"Nat, udahlah." Shion mengusap pundak Hinata yang sedang memasang wajah murung. "Jangan nyiksa diri kamu sendiri seperti ini. Cobalah buat terima semua yang udah terjadi. Lupain dia, dan lanjutin hidup kamu dengan baik."
Hinata menundukkan kepalanya. Seulas senyum pilu terukir di bibir tipisnya. "Aku ngga mungkin bisa lupain dia, Shion." Perempuan itu menatap Shion yang tampak sedih melihat keadaannya. "Selama hampir tujuh tahun aku sama dia, kulalui hari-hariku dengan dia, terbiasa berada di samping dia. Lalu aku harus lupain dia setelah semua yang terjadi?" Hinata menggeleng pelan. "Ngga bisa, Shion. Terlalu sulit."
"Hinata, ini udah satu setengah tahun kamu dan dia putus hubungan. Apa lagi yang kamu harapkan darinya?" Shion merasa kesal dan gemas sendiri pada sahabatnya yang masih belum bisa bangkit dari kisah masa lalunya. "Dia udah bahagia dengan kehidupannya sendiri tanpa kamu. Lalu untuk apa kamu tetap inginkan dia kembali?"
"Aku percaya, takdir Allah lebih indah dari apapun."
"Kamu bilang takdir Allah lebih indah?" ulang Shion sambil mendecih. "Kamu yang ngga bisa terima takdir ini justru terlihat menyedihkan."
"Aku yakin, dia pasti masih punya cinta untukku."
"Kalo dia masih cinta sama kamu, dia ngga akan buat kamu menjadi budak cinta selama satu setengah tahun. Kalo dia beneran cinta kamu, dia ngga akan biarin hubungan kalian hanya sebatas pacar. Kalo dia serius cinta kamu, maka dia akan nikahin kamu."
"Shion!" Hinata menyela dengan suara yang agak serak karena menahan tangis.
"Apa?!" Shion sedikit menyentak Hinata. "Yang aku katakan itu bener, Hinata. Pikirin dengan logika, selama tujuh tahun apa yang telah kalian berdua lakuin buat jaga hubungan? Ngga ada, 'kan?" ujarnya ketus. "Hubungan yang kalian jalani pun ngga lebih dari sebuah hubungan pertemanan. Selama tujuh tahun itu pula apa yang kamu dapat darinya? Hanya rasa sakit akibat luka yang terlalu sering dia torehkan dan ketidakjelasan serta ketidakpastian hubungan kalian."
"A-Aku rasa, semua itu terjadi karena dia masih ada tanggungan, Shion."
"Berhenti pake perasaan, Hinata!" kata Shion kesal. "Sesekali, pake logikamu. Percuma aja kamu dapat pradikat lulusan terbaik di kampus, kalo ternyata buat berpikir realistis aja kamu ngga bisa."
Hinata memang masih terjebak dalam masa lalunya. Hubungannya dengan seorang lelaki yang bersamanya selama tujuh tahun, kandas di tengah jalan. Waktu satu setengah tahun rasanya belum cukup untuknya bisa melupakan semua kenangan indah bersama sang mantan. Bahkan, untuk mencoba melupakan bayangan mantan saja tidak pernah Hinata lakukan. Hal itulah yang membuat Shion kadang merasa sangat kesal.
Dua perempuan cantik yang mengabdikan diri di sebuah yayasan panti asuhan itu juga sudah cukup lama bersahabat. Mereka bertemu di panti asuhan tersebut beberapa tahun yang lalu. Ternyata mereka kuliah di tempat yang sama, namun mengambil jurusan yang berbeda.
Shion tidak pernah menyangka kalau Hinata bisa mencintai seseorang hingga sedalam itu. Besarnya cinta Hinata pada sang mantan membuat Shion kadang tidak tahu lagi harus bagaimana. Pikirnya, Hinata sudah dibodohi oleh perasaannya sendiri.
Selama tujuh tahun, Shion jelas tahu pasang-surut hubungan Hinata dan sang mantan. Kala itu Shion hanya ingin bisa memberikan nasehat sebagai seorang sahabat. Seingatnya, Hinata dan sang mantan sudah dua kali putus hubungan selama tujuh tahun bersama.
Begitulah... Putus, kembali bersama. Putus lagi, dan kembali lagi.
Sampai akhirnya hubungan itu benar-benar tak bisa lagi diperbaiki. Hinata dengan ideologinya yang sangat tinggi, dan sang mantan yang tak terima jika status Hinata berada di atasnya. Hubungan yang mulai semakin sering membuat emosi meningkat tajam itu pada akhirnya membuat sang mantan memilih untuk mengakhiri semuanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cerpen Hinata Hyuuga ala Lokal
Short StoryHinata dan sekawanannya milik Oom Masashi Kishimoto. Azur cuma pinjam nama tokohnya doang. --- Suka, boleh baca. Ngga suka, enyah aja. . . . Setiap bagian memuat cerita yang berbeda. Pasangan setiap bagian tidak sama. Ada beberapa cast yang dominan...