30 - Aku Tidak Bisa

16 5 2
                                    

●●●

Clara memberikanku beberapa lembar kertas dan juga pena. Awalnya aku heran dengan tindakannya. Kertas dan pena yang dibawa Clara dari dalam pintu ini, ternyata bisa aku pegang lebih dari lima detik. Ini membingungkan dan juga membuatku terkejut.

Aku bingung dengan apa yang terjadi. Sejauh yang aku tahu, Clara adalah gadis yang paling aneh dan misterius. Untuk apa dia memberikanku kertas dan pena?

Raisa terus memperhatikan kertas di tangannya dengan tatapan kebingungan. Sampai mata Raisa membulat saat menyadari sesuatu.

"Jangan-jangan?!" Raisa seketika menatap Clara yang saat ini sedang tertidur pulas di tempat tidurnya.

Air mata Raisa mengucur dikedua pipinya. "Jadi begitu..." lirihnya sambil berusaha mengusap air matanya. Raisa menangis karena bahagia.

"Terima kasih." batin Raisa sambil menatap sendu kearah Clara.

Raisa lalu berjalan menuju meja belajar Clara, dia mulai duduk dan lalu menulis apa yang selama ini dirasakannya pada kertas-kertas yang diberikan Clara.

Raisa sudah lupa kapan terakhir kali dia menulis. Dia sangat senang karena bisa menulis kembali, sambil terus menuangkan perasaanya pada tulisan tangannya, air mata Raisa tak henti-hentinya mengalir keluar. Tanpa Raisa sadari bahwa Clara memperhatikannya dari atas tempat tidur.

Clara menatap Raisa dengan tatapan dingin, wajahnya yang terkesan datar menutupi perasaannya yang kini campur aduk. Perasaan Clara sudah tidak enak sejak dia menerima pemberitahuan dari sekolahnya yang mengatakan bahwa seluruh siswa di wajibkan untuk menetap di sekolah selama sepuluh hari penuh.

Apalagi akhir-akhir ini, diri lain Raisa yang menakutkan itu tidak mengganggunya. Seolah-olah menghilang begitu saja, hal itu membuat Clara gelisah. Dia khawatir akan terjadi sesuatu yang mengerikan disebabkan oleh hantu jahat itu.

Clara menghela napas pelan, dia sudah tidak mau memikirkan kemungkinan yang akan terjadi besok. Sambil menutup matanya, Clarapun mencoba untuk tidur.

Sementara itu Raisa terus saja menulis, dia tidak ingin melewatkan kesempatan ini sedikitpun. Banyak hal yang ingin disampaikannya kepada ayah dan ibunya, juga kepada teman-temannya. Raisa begitu bersemangat untuk menulis, lembar perlembar kertas mulai terisi dengan tulisan Raisa, hingga tanpa sadar sinar matahari pagi telah terbit.

"Apa aku baru saja begadang semalaman?!" Raisa sampai berdiri akibat rasa terkejutnya.

"Aku menulis sudah berapa lama?" tanya Raisa pada dirinya sendiri, sambil melihat kertas dan juga pena yang ada di tangannya.

Raisa sedikit heran dengan tinta penanya yang sama sekali tidak berubah sedikitpun, padahal dia sudah menulis lebih dari sepuluh lembar.

"Sudahlah..." batin Raisa sambil meletakkan pena yang dipegangnya diatas meja belajar Clara.

Clara perlahan membuka matanya. Sambil bangun dari tempat tidurnya, diapun mulai melangkahkan kakinya keluar dari kamar menuju ke ruang dapur. Raisa ingin menyapa Clara, namun tidak jadi akibat Clara terus saja berjalan tanpa mempedulikannya. Hal itu membuat Raisa berpikir bahwa Clara seperti masih mengigau dan belum sepenuhnya bangun.

Tak berselang lama, Clara masuk kembali ke dalam kamarnya. Raisa masih setia duduk di meja belajar Clara, bahkan saat Clara telah selesai memakai seragam sekolahnya.

Waktu Berlalu (Tempus Fugit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang