24 - Benarkah itu?

23 4 5
                                    

●●●

Huh, Clara keterlaluan.

Terlalu banyak yang dia sembunyikan dariku. Mulai dari dirinya, orang tuanya, saudarinya, termasuk rumahnya. Aku kan penasaran dengan masa lalu Clara, tapi kenapa dia seakan menyembunyikan semua itu rapat-rapat.

Apa dia tidak percaya padaku? Aku kan bukan orang yang jahat. Padahal, aku sudah menceritakan semua tentang diriku dan juga keluargaku. Aku memberitahukan semuanya kepada Clara, tapi dia sama sekali tidak berniat menceritakan apa-apa tentang kehidupannya.

Ah! Dia hanya menceritakan sedikit saja. Ceritanya pun juga tidak pernah selesai, Clara sangat keterlaluan. Dan sekarang, dia malah menyuruhku untuk menjaga rumahnya seorang diri, aku kan takut.

Rumah ini sangat menyeramkan, aku bahkan tidak percaya bagaimana bisa Clara tinggal di rumah yang mempunyai aura menakutkan seperti ini. Dan sebenarnya Clara itu mau pergi kemana sih? Sampai-sampai aku tidak diperbolehkan ikut!?

Clara…kau harus cepat pulang. Sendirian di sini…membuatku merindukan ayah dan ibuku.

※※※

Raisa berdiri di depan rumah Clara. Meski Clara sudah pergi cukup lama, namun Raisa tidak berniat masuk kedalam rumah. Alasannya, karena rumah Clara ini membuat Raisa ketakutan.

"Padahal aku merasa baik-baik saja saat berada di rumah ini bersama Clara. Tapi saat Clara pergi, rumah ini terasa berbeda dari sebelumnya. Rumah ini menakutkan saat Clara pergi." Ucap Raisa, sambil menatap rumah Clara dari atas hingga ke bawah.

Raisa lama menunggu kedatangan Tuan Han, orang yang Clara telepon untuk mendekorasi rumahnya. Tak berselang lama, terdengar suara mobil dan motor yang seakan dekat dari tempat Raisa berdiri.

Raisa pun membalikkan tubuhnya. Dan benar saja, dua mobil pick up berhenti di depan rumah Clara. Satu mobil pick up di isi oleh empat orang, dua di antaranya duduk di belakang bersama dengan barang-barang yang mereka bawa.

Sementara mobil pick up yang lainnya di isi oleh tiga orang yang duduk di jok depan. "Mereka datang." batin Raisa saat melihat orang-orang itu mulai turun dari kendaraan masing-masing.

"Bos, Anda yakin ini rumahnya?" tanya seorang pria saat melihat rumah besar yang ada di depannya ini.

Rumah ini besar, memiliki tiga lantai dan warna yang dominan adalah warna putih. Memiliki tangga dan pagar besi. Dimana setiap tangganya di tutupi oleh sampah yang sangat banyak. Tak hanya itu, halaman dan di depan pagar rumah ini juga dipenuhi oleh sampah yang sangat tebal. Ada pohon bunga flamboyan mati di depan rumah ini. Ada juga pohon yang setengah bagiannya mati dan setengahnya lagi berdaun lebat. Daun inilah yang saat kering tertiup angin dan menutupi anak tangga dan halaman di depan rumah Clara.

"Rumah ini seperti tidak pernah di huni oleh siapapun, Bos." sambungnya lagi, yang merasakan bulu kuduknya berdiri.

"Memang ini tempatnya, tidak salah lagi. Oh, dimana Lani dan Vega?" tanya Tuan Han kepada keenam karyawannya.

"Mereka masih di jalan Bos, sebentar lagi pasti sampai." jawab salah satu karyawan Tuan Han.

"Baiklah. Jun dan Mamat menyapu sampah. Yudi, Abang, Jaka, dan Samsul bawa barang-barangnya ke dalam." perintah Tuan Han kepada para karyawannya.

Waktu Berlalu (Tempus Fugit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang