14. Have We Met Before?

4.9K 624 53
                                    

Seokjin mengerang pelan ketika sinar matahari menyinari wajahnya. Perlahan ia bangkit dari ranjangnya dan meraih ponselnya untuk melihat jam. Seketika matanya membulat dan wajahnya memucat.

"Sial, aku terlambat!"

-

Seokjin buru-buru memanggang roti dan menuangkan susu ke dua gelas. Kemudian ia menyisir rambut Soobin dan memeriksa tasnya, takut ada barang yang tertinggal. Setelah itu ia mengecek kelengkapan berkas yang harus ia bawa saat wawancara nanti. Soobin menatap ayahnya dengan takjub. Ia meremas Mr. Bunny dan tersenyum padanya.

"Papa hebat sekali, ya? Papa bisa berbuat banyak hal dalam sekejap!"

Seokjin menghidangkan roti beserta segelas susu ke hadapan Soobin. Ia tersenyum dan mencium kepalanya sejenak.

"Makanlah sampai habis, agar kau bertenaga di taman kanak-kanak nanti!"

Soobin mengangguk patuh dan mulai menyantap makanannya. Seokjin juga melakukan hal yang sama, namun dengan terburu-buru. Setelah selesai, ia menyimpan piring dan gelas kotor ke tempat cuci dan mematut dirinya di cermin. Seokjin menyikat giginya hingga bersih dan mengatur rambutnya agar terlihat rapi. Ia membiarkan keningnya terekspos sedikit. Ia merapikan kerah kemejanya dan memerhatikan dirinya sendiri di cermin. Seokjin memakai kemeja putih yang dibalut dengan sweater berwarna coklat tua, dengan celana bahan berwarna senada dengan sweater. Ia memakai sepatu coklat tua yang sudah ia semir semalam. Ia kembali memeriksa berkasnya dan memasukannya ke dalam tas, berikut dengan ponsel dan dompetnya.

"Astaga, hampir lupa!"

Seokjin membuka laci kecil di bawah mejanya. Ia mengeluarkan sebuah concealer dan parfum. Ia menghela napas sejenak sebelum membuka kancing paling atas kemejanya dan mengekspos bahunya. Ia dapat melihat dengan jelas bekas gigitan Namjoon di bahunya. Dengan helaan napas ia mengoleskan concealer itu ke bekas gigitannya. Ia mengangguk samar setelah melihat bekas gigitan itu kini tertutup oleh concealer. Kemudian ia meraih parfum beraroma vanilla dan menyemprotkannya ke seluruh tubuhnya tanpa terkecuali. Setelah dirasa aroma Namjoon kini tertutup oleh aroma parfumnya, ia menyimpan kembali concealer dan parfumnya ke dalam laci. Seokjin menghela napas dan berusaha menahan air matanya.

Sampai kapan ia harus begini?

-

Namjoon memarkirkan mobilnya di tempat parkir pribadinya. Dengan segera ia melesat menuju ruangannya. Sesaat sebelum ia memasuki ruangannya, Hoseok menepuk bahunya dan tersenyum ceria.

"Selamat pagi, CEO berdarah dingin!"

Namjoon mengernyitkan dahi, tak suka dengan nama julukannya itu. Hoseok hanya menyengir dan menyerahkan sebuah map berwarna merah padanya. Namjoon memakai kacamatanya dan membuka map itu, membaca isinya dengan teliti.

"Hari ini adalah pemilihan sekretaris yang baru, kau ingat?"

Namjoon mengerucutkan bibirnya. Sejujurnya ia lupa dengan pemilihan sekretaris baru ini. Ia menghela napas dan mengangguk.

"Kau ikut dalam pemilihan sekretaris baru ini. Kita akan mulai wawancaranya dua jam lagi."

-

"Hah.. hah.."

Seokjin berlari tergopoh-gopoh setelah turun dari bus. Ia baru saja selesai mengantar Soobin ke taman kanak-kanak dan kini ia benar-benar terlambat. Ia melirik arlojinya. Lima belas menit lagi sebelum wawancaranya dimulai.

"Sial!"

Seokjin mengumpat dan terus berlari. Untung saja ia membawa sisir, parfum dan beberapa alat make-up lainnya sehingga ia bisa memperbaiki penampilannya sebelum wawancara. Ia buru-buru masuk ke sebuah gedung besar nan megah yang ia yakini adalah perusahaan tempat di mana ia melamar kerja. Ia bergegas menuju resepsionis dan bertanya tempat di mana wawancara itu diadakan. Setelah Seokjin diberitahu oleh resepsionis tersebut ia menyempatkan diri ke toilet, untuk memperbaiki penampilannya. Buru-buru ia menyisir rambutnya, mengaplikasikan make-up tipis pada wajahnya dan kembali memakai parfumnya. Ia menghela napas sejenak.

The BetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang