Segerombolan cewek cantik itu lagi asyik nongkrong di sebuah kafe yang memang sering jadi tempat berkumpul anak-anak muda. Di sana ada Hinata, Sakura, Ino, juga Karin. Mereka adalah remaja SMA tingkat akhir yang cukup populer di sekolah. Cantik, terkenal, dan agak badung.
Hari ini mereka berempat datang ke kafe adalah untuk merayakan hari terakhir Ujian Nasional. Tinggal hanya menunggu pengumuman sebulan lagi, dan mereka bisa lanjut ke perguruan tinggi. Hinata benar-benar tidak sabar untuk berganti status menjadi mahasiswa.
"Jadi Bang Naru beneran mau ngajuin proposal lamaran ke elu?" tanya Sakura antusias. "Wah, hebat dong? Lu bakalan jadi calon Nyonya Walikota,"
Ino mendengus sebal. "Lu pikir setelah lulus SMA gue bakalan langsung nikah? Ya enggak! Bokap-nyokap gue juga belum tentu langsung nerima dia,"
Senyuman lebar Karin tercipta. Ia menepuk pelan pundak Ino. "Gue jamin 999,9%, bokap-nyokap lu ngga bakalan nolak proposal lamaran abang sepupu gue," ujarnya sambil memainkan alis. "Abang gue cakep, tinggi, mapan, sholeh. Sekarang juga nunggu pelantikannya jadi Walikota yang baru. Apa lagi yang kurang? Calon mantu idaman banget tuh si Bang Naru,"
"Elu emang sodara dia, wajar kalo lu muji-muji dia dan ngomongin kelebihannya. Tapi masalahnya, gue masih pengen jadi pengacara. Bukannya lulus SMA langsung nikah,"
"Hilih, siapa yang tau juga kalo lu bakalan langsung dinikahi Bang Naru di semester awal kuliah, ha?"
Kesal dengan ucapan Sakura, Ino merusak tatanan rambut sahabatnya itu. Mereka berempat tertawa keras. Ino dan Sakura memang sering adu mulut yang berujung pada adu fisik. Hanya saja, itu sebatas candaan semata. Ayolah, mereka semua sudah bersahabat sejak masih memakai popok, tidak mungkin beradu fisik secara serius.
"Ssstt," lirih Sakura saat tatapannya terpaku pada seseorang yang baru masuk ke dalam kafe. "Lihat, girls. Cogan, tuh,"
Ino dan Karin tersenyum genit. "Bening banget,"
"Dari tampilannya, dia pasti orang kaya," sahut Sakura sambil memperhatikan sang objek."
"Nat, lihat!" kata Ino sambil menyenggol lengan Hinata dengan sikunya. "Bisa lu jadiin target, tuh,"
Dengan malas Hinata menoleh ke belakang. Dilihatnya seorang lelaki berambut pirang, berpenampilan seperti preman sekolah. Tampan, keren, kaya, dan penuh pesona. Hm, mendekati sempurna.
"Ayo, dekati dia!" bisik Karin yang tak melihat tanda-tanda Hinata akan beranjak dari tempat duduknya. "Buatlah dia luluh padamu, karena dari yang terlihat adalah dirinya tipikal orang yang cuek. Hm?"
Menatap datar ketiga sahabatnya, Hinata mendengus geli. "Kenapa harus gue? Kalian juga bisa, 'kan?" Ia memasukkan potongan kecil roti gulung itu ke dalam mulutnya, mengunyahnya perlahan.
Sakura, Karin, dan juga Ino tertawa datar. "Lu aman, belum ada calon pawang," ujar mereka bersamaan.
"Ngga perlu bawa-bawa nama pawang juga, elah," ujar Hinata sambil menendang pelan kaki Sakura yang cekikikan sendiri. "Lagian kalian belum resmi punya pawang seinget gue,"
"Gini, ya," Ino berbisik sambil merangkul pundak Hinata, "kami bertiga emang belum resmi punya pawang, tapi seenggaknya kami udah punya calonnya. Elu 'kan belum punya, lagian juga selama ini lu lempeng-lempeng aja sama yang namanya cowok."
KAMU SEDANG MEMBACA
Cerpen Hinata Hyuuga ala Lokal
Short StoryHinata dan sekawanannya milik Oom Masashi Kishimoto. Azur cuma pinjam nama tokohnya doang. --- Suka, boleh baca. Ngga suka, enyah aja. . . . Setiap bagian memuat cerita yang berbeda. Pasangan setiap bagian tidak sama. Ada beberapa cast yang dominan...