12 - Bertemu Dengannya

29 11 11
                                    

Raisa perlahan membuka matanya, dia melihat sinar Matahari di jendela kamarnya, itu sudah cukup untuk membuatnya bangun.

Walau saat ini kamarnya lebih besar daripada kamarnya yang dulu, namun Raisa masih tidak terlalu nyaman untuk tidur di sini.

Alasannya, karena kamar ini punya nuansa yang gelap dan misterius, tidak seperti kamarnya yang di penuhi oleh nuansa berwarna merah muda kesukaannya.

Sambil mengucek matanya, Raisa kemudian turun dari tempat tidurnya dan berjalan keluar dari kamarnya, tentu saja dia langsung menembus pintu.

Dirinya kini sudah mulai menerima statusnya sebagai hantu. Jadi, semua kesibukan yang selalu di lakukannya saat bangun tidur, kini mulai dia tinggalkan.

Raisa kemudian berjalan menuju ruang tamu, dan duduk di salah satu sofa panjang, dia terlihat sedang memikirkan sesuatu.

"Aku ingin sekali mencuci wajahku, mandi, keramas, ganti pakaian, dan makan. Ta-tapi, tidak bisa.." gerutu Raisa sambil memegang-megang wajah imutnya.

Walau Raisa merasa menjadi hantu itu sangat keren karena bisa menembus dinding, namun Raisa juga agak menyayangkannya. Pasalnya, dia hanya bisa menyentuh benda selama lima detik dan setelah itu tangannya akan menembus benda tersebut.

Sambil terus menggerutu, Raisa tidak menyadari bahwa Clara sudah berdiri di belakang sofa yang di dudukinya. Clara terlihat menaikkan sebelah alisnya, melihat tingkah konyol Raisa yang terus mengoceh tidak jelas. Sampai saat Clara mulai membuka suara, Raisa langsung terkejut.

"Untuk apa melakukan hal yang tidak penting seperti itu, hantu sepertimu tidak membutuhkannya." ucap Clara datar sambil berjalan dan duduk di singgasananya.

"A-Astagaa..!! Ka-Kau Mengagetkanku..!" ucap Raisa, yang hanya di balas dengusan oleh Clara.

Clara kemudian mengambil remote tv yang ada di atas meja di depannya, menghidupkan tv untuk menonton kartun yang selalu ada di pagi hari.

Tiba-tiba saja Raisa ingat dengan kejadian semalam, Clara mengajaknya ke sebuah taman hiburan, dan membuatnya mencoba semua permainannya. Raisa jadi kepikiran untuk menanyakan sesuatu kepada Clara, pertanyaan yang sudah ada di benaknya sejak semalam.

"Cla-Clara..? Bisa aku bertanya sesuatu..?" tanya Raisa, membuat Clara menatapnya.

"Kau tidak lihat mataku yang sudah seperti mata panda ini?, dan kau masih ingin bertanya?! Apa aku terlihat seperti ensiklopedia di matamu hah?!" ucap Clara dingin, membuat Raisa tertunduk sambil memanyunkan bibirnya.

"Begitu saja marah.." batin Raisa

"Cih, dasar kucing kecil!! Apa pertanyaanmu?!" ucap Clara, membuat Raisa mendongakkan kepalanya sambil memperlihatkan matanya yang berbinar-binar.

"Sebaiknya pertanyaanmu itu berbobot. Kalau tidak, aku akan menyiksamu." ucap Clara dengan tatapan tajamnya, membuat Raisa tersentak.

"A-Aku ti-tidak jadi be-bertanya kalau begitu.." ucap Raisa sambil memegangi kedua pipinya, takut jika Clara mencubit pipinya yang montok nan menggemaskan itu.

"Huh?! Jadi, kau takut jika pertanyaanmu itu tidak berbobot?" tanya Clara, mencoba memperbaiki posisi duduk elegannya.

"Jika hanya ancaman kecil seperti ini saja, sudah bisa membuatmu menyerah. Maka, kau tidak akan pernah bisa menjadi kuat. Bagaimana caramu bisa melenyapkan kutukanmu itu jika kau terus saja lemah seperti ini. Jadi, sebaiknya buang jauh-jauh sifat putus asa dan cengengmu itu." ucap Clara.

"Aku mengerti. Ya-yang ingin aku tanyakan adalah pe-perihal semalam, ba-bagaimana aku bisa menyentuh benda-benda yang ada dalam waktu yang lama, da-dan bagaimana aku bisa dilihat oleh paman itu..?" tanya Raisa kemudian.

Waktu Berlalu (Tempus Fugit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang