19 - Alvin

31 10 1
                                    


"Clara? Kau dimana? CLARAA!!"

Raisa terus mencari keberadaan Clara sambil menangis. Setiap koridor terus ditelusurinya. Ruang kelas, ruang guru,UKS, bahkan gedung olahraga. Namun, Raisa sama sekali tidak menemukan Clara.

Raisa bahkan sudah dua kali menaiki tangga menuju rooftop sekolahnya. Dan saat yang ketiga kalinya, Raisa pun dikejutkan dengan seorang gadis yang terbaring pingsan dilantai dengan pakaian yang terlihat basah.

Raisa mulai berjalan mendekat, tak ada oranglain selain dirinya dan gadis yang terbaring itu. Dan saat Raisa sudah ada di dekat gadis itu, dia sangat terkejut. Itu adalah Clara.

Raisa berusaha untuk membangunkan Clara dengan memanggil-manggilnya. Namun, Clara tak menjawab sedikitpun. Raisa takut dengan apa yang dilihatnya saat ini. Pakaian Clara basah karena penuh dengan darah, bahkan tangan dan kedua pipi Clara juga.

Raisa sangat khawatir dan ketakutan, dia tak henti-hentinya gemetar dan menangis. Raisa memeriksa suhu tubuh Clara dengan tangan kanannya. Dia menyentuh kening dan tangan Clara. Kening Clara hangat, namun kedua tangannya sangat dingin. Bahkan lebih dingin dari tangan Raisa saat ini.

"Cla-Clara? Clara bangun?! Clara, kau baik-baik saja?! Clara!!"

Raisa terus mencoba membangunkan Clara, suaranya serak dan gemetaran. Raisa menoleh kesekitaran, namun tak ada siapapun di tempat itu selain dirinya dan Clara.

Dan meski Raisa berteriak meminta pertolongan, tidak ada yang bisa mendengar suaranya bahkan melihatnya. Raisa juga tidak mungkin bisa membawa Clara seorang diri meski dia bisa menyentuh Clara.

"A-apa yang harus kulakukan? Clara! Bangunlah, ja-jangan buat aku takut! Clara!"

"Ba-bagaimana ini? Kenapa tidak ada seorangpun disini! Clara?!"

Raisa terus memanggil-manggil Clara, dia bahkan tak bisa merasakan kakinya karena lemas melihat banyak darah di tubuh Clara. Raisa mencoba menguatkan dirinya dan berusaha untuk tenang. Satu-satunya yang dia pikir bisa menolongnya saat ini adalah Alvin. Tapi, Raisa khawatir meninggalkan Clara sendirian.

"Clara? Kau harus bertahan, aku akan segera kembali!" Ucap Raisa sambil berusaha berdiri dan berjalan untuk mencari Alvin.

Raisa beberapa kali terjatuh karena tak kuat melihat banyak darah, apalagi kedua tangannya saat ini dipenuhi oleh darah yang ada di pakaian Clara.

"Te-tenang, aku harus mencari kak Alvin. Aku harus mencarinya!"

Raisa menuruni tangga dan berlarian di koridor kelas, satu persatu kelas telah dia lewati. Hingga Raisa tiba dikelas 3A, kelas Alvin.

Saat Raisa masuk kedalam kelas 3A, tatapan matanya menelusuri setiap sudut kelas, mencari keberadaan Alvin. Namun, Raisa tak menemukannya sama sekali. Itu membuat Raisa semakin takut dan khawatir. Wajah Raisa pucat dengan tetesan keringat di keningnya, menandakan bahwa dia saat ini sangat kelelahan namun juga takut.

Takut karena terus memikirkan keadaan Clara yang masih tidak sadarkan diri di rooftop sekolah. Raisa takut Clara akan kehabisan banyak darah, apalagi dengan seragam sekolah Clara yang sangat basah karena darah tersebut.

"A-aku harus mencari kak Alvin dimana lagi? Ba-bagaimana ini?" tanya Raisa pada dirinya sendiri.

Sementara itu, Alvin saat ini sedang ada di kantin bersama dengan dua orang teman sekelasnya. Mereka bertiga sedang makan siang bersama sambil membahas mengenai perlengkapan yang akan dibawa untuk menginap di sekolah.

Waktu Berlalu (Tempus Fugit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang