23. Monster

3.4K 196 25
                                    

"Bagaimana jika, Edward masih memilih gadis itu? "Tanya Cassie lemah dan menunduk sedih.
"Tidak masalah, kau masih bisa bersamaku. Aku akan membuatmu mencintai ku" dengan yakinnya Lauv bicara. Memang benarkan seperti itu, apa lagi yang akan diharapkan jika Edward sudah memilih gadis itu.
"Dari pada aku bersama mu, pria tua! Haha lebih baik aku bersama Samuelson" Cassie tertawa pelan saat melihat wajah Lauv yang tak terima saat dikatakan tua.
"Siapa samuelson? " tanya Lauv yang merasa tidak asing dengan nama anaknya itu.
"Samuelson, saudara kembar dari Samuelsan".
"Dia anakku, hm" ucap Lauv bangga.
"Ya, pacarin anaknya dan nikahin bapaknya hahaha"Cassie tertawa dengan keras dan menyentuh perutnya dengan pelan.
"Sangat pintar. Biar bisa merasakan keduanya" ucap Lauv menyinggung Cassie.
"Tidak cukup satu... " gumam Lauv seperti orang yang sedang cemburu.
"Hm kurasa kau menyukai ku ya? " gurau Cassie menoel pelan pipi Lauv.
"Tidak"balas lauv singkat.
"Tidak salah lagi! "Tebak Cassie dan lagi lagi tertawa bahkan kini saking senangnya tertawa ia langsung memeluk Lauv sehingga wajah pria itu menabrak dadanya.
"Sial" gumam Lauv.
"Kau sengaja menggoda ku? " kesal Lauv dan dengan cepat Cassie melepaskan pelukannya.
"T-tidak, aku tidak menggodamu " ucapnya sedikit gugup.bagaimanapun Lauv seorang pria memiliki hawa nafsu walaupun dia monster sekalipun
"Jadi yang tadi itu apa? Tidak bermaksud " ucap Lauv.
"Tentu, aku tidak bermaksud".
"Benerkan? " Lauv mendekat kearah Cassie dan jarak diantara mereka begitu sempit. Dapat dirasakan jika sedikit saja Lauv mendekat maka bibir mereka akan bersentuhan, perlahan tapi pasti kini bibir mereka hampir bertemu dan dengan senang hati tanpa menolak Cassie langsung menutup mata indahnya

"Sedikit lagi" gumam Lauv yang ingin mencium bibir Cassie.

"AAAA!LEPAS"

Lauv langsung menghentikan pergerakannya saat mendengar teriakan itu dan Cassie dengan kaget langsung membuka matanya, melihat disana gadis yang bernama Qilla itu sedang digenggam oleh satu moster.

"Tolong lepaskan aku, kumohon " ucap Qilla memohon saat mata mereka tidak sengaja bertemu.
"Jangan dengarkan. Rencana mu kali ini harus berhasil Cassie, aku akan mengikat mu disalah satu pohon itu " Cassie menatap Lauv dengan jantung yang tak karuan saat akan menjalani rencananya. Bagaimana jika Edward tidak memilihnya? Dan bagaimana jika Edward tidak memiliki rasa itu lagi kepada dirinya

"Jangan banyak berfikir, Sayang" ucap Lauv menuntun Cassie untuk berdekatan dengan pohon itu dan mengikatnya tidak terlalu kuat.
"Apa! Kenapa kau berbicara seperti itu? Kau membuat rencana ini? Apa apaan kalian" ucap Qilla yang merasa frustasi apalagi sekarang satu monster menggenggam tangannya.
"Diam kau bodo! "Geram Lauv menatap Qilla tajam.
"Lauv... "Gumam Cassie yang merasa semua ini tidak yakin, ia takut sangat takut bagaimana jika semuanya gagal.
"Tenang, Cassie. Aku disini " tanpa sadar Lauv mencium pelan kening Cassie.
"Tidak apa, percaya padaku. Kau harus tenang" sambung Lauv lagi.
"Kenapa kau tertawa? " ucap Lauv heran.
"Kau seperti sedang menyemangati istrinya yang sedang melahirkan " tawa Cassie pecah dan tidak memperdulikan Qilla yang menatap nya benci.

"Dalam kedaan seperti ini, kau masih bisa tertawa astagaa Cassie".

Disisi lain.

"Samuel, Samuelson!!! Kau harus ikut dengan ku! " geram Edward saat melihat bahwa Qilla tidak ada di kediaman nya.
"Ada apa" tanya Samuel sedikit panik saat mendengar Edward teriak tidak lupa Samuelson juga ada disana menatap Edward datar.
"Kenapa kau berteriak, seperti orang BODO! "Geram Samuelson yang menatap tidak suka kearah Edward.
"Kau diam, Sialan".
"Kau yang sialan, Brengsek! " maki Samuelson yang tak terima.
"Apa apaan kau hah? Laki laki bodo. Seolah-olah kau yang berkuasa disini" geram Samuelson menatap tajam kearah Edward.
"Shit! Bisakah kalian berhenti. Dan kau Edward ada apa? " ucap Samuel.
"Qilla hilang ".
"Bagus jika dia hilang, jika perlu mati sekalian" ucap Samuelson blak blakan.
"Son, jangan memulai " tegur samuel kepada saudara kembarnya.
"Jadi menurut mu siapa yang menculiknya? Latzo" Edward menggeleng pelan.
"Kurasa bukan. Perasaan ku mengatakan jika itu adalah anak buah Lauv" ucap Edward yakin.

"Samuel bisa kau mencium aroma mereka? " tanya Edward.
"Tidak, aku tidak bisa. Hanya Samuelson yang bisa" Edward menatap samuelson dengan malas.
"Kurasa ada yang meminta bantuan ku" ucap Samuelson menyombongkan dirinya.
"Samuelson. Aku ingin kau melacak bau dan jejak ini".
"Hey! Kau pikir aku anjing pelacak? Begitu. Sialan" geram Samuelson yang tidak terima.
"Bisa dibilang seperti itu".

Bugh!
Satu tinjuan mendarat tepat dirahang Edward tapi Edward tidak melawan akan hal itu.
"Sudah puas memukul ku?  Sekarang bantu aku melacak dimana mereka berada " ucap Edward bukannya menjawab iya atau apapun Samuelson dengan senang memukul wajah Edward lagi.
Bugh!.
"Sial! "Maki Edward dalam hati. Sedang kan Samuel yang melihat itu hanya bisa diam
"Baiklah, aku tau di mana mereka " ucap Samuelson setelah puas memukul Edward.

Bersambung...

The Monster Is My LoverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang