22. One Day With You

5.3K 649 52
                                    

(Listen to your favourite sad songs for better experience!><)

Taehyung menghela napas dan menatap kosong langit-langit kamarnya. Ponselnya baru saja berhenti berdering setelah ia membiarkan panggilan Seokjin masuk ke ponselnya. Ia melempar ponselnya ke meja di sebelah ranjangnya secara sembarang, tak peduli jika ponsel itu rusak atau hancur.

Hatinya lah yang hancur.

Taehyung mereka adegan percakapannya dengan Seokjin kala itu. Seokjin yang berkata bahwa ia sudah menjadi milik orang lain. Hati Taehyung hancur seketika.

Namun, itu memang benar adanya. Seokjin sudah menjadi milik orang lain, dan Taehyung tak bisa melakukan apa-apa.

Taehyung memejamkan mata dan air mata turun membasahi pipinya. Ia mengenang seluruh kenangan indahnya bersama Seokjin. Taehyung telah jatuh cinta pada Seokjin sejak dulu, sejak ia dan Seokjin duduk di bangku sekolah. Ia mencintai Seokjin yang manis, pintar, penurut, dan pemalu itu. Senyuman Seokjin adalah senyuman termanis yang pernah ia lihat. Sungguh, Taehyung mencintai Seokjin sedalam itu.

Apa yang terjadi kini sungguh telah menampar dirinya ke dunia nyata. Seokjin sudah memiliki mate, dan selamanya ia adalah milik orang tersebut. Tidak, Taehyung dan Seokjin tidak ingin melawan takdir. Lagipula, tak ada yang bisa melawan takdir, bukan?

Taehyung menghapus air matanya dan mengatur napasnya. Pikirannya berkecamuk. Ia bergidik ngeri ketika membayangkan dirinya kehilangan Seokjin. Tidak, ia tidak ingin kehilangan Seokjin. Bagaimanapun juga, Seokjin adalah sahabatnya, meskipun Taehyung merasa Seokjin itu lebih dari seorang sahabat baginya. Ia tidak bisa hidup tanpa Seokjin.

Walau berat, Taehyung memang harus tetap move on dari Seokjin. Karena Seokjin telah menjadi milik orang lain.

Namun, Taehyung ingin merasakannya sekali saja seumur hidup. Ia ingin merasakan cinta yang diberikan oleh Seokjin sekali saja dalam seumur hidupnya. Sekali saja.

Bisakah?

Taehyung bergegas bangkit dan menyambar baju hangatnya. Ia mengambil ponsel, dompet serta kunci mobilnya.

Tolong, sekali saja.

-

Seokjin duduk di sofa seraya menyesap cokelat panasnya. Soobin telah tidur dengan nyenyak dan kini ia ingin bersantai sejenak. Baru saja ia hendak menyalakan televisinya ketika tiba-tiba terdengar bunyi ketukan di pintu apartemennya. Seokjin mengernyitkan dahi dan melirik jam di dinding. Pukul sembilan malam. Siapa yang mengunjunginya semalam ini?

Seokjin bergegas bangkit dari sofa dan berjalan menuju pintu apartemennya. Ia membuka pintunya dan seketika ia terkejut ketika melihat Taehyung berdiri di hadapannya. Taehyung yang sudah satu minggu hilang darinya kini berdiri di balik pintu apartemennya, menatapnya dalam.

"Taehyung?"

Seokjin mempersilahkan Taehyung masuk. Mereka berdua duduk di sofa dan saling diam. Taehyung memasukkan kedua tangannya ke saku baju hangatnya. Seokjin melipat bibirnya, bingung harus melakukan apa. Pertemuan terakhir mereka tidak berlangsung baik, maka dari itu kini mereka canggung sekali.

"Mau kubuatkan cokelat panas?"

Taehyung mendongak dan menatap Seokjin dalam. Perlahan ia bergeser mendekati Seokjin dan meraih kedua tangannya. Seokjin memiringkan kepalanya, bingung dengan sikap Taehyung yang aneh itu. Taehyung menarik napas panjang sebelum berkata.

"Seokjin, kau tahu bahwa aku mencintaimu, sangat mencintaimu. Kau bodoh jika kau tak sadar akan perasaanku ini padamu. Namun aku pun tahu bahwa kau tidak akan pernah menjadi milikku. Kau sudah ada yang punya, kau adalah milik orang lain. Aku tidak mau melawan takdir, sungguh."

The BetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang