21 - Pertemuan Dua Gunung Es

20 7 1
                                    

●●●

Syukurlah Clara baik-baik saja. Aku sangat khawatir dan juga takut saat aku melihatnya pingsan dengan tangan dan pakaian yang penuh dengan darah. Aku sangat takut.

Untunglah kak Alvin mengatakan bahwa itu bukanlah darah Clara. Aku sangat lega mendengarnya. Entah apa yang dilakukan oleh diriku yang lain itu kepada Clara, hingga Clara seperti ini. Tapi, itu akan aku tanyakan nanti. Untuk sekarang, menunggu Clara sadar adalah hal yang terpenting.

Memerlukan waktu yang cukup lama untuk menunggu Clara bangun, apalagi aku dan kak Alvin sedikit was-was jika ada petugas UKS yang tiba-tiba masuk dan melihat kondisi Clara saat ini.

Meski darah pada tangan dan wajah Clara sudah dibersihkan oleh kak Alvin, tapi seragam Clara yang basah karena darah masih belum diganti. Apalagi dengan seprai putih yang kini menjadi merah gara-gara darah pada pakaian Clara, dan jika petugas UKS melihatnya maka kak Alvin akan dalam masalah, dan seluruh sekolah akan sangat riuh.

Tapi, tindakan Kak Alvin yang mengunci pintu UKS adalah hal yang benar. Dengan begini aku tidak khawatir lagi jika ada yang datang.

Meskipun begitu, aku masih mengkhwatirkan Clara. Clara, kau harus bangun.

"UKS?" batin Clara yang saat ini telah sadar dan mengetahui bahwa dirinya sedang ada di dalam UKS.

Meski Clara sadar bahwa dirinya sekarang ada di UKS, tapi dia masih belum sadar bahwa saat ini Raisa sedang memeluknya sambil menangis. Baru saat Clara merasakan sesak, dia mulai menyadari pelukan dari Raisa.

"Kucing kecil? Apa yang sedang kau lakukan?"

Pertanyaan Clara dengan suaranya yang dingin itu, sontak membuat Raisa terkejut. Dia kemudian melepaskan pelukannya dari Clara dan menghapus air matanya yang terus mengalir menuruni pipinya.

Ini pertama kalinya Raisa tidak takut dan gemetaran saat mendengar suara dingin dari Clara. Dia merasa bersyukur karena sekarang Clara sudah sadar dan kembali menjadi dirinya lagi.

Clara yang melihat Raisa menangis, entah kenapa membuatnya kesal. "Cih, dia ini benar-benar cengeng sekali." batin Clara sambil mengalihkan pandangannya ketempat lain. Bersamaan dengan hal itu, pandangan Clara mengarah pada seseorang yang duduk di tepi ranjang, tepat disebelah ranjangnya.

Orang itu adalah Alvin. Clara sedikit terkejut saat melihat Alvin, namun dia bisa menutupi keterkejutannya dengan ekspresi datar dan dinginnya. Alvin menatap Clara dengan mata yang sangat dingin, dan Clara pun ikut membalas tatapan dingin Alvin.

Clara dan Alvin yang saling melemparkan tatapan dingin membuat Raisa yang berada diantara mereka berdua, merasa menggigil dan ketakutan. Dan bersamaan dengan Alvin dan Clara yang masih saling bertatapan, hujan mulai turun dengan sangat deras. Hal itu membuat suasana di sekitaran Raisa semakin dingin.

"I-ini a-ada apa se-sebenarnya?" batin Raisa yang mulai berhenti menangis karena aura dingin menusuk disekelilingnya. Raisa menengok ke arah Clara, dan kemudian menengok ke arah Alvin. Raisa terus melakukan itu sambil meneguk air liurnya karena takut melihat kedua orang ini yang seakan-akan musuh bebuyutan selama berabad-abad yang lalu.

Waktu Berlalu (Tempus Fugit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang