27.Monster

3.4K 155 22
                                    

"Tunggu " Samuelson mencoba untuk mengejar Qilla yang sedang berlari tak tentu arah.
"Lepas! " ucap gadis itu dan menepis dengan kasar tangan Samuelson yang menyentuh pundaknya tapi Samuelson seakan tuli dan terus menarik gadis itu sehingga mereka bertatapan.
"Aku bilang lepas! " kesalnya dan kini mereka saling menatap satu sama lain. Samuelson dapat melihat air mata gadis itu, jatuh membasahi pipinya
"Kenapa kau menangis? "Tanya Samuelson. Pria didepannya ini bodoh atau bagaimana, tentu saja ia menangis karena masalah tadi.
"Bukan urusanmu! " langsung saja Qilla pergi dari hadapan Samuelson tapi pria itu terus mengikuti nya.
"Jangan mengikuti ku! "Geramnya dan memukul bahu samuelson.
"Aku hanya ingin memastikan mu, pulang dengan aman. Itu saja" ucap Samuelson dan dibalas tatapan tajam oleh Qilla.
"Apa aku salah? "Sambung nya dan kembali mengikuti kemana langkah kaki Qilla.
"Aku tidak perlu kau! Dan aku tau jalan pulang " ucap Qilla berusaha membuat laju langkah kakinya.
"Benarkah? "Ejek Samuelson.

Sebenarnya Qilla tidak begitu tau arah jalan pulang ia hanya mengikuti kemana langkah kakinya, dan dibelakang nya ada Monster yang bernama Samuelson terus mengikutinya.
Percuma saja marah marah dan memaksa pria itu untuk tidak mengikutinya tapi tetap saja semuanya sama. Terus mengikuti

Saat Qilla ingin belok ke kiri dengan cepat Samuelson berbicara.
"Kanan " ucapnya. Dan mereka kembali diam tidak ada yang memulai percakapan.
"Astaga, belok kiri" ucap Samuelson yang tiba-tiba dan membuat Qilla sedikit kaget mendengar suara nya.

Masih terus berjalan Qilla melihat hutan ini yang sedikit menyeramkan tapi enak untuk dilihat. Awalnya merasa risih dan takut melihat hutan ini apalagi ada Samuelson, Monster gila . Pikir Qilla
Berniat untuk belok ke kanan terhenti saat samuelson menghentikan langkahnya.
"Kenapa lagi! "Kesal gadis itu.
"Lurus saja" balas samuelson dengan senyum lebarnya saat melihat Qilla begitu Kesal pada dirinya.
"Apa aku salah lagi?. Aku kan hanya menunjukkan arah jalan pulang "gumamnya sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

"Astaga. Hati hati" ucap Samuelson yang dengan cepat langsung menyentuh pelan punggung gadis itu saat akan terjatuh karena tak sengaja menginjak ranting pohon.
"Ga usah sok peduli! " geram gadis itu
"Yaudah iya ".

Disisi lain. Lauv sedang duduk diam memperhatikan Bintang yang bersinar terang dilangit malam, pikiran nya menerawang jauh entah kemana, ingatan saat pertama kali bertemu dengan Cassie membuat hati pria itu menghangat dan hancur seketika.
Apa yang bisa ia lakukan? Tentu tidak ada.

"Rasa ini. Membuat ku senang dan sedih secara bersamaan " gumam pria itu. Mencoba tersenyum seolah-olah tidak terjadi apapun, jika ia ingin menghabisi Edward dengan kekuatan nya bisa saja tapi ia tidak akan mungkin melakukan nya.

"Perasaan tadi lewat sini "

Suara itu membuat lamunan Lauv terhenti dan mencari sumber suara itu berasal.
Dilihat nya seorang gadis dengan ransel yang melekat dipunggung nya, bisa ditebak jika gadis itu sedang berkemah dan terjebak dihutan ini.
Saat mata mereka bertemu dengan cepat gadis itu menghampiri nya dengan semangat seolah-olah Lauv adalah penyelamat nya

"Om bisa bantu aku keluar dari sini? "
Ucap gadis itu semangat menghampiri Lauv dan menyentuh pelan tangannya.

"Manusia " ucap batin Lauv.

"Lepaskan tanganmu" geram Lauv yang masih dalam mode marahnya. Tapi entah kenapa ia tidak terlalu menyukai gadis yang ada didepannya ini. Terlalu lancang
"Maaf"
Ucapnya pelan. Mata bulat gadis itu memohon saat kembali menatap Lauv mencoba untuk meminta pertolongan supaya bebas dari hutan ini.
"Tolong aku, Om. " ucapnya jujur dan tidak tau harus memanggil Lauv apa jika gadis itu tau lauv adalah Monster kemungkinan gadis ini tidak akan mau meminta pertolongan darinya.

Next.
Komen/vote, makasih.

The Monster Is My LoverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang