Dendam Kesumat (2)

533 52 6
                                    

Sekarang ini Hinata sedang makan siang bersama teman-temannya. Kemudian ponsel yang ia letakkan di atas meja berbunyi dengan nyaring. Tayuya melirik sebentar siapa yang menelepon temannya itu, lalu tersenyum tipis seraya menyenggol lengan Karin dan Shizuka. Kedua gadis itu tersenyum menggoda ke arah Hinata.

"Apa lagi ini?!" seru Hinata tertahan. "Mau nikmatin makan siang dengan tenang aja susah banget, elah!"

Shikamaru terkekeh pelan melihat kelakuan pacarnya. "Angkat dulu, Yang. Siapa tahu aja penting." Diusapnya puncak kepala Hinata dengan lembut. Membuat mereka digoda teman-teman yang lain.

"Iya, selamat siang." Hinata membalas sapaan orang diseberang sana dengan seramah mungkin. "Ini dari siapa, ya?" tanyanya. "Oh, kelompok mahasiswanay Pak Iruka yang butuh mentor itu." Seketika ekspresi Hinata berubah santai, tapi jelas ada gurat kekesalan di sana. "Besok saja dibicarakan di kampus, sekarang ini saya sedang sibuk."

Mendengar obrolan sang pacar dengan seseorang membuat Shikamaru tersenyum kecil. Ia memaklumi kalau gadisnya itu memang tak suka jika waktunya untuk makan malah diganggu. "Udah, jangan ngambek gitu," katanya sambil mencubit pipi Hinataa dengan gemas. "Nih, aku suapin."

Hinata memakan nasi yang disuapkan oleh Shikamaru. Kini Hinata menyandarkan kepalanya di pundak Shikamaru dengan kedua tangan yang melingkari lengan pemuda tampan tersebut. Hal yang selalu terjadi kalau Hinata sedang dalam kondisi yang buruk. Shikamaru sama sekali tak merasa malu atau kesal, ia malah senang kalau Hinata bersikap manja padanya. Sedang kalau Hinata dalam kondisi yang baik, sikapnya malah acuh tak acuh pada Shikamaru.

"Kenapa lagi?"

"Lagi, untuk sekian kalinya, aku harus jadi mentor."

"Bagus, dong," sahut Karin sambil memakan roti gorengnya. "Bisa buat tambah nilai kamu juga, 'kan?"

"Masalahnya, gue lagi males. Rencana buat leha-leha jadi ancur. 'Kan pait,"

Shikamaru yang mengerti maksud lain dari kalimat pacarnya tertawa pelan. "Kita bakalan masih bisa kencan, kok." Lagi, ia menyuapkan nasi ke mulut Hinata. "Tenang aja, sehari sekali aku bakalan ke rumah orang tua kamu. Kita ketemuan di sana aja. Gak masalah kalo gak keluar. Sekalian aku pendekatan sama orang tua kamu juga, Yang."

"Idih!" Hinata menjauhkan kepalanya dari pundak Shikamaru. Melepaskan pelukannya di lengan sang pacar. Lalu duduk dengan tegak. "Gak lucu, Bang!" Ia mengambil minuman milik Shikamaru dan menghabiskannya.

"Aku serius, gak lagi bercanda." Shikamaru terkekeh pelan. "Kamu ini sensitif banget dari kemaren, lagi PMS?"

"Abang apaan, sih?"

Memang, Shikamaru dan Hinata jarang ketemu. Biasa, karena kesibukan masing-masing. Hinata dengan urusan kuliahnya, dan Shikamaru dengan urusan pekerjaannya di sekolah pelayaran.

"Yuk, pulang." Tangan Shikamaru terulur di samping Hinata. "Kamu butuh istirahat."

Hinata menghela napas berat. Lalu menerima uluran tangan Shikamaru. "Guys, gue cabut duluan!" ujar Hinata pada teman-temannya yang juga lagi pacaran.

"Hm, hati-hati!"

"Bang Shik, anterin Nata sampe rumah tanpa lecet, ya?"

"Pasti itu!"

-SKIP-

"Oh, jadi kalian yang belum dapet mentor," kata Hinata sinis. "Makanya, jaga sikap sama senior."

"Jadi ini gimana sama laporan kita, Kak?" tanya Moegi gugup. "Pak Danzo nyuruh kita konsultasi ke Pak Iruka, tapi beliaunya sedang ada tugas di luar kota. Kami diminta untuk menemui Kak Hinata."

Cerpen Hinata Hyuuga ala LokalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang