49. Epilog

7.3K 525 65
                                    

Taehyung menatap keluar jendela dan menghela napas. Kereta yang ditumpanginya menuju Seoul terus bergerak maju. Ia kembali menghela napas dan menutup kedua matanya, berniat untuk rehat sejenak. Namun tidak, Taehyung tidak bisa. Fisiknya boleh rehat, namun pikirannya tidak. Pikirannya terus melayang, berkecamuk dalam benaknya.

Film yang Taehyung bintangi telah sukses di pasaran. Promosi pun telah selesai dilakukan, dan Incheon merupakan daerah terakhir tempat promosi film tersebut. Kini ia dan crew film lainnya kembali ke Seoul dan kontrak semuanya akan berakhir begitu mereka sampai di Seoul.

Crew film. Taehyung langsung menoleh ke sebelahnya. Didapatinya Jungkook, sang asisten sutradara sedang tertidur nyenyak. Ia terlihat lelah, terdapat lingkaran hitam cukup tebal di sekitar matanya. Tentu lelah sekali, setelah dua minggu ia bekerja keras dalam promosi ini. Tidur di dalam kereta tentu sebuah kesempatan emas baginya.

Taehyung mengangkat tangannya dan menyelipkan beberapa helai rambut Jungkook ke belakang telinganya. Jungkook terlihat sangat damai dalam tidurnya, membuat Taehyung yang juga sama lelahnya malah ingin terus terjaga untuk menjaga Jungkook. Taehyung mengambil selimut dari tasnya dan memakaikannya pada Jungkook hingga ke bawah dagunya, agar Jungkook tetap hangat. Ia tersenyum dan berbisik pelan di telinganya.

"Selamat tidur, sayang."

Taehyung menyandarkan tubuhnya dan menatap langit-langit kereta. Pikirannya kembali berkecamuk, dan omega di sebelahnya ini penyebabnya.

Bohong jika Taehyung tidak memiliki rasa yang lebih pada Jungkook. Bohong jika Taehyung menganggap Jungkook hanya sekedar rekan kerjanya. Bohong, bohong besar. Tentu Taehyung memiliki rasa yang lebih pada Jungkook. Tentu Taehyung menganggap Jungkook lebih dari hanya sekedar rekan kerja.

Jungkook telah menyembuhkan luka dalam Taehyung. Jungkook hadir dalam hidupnya dan membuat Taehyung tersadar bahwa Jungkook lah orang yang tepat baginya. Jungkook adalah tempat ia singgah untuk selamanya, dan ia yakin akan hal itu.

Apakah sekarang adalah waktu yang tepat?

Mengingat begitu Taehyung menginjakkan kakinya di Seoul, maka berakhirlah sudah. Tidak akan ada lagi syuting, tidak akan ada lagi pemotretan, tidak akan ada lagi promosi. Semuanya akan berakhir saat itu juga, dan seluruh crew film akan kembali ke kehidupan mereka masing-masing.

Taehyung tidak punya waktu lagi.

Taehyung menoleh dan menatap Jungkook lekat. Ia melipat bibirnya dan mengusap lengan Jungkook dengan lembut, tak mau ia terbangun karenanya. Taehyung pun berbisik.

"Wait for my confession, love."

-

Jungkook menghela napas dan menyimpan tas besarnya ke dalam bagasi. Begitu ia menutupnya, ia langsung dikejutkan dengan sosok di hadapannya.

"Oh, Kak Taehyung! Kau mengejutkanku!"

Taehyung hanya tersenyum dan memasukkan kedua tangannya ke saku celana. Jungkook menghela napas dan tersenyum.

"Ada apa, Kak Taehyung? Kau belum memesan taksi?"

"Belum, nanti saja. Aku ingin berkata sesuatu padamu, Jungkook."

"Apa itu?"

Taehyung menunduk sebentar, berusaha mengumpulkan keberaniannya yang tiba-tiba hilang. Ia menggigit bibir bawahnya dan menatap Jungkook lekat.

"Pergi bersamaku besok? Aku akan menjemputmu pukul delapan pagi."

Jungkook mengangkat kedua alisnya dan tak terasa pipinya pun kini bersemu merah. Oh, apakah ini adalah sebuah kencan? Astaga, Jungkook langsung menghilangkan pikiran itu dalam benaknya. Tidak mungkin ini sebuah kencan! Jungkook ini ada-ada saja.

The BetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang