Cewek Badung (4)

539 49 11
                                    

Hinata memperhatikan Sasuke yang sedang berbincang-bincang dengen perempuan yang dilihatnya di taman tempo hari. Mendecih pelan, ia lalu berjalan mundur perlahan. Namun seakan tahu apa yang dilakukan Hinata, Sasuke langsung merangkul pundak gadis itu. Masih tetap melanjutkan pembicaraan, pria tersebut mencengkeram erat pundah Hinata.

'Kalo kayak gini, gimana caranya gue kabur?' batin Hinata kesal.

"Nih, coba kamu lihat proposalnya!" Perempuan berpakaian minim itu mengeluarkan sebuah map berwarna hijau dan menyerahkannya pada Sasuke.

"Aku lagi sibuk, kamu ngomongin masalah kerjaan ini lain kali aja,"

"Ngga bisa, Sas. Ini masalah penting, kalo ada kekurangannya 'kan bisa langsung aku perbaiki,"

Sasuke menghela napasnya kasar. "Sini!" Diambilnya map itu dari tangan perempuan berambut coklat panjang tersebut. Dengan terpaksa pula Sasuke melepaskan rangkulannya di pundak Hinata.

Hinata melihat ke arah sekelilingnya. Memperhatikan Sasuke yang sedang serius membaca sederet tulisan yang ada di dalam map tersebut, perlahan ia memundurkan langkah kakinya sedikit demi sedikit. Secepat kilat Hinata berlari meninggalkan Sasuke. Kesempatan untuk kabur harus dimanfaatkan dengan baik, bukan? Ada untungnya juga perempuan itu menghampiri Sasuke.

Sasuke menoleh ke samping, tak ada sosok Hinata di sisinya. Ia merutuk dalam hati. Gadis kecilnya benar-benar memanfaatkan kesempatan yang ada dengan begitu baik.

"Aku ngga bisa bahas masalah ini lebih lanjut," kata Sasuke dingin, "lusa aja dibahas di kantor."

"Sas, ngga bisa gitu," ujar Perempuan tersebut sambil menahan lengan Sasuke yang hendak pergi. "Ini masalah terkait perusahaan papa kamu juga,"

"Apanya yang ngga bisa, sih?!" sentak Sasuke tajam. Ia menepis tangan perempuan itu dengan kasar. "Kamu tahu masalah ini terkait dengan perusahaan papaku, tapi kenapa kamu bahas ini sama aku? Yang lebih berhak itu papaku dan juga Kak Itachi,"

"Tapi, Sas,"

"Udahlah, gue mau pergi dulu. Kasihan calon bini gue."

Di tempat lain, Hinata justru sedang makan bersama ketiga sahabatnya. Mereka saling tertawa, seolah tak ada beban. Kebetulan tadi mereka bertemu, jadi sekalian saja nongkrong di kafe yang tak jauh dari pusat perbelanjaan.

"Jadi, Bang Naru beneran udah ngelamar elu?" tanya Karin sambil nemakan kue kesukaannya.

Sakura menoel-noel pipi Ino. "Enak banget, bisa nikah tahun depan lu,"

"Kampret lu," Ino mendengus sebel.

Hinata tak mempedulikan teman-temannya. Ia tetap asyik menyantap makanan favoritnya, pangsit. Memang Hinata kalau sudah fokus pada makanan, maka takkan bisa memalingkan perhatiannya ke arah lain.

"Kabur lagi?"

Sebuah sura terdengar di telinga Hinata. Gadis mendongakkan kepalanya, menatap datar Sasuke yang berdiri di depannya. Hinata hanya bersikap santai, tak terlalu peduli.

"Siapa yang kabur? Saya ini 'kan lagi makan,"

Sasuke mendengus pelan. "Cepat habiskan, setelah itu kita pulang,"

"Ngga usah repot-repot, Pak. Si Karin bawa mobil, dia bisa antar saya sampai rumah. Lagian juga rumah saya sama rumah Bapak beda jalur,"

"Ngga ada pulang bareng temen-temen kamu," kata Sasuke penuh penekanan, "sebentar lagi juga pacar mereka bakalan jemput."

"Eh?!" Ino, Karin, dan Sakura jelas merasa kesal karena mereka yang sedari tadi diam malah namanya ikut catut oleh Sasuke.

"Bapak kalau mau pulang sama Hinata, ya sudah, tidak masalah. Ini kenapa jadi bawa-bawa nama kami segala? Pakai acara bilang kalau pacar kami bakalan jemput lagi,"

Cerpen Hinata Hyuuga ala LokalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang