1 - Permulaan

239 67 94
                                    

🥀🥀🥀🥀🥀

Namaku Raisa, aku seorang siswi SMP kelas 2. Bertempat tinggal di tengah kota Jakarta membuat keseharianku dipenuhi oleh kebisingan.

Aku tinggal bersama dengan ayah, ibu, dan seorang adikku.

Pada awalnya, keluarga kami bahagia...

Tapi, semenjak adikku terbaring koma di rumah sakit, ayah dan ibu tidak pernah tersenyum lagi.

Ceritanya berawal sejak dua bulan yang lalu. Adikku menyeberang jalan sendirian dan tiba-tiba ada mobil yang melaju dengan kecepatan tinggi. Untung saja, seorang gadis muda menolong adikku dengan mendorongnya, hingga adikku bisa lolos dari kematian.

Terdengar klise, drama. Tapi ini benar-benar terjadi dan kualami. Karena saking kuatnya mendorong, adikku terjatuh dan aku tidak ingat lagi kenapa dia bisa berakhir di rumah sakit. Sementara orang yang menyelamatkan adikku, dia... malah yang menjadi korban.

Di satu sisi, aku sangat berterima kasih padanya. Tapi, di sisi lain aku juga merasa sangat sedih. Dia adalah penyelamat adikku.

Itu sudah dua bulan yang lalu, tentu saja tidak baik jika terus mengingat hal yang menyedihkan. Karena, betapa banyaknya hari berlalu, kita tidak bisa memutar kembali waktu ke saat yang paling indah, betapa pun inginnya kita.

Aku berusaha menutupi kesedihanku dan bersikap normal sebisa mungkin. Aku hanya tidak ingin terus berlarut dalam kesedihan.

Tapi, tidak begitu dengan ayah dan ibuku, mereka berdua benar-benar terlihat menyedihkan. Tidak ada senyuman lagi yang terlukis di wajah ibu. Dia... Tidak seperti yang dulu lagi.

Walau raut wajahnya sedih, dia tidak pernah menangis ketika di depanku. Hanya saja aku terkadang bisa mendengar isakan kecilnya saat ibu berada di dalam kamarnya.

Jujur saja, aku juga sangat sedih. Aku sangat menyayangi adikku. Tidak pernah terpikirkan dia terbaring di rumah sakit selama ini. Aku juga tidak tahu bagaimana caranya agar bisa menghibur ibu. Aku sangat tidak ingin melihatnya menangis dan dirundung kesedihan seperti ini.

Ayahku juga begitu. Meski tak pernah melihatnya menangis, namun tatapan mata ayah tidak secerah yang dulu lagi. Ayah terlihat begitu kuat, tapi aku sangat yakin ayah juga merasakan hal yang sama seperti yang ibu rasakan.

Adikku adalah sumber keceriaan di keluarga kami. Dia sangat aktif dan selalu ceria. Tiap hari bersamanya terasa sangat menyenangkan. Dia adalah adik yang sangat pengertian dan semua orang sangat mencintainya. Jadi ketika melihatnya seperti ini, tentu menjadi sebuah pukulan terbesar untuk kami.

***

Waktu Berlalu (Tempus Fugit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang