Takdir Cinta (3)

571 55 3
                                    

"Janji apa yang kamu maksud?" tanya Hinata tanpa ada rasa antusias.

"Janjimu untuk bersedia menerima lamaranku jika aku kembali."

Hinata terdiam. Ia pikir setelah Utakata mengakhiri hubungan, semuanya sudah usai. Lalu apa yang Hinata dapatkan hari ini? Utakata kembali dengan lamarannya yang dulu sangat Hinata nantikan.

"Hari ini aku akan menemui orang tuamu untuk melamarmu."

"Hinata tidak bisa menerima lamaran Anda," kata Sai yang kini berjalan menghampiri mereka. "Dia sudah terikat dengan lelaki lain."

Utakata mengalihkan perhatiannya pada Hinata yang kembali menunduk. "Apa itu bener, Hinata?" tanyanya tajam. "Beneran kamu udah termiliki lelaki lain?" Ada gurat kecemasan yang tampak di mata Hinata kini.

Sai gemas juga akan sikap Hinata yang hanya diam membisu. Ia menarik tangan Hinata, ingin menunjukkan cincin yang sama dengan yang dipakainya sekarang di jari manis sebelah kiri. Sayang, Sai tak melihat adanya cincin yang melingkar di jari manis Hinata. Pandangan Sai menyendu. Perlahan genggam tangannya pada jemari Hinata terlepas.

"Kenapa kamu ngga pake cincin kita?" lirih Sai. "Apa kamu belum terima aku dan masih mengharapkannya?" tanyanya menuntut.

Kalimat-kalimat yang terlontar dari mulut Sai itu tidak terlalu didengarkan oleh Utakata. Hanya saja, dari melihat apa yang tengah dilakukan lelaki itu sudah mampu dipahami oleh Utakata. Lelaki itu ingin menunjukkan kebenaran tentang Hinata yang kini tak sendiri lagi.

"Kamu mau menunjukkan bukti bahwa Hinata sudah termiliki?" Utakata tersenyum lebar. "Apa yang bisa kamu tunjukkan padaku? Tidak ada, 'kan?" Ia terkekeh, sengaja mengejek Sai. "Hinata masih mencintaiku. Dia takkan bisa melupakanku. Rasa cintanya terlalu besar untukku." Utakata kemudian menatap Sai dari atas sampai bawah, seolah menilai. "Lagipula, kamu siapa? Saudaranya Hinata?"

Kedua lelaki itu saling melempar tatapan tajam satu sama lain. Sai ingin membalas ucapan Utakata, tapi mungkin itu tak berguna. Yang dibutuhkan sekarang ini adalah penjelasan Hinata.

"Maafkan aku," Hinata bergumam pelan. "Aku harus segera kembali ke yayasan." Ia langsung beranjak dari tempat itu setelah membayar buku yang dibelinya untuk anak-anak di yayasan panti asuhan. "Assalamu'alaikum."

***

"Kamu ini udah ngga waras, ya?" Shion kembali mengomeli Hinata setelah diceritakan kejadian di toko buku tadi. "Gimana bisa kamu ngga jujur pada Utakata? Kamu masih cinta sama dia? Kamu ngga kasihan sama Mas Sai?"

"A-aku ngga tau, Shion!" jerit Hinata. "Aku b-bingung."

Shion menghela napas berat. "Utakata udah ninggalin kamu gitu aja, dan kamu masih berharap sama dia? Dia ngga pernah peduliin kamu yang selalu nungguin dia selama satu setengah tahun, Nat. Bahkan dia ngga lakuin apapun buat perjuangin kamu. Dan kamu masih tergoda untuk kembali ke dia?"

Raut wajah Shion tampak sedih dan kecewa.

"Pikirkan dengan otakmu yang jenius itu, Hinata. Untuk apa kamu ulangi kisah lama yang sama dengan akhir yang udah sangat kamu hapal? Kamu dan Utakata… kembali lalu berpisah, kembali lagi dan berpisah lagi, kemudian kembali lagi dan lalu berpisah lagi."

"Shion…"

"Sai datang, menawarkan masa depan. Langsung ngambil keputusan buat lamar kamu, padahal dia baru lihat kamu satu kali," kata Shion serius. "Dan Utakata kembali setelah sekian tahun ninggalin kamu, menagih janji yang dulu ngga diinginkan olehnya."

Hinata menunduk, ia merasa bingung dengan apa yang harus dilakukannya. Satu sisi ia melihat betapa tulusnya Sai padanya. Sedangkan sisi lain hatinya masih dimiliki Utakata.

Cerpen Hinata Hyuuga ala LokalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang