34 - Persiapan (2)

16 2 0
                                    

Keempat gadis itu masih mengarahkan perhatiannya kepintu dimana Clara tadi lewat. Gadis berambut sepunggung itu menyilangkan kedua tangannya dan mengalihkan pandangannya kearah gadis bertopi rajut yang bernama Eris.

"Apa yang kau katakan padanya?" tanya gadis itu dingin.

"Ti-tidak, bukan apa-apa kok." Eris terlihat gugup, dia berusaha untuk memandang kearah lain karena tidak ingin bertatapan mata dengan gadis yang berambut sepunggung ini.

"Sudahlah Kak Vallerie, kau jangan dingin seperti itu kepada Eris. Lagipula ini pertama kalinya aku lihat Eris tertarik dengan anak perempuan." Gadis berambut twintail itu terlihat menyeringai sambil terus mengunyah permen karetnya.

"Tsk, kau sama saja seperti kucing gila itu! Dan buang permen karetmu! Kau sudah mengunyahnya dari tadi pagi, menjijikkan sekali." Vallerie menatap kesal kearah gadis berambut twintail, membuat gadis itu memanyunkan bibirnya. "Ketus sekali…" batinnya.

"Hana, kapan mereka akan kemari?" Vallerie bertanya kepada gadis lainnya yang bernama Hana.

"Se-sebentar lagi." Hana sedikit takut saat Vallerie menatapnya.

Vallerie kemudian mengarahkan pandangannya kesekitaran atap, wajah dan tatapan mata yang dingin membuat teman-temannya menelan ludah. Sambil mendecih Vallerie berkata dengan ketus, "Bahkan tidak ada kursi disini, bagaimana bisa mengadakan rapat."

Gadis berambut twintail menghampiri Hana dan kemudian berbicara pelan kepadanya. "Sepertinya suasana hati Kak Vallerie sedang buruk."

"Ssst…Yuki, jangan bilang begitu." Hana memperingatkan Yuki agar tidak bicara sembarangan, dia tidak ingin Vallerie mendengar ucapan Yuki dan semakin marah.

Keempat gadis ini tidak lain adalah anggota osis. Meski dari osis namun keempat gadis ini berada di dalam naungan langsung Pak Arham, mereka ditugaskan untuk menjalankan misi yang sangat rahasia dari beliau. Bisa dibilang, tak ada seorangpun yang tahu misi ini selain Pak Arham dan mereka.

Mereka bermaksud untuk mengadakan rapat di rooftop terkait dengan tugas yang Pak Arham berikan. Mereka kini hanya menunggu lima orang siswa lain yang juga mendapatkan tugas yang sama.

**

Clara saat ini sedang berjalan di koridor kelas, jauh di depan Clara terlihat dua orang siswa yang sedang berjalan kearahnya, mereka tak lain adalah Alvin dan Raisa.

Raisa terlihat mengkhawatirkan Alvin, pasalnya wajah kakak kelasnya ini terlihat masih pucat. "Kak Alvin, se-sebaiknya kita ke UKS saja yah. Sini, biar kubantu Kak." Raisa memegang lengan kanan Alvin, hendak membantunya berjalan namun seketika Alvin menepis tangan Raisa.

"Jangan sentuh aku." Alvin menatap dingin kearah Raisa.

Clara berjalan kearah Alvin dan Raisa, ketika sampai didekat mereka Clara mulai bertanya, "Hn? Kalian, bagaimana hasilnya?" ucap Clara membuat Alvin kesal.

"Apanya yang bagaimana, kucing liar ini hampir membuatku dalam bahaya!" Alvin dengan ketus menunjuk Raisa, tindakan Alvin ini membuat Raisa tersentak dan nampak gugup.

Alvin menceritakan kepada Clara tentang bagaimana dirinya dan Raisa berjalan di sepanjang koridor kelas hanya untuk mencari hantu. Alvin juga menceritakan saat dirinya dan Raisa mengejar hantu perempuan yang melintas didekatnya, hingga keadaan Alvin yang seakan berada diantara jalan hidup dan mati akibat kecorobohan Raisa yang takut untuk membunuh hantu yang tertangkap.

Clara mendengar cerita Alvin dengan serius, dan saat cerita Alvin berada pada bagian dimana dirinya harus berusaha keras menahan hantu perempuan itu agar tidak bergerak, Clara seketika mengerutkan keningnya.

Waktu Berlalu (Tempus Fugit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang