Cewek Badung (2)

476 49 10
                                    

Bibi Mikoto terkekeh geli melihat tingkah Hinata saat berhadapan dengan putra bungsunya. "Hinata sudah kenal Sasuke, ya?" tanyanya kalem. "Wajar, sih. Dia memang dosen di kampus yang sama dengan Hinata."

"Hm, kami memang sudah mengenal, Ma," Sasuke berkata dengan entengnya. Pandangannya masih tertuju pada Hinata. "Dan aku juga jadi wali kelasnya sekarang."

Diberikan tatapan yang begitu intens dan penuh intimidasi jelas membuat Hinata merasa tak nyaman. Ia sebisa mungkin menghindari tatapan Sasuke. Tangannya yang masih digenggam oleh lelaki itu juga berusaha ia tarik, sayangnya genggaman tangan Sasuke terlalu kuat untuknya.

"Mari masuk, kita makan malam bersama," kata Mama Hikari sambil menarik lengan Bibi Mikoto.

Itachi yang melihat sesuatu dari tatapan Sasuke untuk Hinata diam-diam menyeringai. "Sudah cukup berjabat tangannya," ucapnya sangat pelan. "Apa kalian tidak malu pada orang tua kita?" Ia berlalu begitu santainya melewati Sasuke dan Hinata.

Hinata menarik tangannya dengan paksa. Sasuke lalu melepaskannya begitu saja. Saat Hinata berbalik, gadis itu merasa telah menyandung sesuatu hingga membuat keseimbangannya terganggu. Hampir saja ia jatuh jika saja Sasuke tidak dengan sigap menahan lengannya.

"Hati-hati, dong," kata Sasuke kalem.

Hinata menoleh tajam ke arah Sasuke. Sementara Sasuke hanya acuh tak acuh. Saat Hinata berusaha untuk menarik tangannya agar terlepas dari genggaman Sasuke, lelaki itu justru menguatkan cengkeramannya. Hal itu jelas membuat gerakan Hinata terbatas dan tangannya menjadi agak sakit.

"Kamu harus bertanggung jawab,"

"Bertanggung jawab untuk apa?"

"Kamu menciumku dan kemudian meninggalkanku, kamu pikir aku ini apa?"

Hinata masih berusaha melapaskan tangan Sasuke. "Lalu apa yang Bapak inginkan?" tanyanya dengan suara yang sangat pelan, tapi tak ada nada ketakutan di sana.

"Aku ingin kamu," bisik Sasuke dengan seringai menggoda, "dan akan kupastikan kalau kamu takkan bisa lepas dari aku. Kamu akan selalu aku awasi."

"Bapak pikir saya ini buronan?"

"Kamu memang buronan, kalau kamu lupa," Sasuke mendekatkan wajahnya pada wajah Hinata, kemvalu menyeringai tipis. "Setelah mendekatiku, menggangguku, menciumku, lalu kamu pergi begitu saja. Kamu pikir apa itu namanya kalau bukan buron, eh?"

"Masalah itu, saya minta maaf. Saya benar-benar tidak sengaja saat itu. Sebenarnya saya hanya bermaksud untuk…" Hinata menelan ludahnya dengan paksa, "untuk… em… mencium pipi Bapak saja, tapi Bapak malah menoleh, em… jadi yaa… begitu,"

"Kamu pikir aku akan peduli?" tany Sasuke sinis. "Dengar, sampai kapanpun juga kamu ngga akan bisa lolos dariku."

Dan dimulailah penderitaan Hinata. Sejak malam itu Sasuke jadi sering muncul dan mengganggunya. Banyak hal pula yang disuruh Sasuke pada Hinata. Mulai dari hal penting yang sangat berguna, sampai hal yang tidak penting dan tak berguna sama sekali.

-SKIP-

"Hinata, tolong bawakan tugas teman-temanmu ke ruangan saya,"

"Baik, Pak."

Sasuke berjalan mendahului Hinata. Diam-diam ia tersenyum. Beberapa minggu belakangan ini ia mulai menikmati rasanya menyuruh Hinat melakukan ini dan itu. Yang paling Sasuke sukai adalah menyuruh Hinata memasak untuknya dan juga membawakan tugas dari teman-temannya yang harus dikumpulkan di ruangannya.

Setelah membuka pintu ruangannya, Sasuke menyuruh Hinata untuk masuk ke dalam. Ia lalu menutup pintu ruangannya. Sasuke memperhatikan Hinata yang sedang meletakkan tumpukan buku itu di atas meja kaca dengan hati-hati. Sasuke masih berdiri di samping pintu ruangannya yang tertutup rapat. Ia tersenyum kecil melihat wajah kesal Hinata yang seakan ingin sekali mengumpatnya.

Cerpen Hinata Hyuuga ala LokalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang