Menghela napas, Hinata hanya menatap datar Shikamaru yang dikelilingi mahasiswa baru. Ia sudah terbiasa melihat Shikamaru dikerubungi oleh gadis-gadis, tapi tetap saja ia merasa kesal. Dan lagi, sikap Shikamaru yang tidak tegas membuat gadis-gadis itu semakin beringas, bahkan ada yang mengajaknya berkencan juga.
Astaga…
"Cemburu, ya?" ujar Shion yang duduk di sebelah Hinata.
"Ck, apaan, sih?" Hinata menggerutu dan menepis tangan Shion. "Pak Jiraiya masuk ngga?"
"Gue ngga tau, emang kenapa?"
"Pengen pulang,"
Shion tertawa dan mengusap kepala Hinata gemas. "Suntuk banget sih lu hari ini, ngga dikasih vitamin sama Shika apa gimana?"
"Berhenti bahas dia kenapa, sih?" Kesal, Hinata menoyor kepala Shion. Ia lalu beranjak dari tempat duduknya. "Gue balik dulu, ntar kalo Pak Jiraiya nyariin gue bilang aja gue lagi PMS." Tanpa menunggu respon Shion, Hinata langsung meninggalkan tempat itu. Ia ingin segera pulang dan tidur di kamarnya yang nyaman.
"Loh, Hinata mana?" tanya Kiba yang baru datang bersama Shikamaru.
"Pulang," jawab Shion acuh tak acuh. "Shik, lu ngga pengen nyusulin Hinata?"
"Ngapain?"
"Dia 'kan pacar lu, perhatiin dikit, lah. Lu itu jadi cowok ngga ada perhatian-perhatiannya banget sama pacar sendiri,"
Shikamaru mendengus pelan. "Udahlah, dia juga bisa pulang sendiri."
"Bentar," sela Kiba cepat, "jangan bilang lu masih nyembunyiin hubungan kalian berdua dari semua orang di kampus ini,"
"Emang harus banget ya gue bilang ke semua orang kalo Hinata sama gue pacaran? Ngga harus juga, 'kan?" Shikamaru menatap Kiba dan Shion bergantian. "Yang penting gue sama dia saling jaga perasaan masing-masing. Orang lain mah apa, sih? Ngga perlu tau juga kalo kita ada hubungan,"
"Bukannya gitu," Kiba menuangkan saos sambal di mangkuk baksonya, lalu menatap Shikamaru yang asyik dengan ponsel, "maksud kita biar elu bilang kalo lu sama Hinata ada hubungan itu supaya ngga ada lawan jenis yang deketin kalian." Lalu Kiba terdiam sejenak, ia agak bingung dengan lalimat yang baru saja ia ucapkan. "Ah, elah, gue ngomong apaan, yak? Udahlah, yang penting intinya hubungan kalian perlu diketahui orang lain biar ngga ada yang jadi korban perasaan, gitu pokoknya."
***
"Assalamu'alaikum, Buk," sapa Shikamaru pada Hikari, ibunda Hinata.
"Wa'alaikumsalam," Wanita itu mengulas senyuman ramahnya. "Cari Hinata, ya? Sebentar, biar Ibuk panggilkan dia. Nak Shika silakan saja dulu,"
"Iya, Buk. Terima kasih,"
Shikamaru duduk di sofa yang muat untuk satu orang. Tak berselang lama, Hinata datang dengan wajah yang ditekuk. Sudah pasti gadis itu sedang kesal.
"Kenapa wajah kamu jelek begitu?" tanya Shikamaru sambil terkekeh pelan.
"Ngapain ke sini?" Hinata menunjukkan sikap juteknya, pertanda ia sedang kesal. "Ngga ngurusin para mahasiswi baru lagi?"
"Kamu cemburu?" Shikamaru ingin mencubit pipi Hinata, tapi gadis itu justru menjauhkan wajahnya. Menghela napas geli, Shikamaru menatap Hinata yang memilih memalingkan wajah. "Ya ampun, Yang… Aku tuh ngga ada apa-apa sama mereka. Aku cintanya cuma sama kamu. Masa kamu ngga percaya?"
"Ya terus sampe kapan kamu mau merahasiakan hubungan kita? Kamu pikir aku bisa tetep sabar apa, lihat kamu dikerubutin sama cewek-cewek genit itu?"
"Apaan, sih? Mereka cuma minta diajarin doang,"
"Yakin cuma itu?"
"Sama minta panduan dari aku juga, sih,"
KAMU SEDANG MEMBACA
Cerpen Hinata Hyuuga ala Lokal
Short StoryHinata dan sekawanannya milik Oom Masashi Kishimoto. Azur cuma pinjam nama tokohnya doang. --- Suka, boleh baca. Ngga suka, enyah aja. . . . Setiap bagian memuat cerita yang berbeda. Pasangan setiap bagian tidak sama. Ada beberapa cast yang dominan...