Clara saat ini sedang berjalan mengikuti seorang perawat di depannya. Clara melihat-lihat koridor rumah sakit yang dia lewati, pandangannya kemudian mengarah pada punggung perawat yang berjalan di depannya ini.
Perawat itu kemudian berhenti di depan sebuah pintu ruangan. Dia lalu membuka pintu itu dan mempersilahkan Clara masuk mengikutinya. Clara perlahan berjalan memasuki ruangan itu, namun belum tiga langkah dia kemudian berhenti berjalan. Terlihat sepasang suami istri sedang duduk di kursi yang berada dekat dengan sebuah ranjang rumah sakit.
Diatas ranjang itu terbaring seorang anak gadis berusia sembilan tahun dengan berbagai alat yang terpasang di tubuhnya. Gadis kecil itu tak lain adalah adik Raisa, yaitu Reina.
Memang benar, Clara saat ini sedang ada di rumah sakit untuk menjenguk adik Raisa. Dan kebetulan ayah dan Ibu Raisa juga ada disini. Perawat itu menyapa ayah dan ibu Raisa dengan ramah, dan setelah itu dia pamit meninggalkan Clara bersama dengan Ayah dan Ibu Raisa.
Ayah dan Ibu Raisa menatap Clara yang masih berdiri tidak jauh dari pintu. Mereka kemudian tersenyum tipis dan mempersilahkan Clara masuk.
"Nak, kemarilah." Ucap Ayah Raisa dengan lembut, membuat Clara berjalan mendekat kearah mereka.
Clara berhenti berjalan saat berada di samping Ibu Raisa yang masih duduk. Ayah Raisa berdiri dari kursinya dan menyuruh Clara untuk duduk di kursi itu.
Clara yang selalu berwajah tenang hanya menurut, dan mengucapkan terima kasih kepada Ayah Raisa.
"Kamu pasti temannya Raisa, kan?" tanya Ayah Raisa kepada Clara.
Clara hanya mengangguk menjawab pertanyaan dari Ayah Raisa. Pandangan mata Clara hanya tertuju kepada Reina yang saat ini terbaring koma di depannya. Ibu Raisa melihat Clara menatap Reina dengan tatapan sendu, dia kemudian tersenyum tipis dan lalu memegang tangan kiri Clara.
Hal Itu membuat Clara sedikit tersentak. Clara kemudian menatap tangan Ibu Raisa yang memegangnya, pandangan matanya kemudian di alihkan ke wajah Ibu Raisa yang saat ini juga menatap Reina dengan sendu.
"Dia adalah adik kesayangan Raisa. Meski selalu bertengkar dengannya, tapi Raisa akan sangat merindukan Reina jika tidak melihatnya seharian." Ucap Ibu Raisa tanpa melepaskan genggaman tangannya kepada Clara.
Clara kembali melihat tangan Ibu Raisa yang memegangnya. "Tangan yang besar, lembut, dan dipenuhi kasih sayang." Ucap Clara membuat Ibu dan Ayah Raisa tersentak dan menatapnya.
Ayah dan Ibu Raisa tak mengatakan apa-apa. Mereka seakan meneliti raut wajah Clara yang terlihat datar tanpa tersenyum sama sekali. Mata Clara terlihat sendu, namun jika terus di tatap lebih dalam akan terlihat kekosongan dan juga kehampaan. Menatapnya lebih dalam lagi maka akan terlihat aura dingin dan juga kegelapan yang akan terasa sangat menyakitkan. Mata yang sangat misterius.
Clara tahu bahwa saat ini Ibu dan Ayah Raisa menatapnya dengan tatapan yang dipenuhi oleh rasa penasaran. Namun Clara tak mengalihkan pandangannya untuk menatap mereka. Dirinya hanya melihat kearah Reina yang saat ini sedang terbaring di depannya.
Sampai Clara kembali mengeluarkan suara yang membuat Ayah dan Ibu Raisa tersadar. "Nyonya Wisnu, tolong jangan menatapku seperti itu." Ucapnya kemudian.
"Ah, maaf. Ini pertama kalinya aku melihatmu. Wajah tenangmu terlihat seperti boneka, kau mengingatkanku pada putriku yang telah tiada." Ucap Ibu Raisa dengan suara yang pelan dan sedikit parau.
KAMU SEDANG MEMBACA
Waktu Berlalu (Tempus Fugit)
Misteri / ThrillerCerita tentang kasih sayang, misteri dan kutukan.. ________________ Raisa adalah seorang siswa SMP, dia memiliki hidup yang bahagia bersama dengan Ayah, Ibu, dan adiknya, Reina. Namun, sebuah kecelakaan membuat adiknya koma dan harus dirawat di Ruma...