27 - Ada Apa Di Sana?

14 5 1
                                    

Raisa juga ikut melambaikan tangannya meski apa yang dilakukannya itu tidak bisa dilihat oleh Tuan Han dan para karyawannya.

Saat Tuan Han dan para karyawannya sudah tidak terlihat lagi, senyum termanis Clara mulai memudar. Clara sudah tidak melambaikan tangannya lagi, tatapan mata Clara kembali menjadi sangat dingin dan juga tajam.

Raisa merasakannya. Dia tersentak saat merasa bahwa ada sesuatu yang sangat dingin dan menusuk di sampingnya. Raisa kemudian menoleh kearah Clara dan terkejut bahwa sikap Clara mulai kembali menjadi dingin.

Clara berdecak kesal, dia lalu mengibas sedikit rambutnya dengan tangan kirinya kemudian berbalik dan berjalan masuk kembali ke rumahnya tanpa mengatakan apapun kepada Raisa.

Raisa hanya membuka mulutnya lebar tanpa berkata apa-apa. Dia tidak percaya dengan apa yang dilihatnya. Sedikit ragu, Raisa kemudian berjalan mengikuti Clara.

Saat Clara berada di bibir pintu, dia melihat ruang tamunya saat ini menjadi sangat terang karena Tuan Han tidak mengambil kembali lampu yang sudah dipasangnya. Bisa dibilang Tuan Han tidak mengambil kembali semua properti yang dibawanya, dia memberikan semuanya kepada Clara dan bahkan mengembalikan uang yang di transfer Clara kepadanya.

Saat Clara melangkah masuk, tak sengaja kakinya menyentuh sebuah balon berwarna merah muda yang banyak tersebar di lantai. Clara menatap balon yang ada di kakinya, dan detik berikutnya dia menginjak balon itu hingga pecah membuat Raisa terkejut.

"Sialan!" umpat Clara dengan wajah yang sangat marah.

Raisa hanya menelan ludahnya, dia terkejut sekaligus heran dengan tingkah Clara barusan. "Ada apa dengan Clara? Ke-kenapa dia tiba-tiba marah begini…" batin Raisa.

Clara menoleh ke arah Raisa, tatapan matanya membuat jantung Raisa seakan berhenti berdetak. Raisa tidak tahu apa yang menyebabkan Clara marah namun dia juga takut untuk menanyakannya, apalagi saat melihat tatapan Clara yang seakan ingin mengulitinya.

"Ini semua salahmu!!" ucap Clara dengan nada yang keras membuat Raisa tersentak kaget.

"Harusnya kau menahan mereka untuk tidak ke dapur!! Untung saja aku segera tiba sebelum mereka benar-benar masuk kesana!!"

Raisa memang pernah melihat Clara marah, namun ini pertama kalinya Clara terlihat marah dengan raut wajah yang cemas.

"Me-mereka ha-hanya mengganti lampunya kok. Me-menurutku itu hal ya-yang baik…" Ucap Raisa pelan dan sedikit gemetaran.

"Baik katamu?! Tak ada yang baik saat mereka masuk kemari dan membuat rumahku berantakan tahu!! Semua gara-gara kau!!"

"Berantakan darimana, Tuan Han malah membuat rumah yang awalnya menakutkan ini menjadi terang dan indah. Apa bagi Clara rumah bagus itu adalah rumah yang gelap dan menakutkan?! Dan kenapa juga aku yang di salahkan, aku kan tidak berbuat apa-apa." batin Raisa sambil merutuk.

Selama sepuluh menit Clara terus memarahi Raisa, dan setelah itu Clara berjalan masuk ke kamarnya. Dia tak lupa untuk mengancam Raisa agar tidak mengikutinya ataupun melangkah kemana-mana. Sebagai hukuman atas kesalahan Raisa, maka dia di suruh untuk terus berdiri di pojok ruangan sampai Clara keluar dari kamarnya.

"Ini bukan salahku…" ucap Raisa pelan sambil cemberut.

"Clara menyebalkan. Ibuku saja tidak pernah marah selama itu padaku. Ibuku bahkan tidak pernah menghukumku berdiri di pojokan seperti ini!" rutuk Raisa sambil menarik napas berat.

"Tapi setidaknya Clara tidak memukulku. Soalnya kalau marah seperti itu dia biasanya akan langsung memukul dan rasanya akan sangat sakit."

Raisa terus berdiri di pojok ruangan, dia tidak henti-hentinya bergumam sambil merutuk sendiri. Dan ketika gumaman Raisa sampai kepada dapur di rumah Clara, dia pun menjadi tersentak.

Waktu Berlalu (Tempus Fugit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang