Takdir Cinta (2)

577 54 6
                                    

Hari ini Sai kembali lagi ke yayasan panti asuhan milik Ustadz Iruka. Tujuannya adalah untuk meminta tolong melamarkan perempuan bernama Hinata itu untuknya. Sai yakin pria itu pasti akan membantunya, terlebih jika ia membawa serta nama kedua orang tuanya yang masih di Hongkong.

"Tadz," panggil Sai yang menghampiri Iruka di dapur rumahnya.

"Hm," gumam Ustadz Iruka malas.

Kemarin Sai sudah datang ke tempatnya, sekarang bocah itu datang lagi tanpa undangan. Iruka jadi merasa curiga.

"Aku udah temukan seorang perempuan yang kupikir cocok untuk jadi istriku."

"Lantas?"

"Aku ingin minta bantuanmu untuk melamarnya."

Ustadz Iruka menyesap santai kopinya. "Hm, boleh." Ia masih tak mengacuhkan Sai yang duduk di depannya dengan wajah berbinar. "Kapan kamu ingin melamarnya?"

"Malam ini."

Pandangan menusuk Ustadz Iruka langsung tertuju pada Sai. "Malam ini?" ulangnya agak tak percaya. "Kenapa mendadak sekali?"

"Aku pikir, lebih cepat akan lebih baik. Benar begitu, 'kan?"

Pria itu berdecak. Kemudian kembali bersikap santai. "Kamu udah persiapkan barang-barang untuk seserahan?"

"Aku udah meminta tolong Juugo kemarin," jawab Sai sambil menatap Juugo yang berdiri di sampingnya. "Kamu udah lakukan apa yang aku katakan kemarin?"

Dengan ragu, Juugo mengangguk. "Sudah, Mas." Ia jadi kesulitan bernapas saat Ustadz Iruka menatap penuh selidik padanya.

"Baiklah, kebetulan aku ngga punya acara yang wajib kuhadiri malam ini. Jadi, aku bakal temenin kamu buat lamar perempuan itu."

"Terima kasih."

"Orang tuamu udah tahu terkait rencanamu ini, 'kan?"

"Oh, sepertinya belum." Sai menjawab dengan santainya. "Kenapa?"

Ustadz Iruka memukul kepala Sai gemas. "Ini kamu mau lamar perempuan atau pekerjaan?" tanyanya kesal. "Orang tuamu harus tahu masalah lamaranmu malam ini, Sai."

"Masalahnya mereka masih di Hongkong, Tadz. Kemarin aku cuma bilang kalau aku sudah menemukan calon menantu untuk mereka. Terus mereka bilang, aku suruh minta bantuan Ustadz Iruka buat lamar dia."

"Tunggu dulu," potong Ustadz Iruka, "kamu ini beneran ingin melamar, 'kan? Ngga lagi melakukan tindakan lelucon yang akhir-akhir ini marak dilakuin orang-orang itu, 'kan?"

Sai memutar bola matanya dengan malas. "Maksud Ustadz Iruka melakukan prank?" Ia lalu berdecak pelan. "Astaghfirullah, Tadz. Aku mana berani main-main dalam hal serius begini?"

"Mungkin aja, 'kan?"

"Ngga mungkin, lah."

Ustadz Iruka menatap Sai yang memang tak menunjukkan raut bercanda. Ia kembali menyesap kopinya sebentar. Lalu terkekeh menyadari betapa lucunya sikap Sai sekarang. Dulu saat dikenalkan ke beberapa perempuan selalu menolak, sekarang malah heboh sendiri.

"Memangnya siapa perempuan yang ingin kamu lamar itu?"

Pikir pria itu, pasti perempuan tersebut memiliki sesuatu hal yang istimewa hingga mampu membuat Sai langsung melamarnya. Perempuan itu pasti bukan perempuan sembarangan.

"Aku yakin, Ustadz Iruka pasti sangat mengenalnya dengan baik."

Pria itu terdiam sejenak. Pandangannya beralih pada Juugo yang masih berdiri di sana. Ada ekspresi yang membuat pikiran buruk Ustadz Iruka muncul.

Cerpen Hinata Hyuuga ala LokalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang