-

Soobin yang sudah mandi dan memakai piyama kesayangannya itu kini melompat-lompat riang di atas ranjang. Seokjin yang juga sudah ada di atas ranjang pun berusaha menahan tingkah brutal Soobin yang terus melompat-lompat seraya menjerit-jerit riang. Namjoon yang baru keluar dari kamar mandi itu melihat tingkah Soobin dan langsung terkekeh geli. Ia mematikan lampu utama kamar dan Soobin pun sontak menjerit ketakutan. Soobin menghamburkan diri ke pelukan Seokjin, meminta perlindungan.

"Tolong nyalakan lampunya, Daddy! Soobin tidak suka gelap."

Namjoon dan Seokjin sontak terkekeh geli melihat Soobin yang ketakutan akan gelap itu. Namjoon berjalan menghampiri dan membelai lembut rambut Soobin.

"Soobin ingin Daddy menyalakan lampu, hm?"

Soobin mengangguk seraya melirik takut-takut pada Namjoon. Namjoon tersenyum lembut dan kembali membelai rambut Soobin.

"Kalau begitu, maukah Soobin menjadi anak manis untuk Papa dan Daddy? Dengan tidak melompat-lompat serta menjerit keras di atas ranjang, hm? Bukannya Papa dan Daddy tidak memperbolehkannya, namun hari sudah semakin malam dan bukankah Soobin harus tidur? Sudah jam sembilan malam, lho."

Soobin menatap Namjoon dengan mata bulatnya. Ia langsung mengerti pada maksud Daddy-nya itu dan mengangguk patuh seraya mengeratkan pelukannya pada Seokjin.

"Baiklah, Daddy."

"Ah, Soobin memang anak yang pintar. Terima kasih sudah menurut pada Papa dan Daddy, sayang."

The BetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang