33 - Latihan (2)

24 4 1
                                    

Alvin berusaha menahan gadis yang ditindihnya agar tidak memberontak. Napas Alvin terputus-putus, butiran keringat terbentuk dikeningnya menandakan bahwa Alvin mengerahkan banyak tenaga agar dapat menangkap gadis ini.

Alvin menyadari kehadiran Raisa, dia kemudian menoleh kearahnya yang sedang berdiri di depan pintu sambil menutup wajahnya dengan kedua tangan.

"Kenapa kau diam saja? Cepat kemari!" ucap Alvin dengan napas yang berat.

Raisa mengintip dari cela jarinya, menurutnya usianya saat ini belum cukup untuk menyaksikan hal didepannya. Alvin menaikkan sebelah alisnya, dia bingung dengan yang dilakukan Raisa.

"Hei, Kenapa menutup wajahmu? Tidak dengar aku menyuruhmu kemari?!"

"Ka-Kak Alvin, a-apa yang se-sedang Kakak la-lakukan itu?" Raisa bisa merasakan wajahnya memerah karena malu melihat tindakan Alvin.

"Kenapa kau bertanya? Aku sudah menangkapnya, cepat kemari!" bentak Alvin kepada Raisa. Dia sudah tidak bisa menahan gadis yang ditindihnya ini terlalu lama, tenaga Alvin terlalu terkuras saat berusaha menangkapnya.

Raisa berjalan dengan ragu, kedua tangannya masih berada diwajahnya. Saat Raisa sudah sampai di dekat Alvin, Raisa bisa melihat dengan jelas dari cela jarinya wajah gadis yang Alvin tindih. "Dia...gadis yang cantik" batin Raisa yang mulai merasakan wajahnya memanas.

Gadis yang ditindih Alvin berusaha memberontak, dia memperlihatkan wajah pucat, sedikit semburat, terlihat sangat manis. Namun tatapan matanya menunjukkan rasa ketakutan.

"Ka-Kak Alvin? A-apa yang ka-kakak lakukan pa-padanya, le-lepaskan dia! Di-dia hanya mu-murid biasa!" Raisa menjadi panik, gadis yang sedang ditangkap Alvin ini bukanlah gadis yang mereka kejar tadi. Tentu saja, karena gadis yang mereka kejar berwajah retak dan mengerikan, tidak secantik dan semanis ini.

"Bodoh, lihat baik-baik! Jangan tertipu dengan wajahnya!" Alvin akui, gadis yang ditindihnya ini memang tidak terlihat seperti hantu, wajah yang begitu manis dan terkesan lugu tidak akan ada yang mengira bahwa dirinya bukan manusia.

Tapi berbeda dengan Alvin, dia tidak bisa dikelabui begitu saja, "Tangan hantu itu dingin dan saat memegangnya, rasanya seperti memegang asap tipis yang dingin. Menahan hantu ini terlalu lama membuat tenagaku terkuras, ini harus selesai secepatnya!" Alvin mulai terlihat pucat, keringat mulai mengucur dikeningnya.

Alvin awalnya mengira bahwa kondisinya sekarang disebabkan karena kelelahan mengejar dan menangkap gadis ini, sebab untuk menangkapnya Alvin berusaha sekuat tenaga bahkan beberapa kursi ikut patah dan rusak akibat dari tindakannya.

Sekarang Alvin sadar, bahwa tenaganya semakin terkuras saat memegang pergelangan tangan hantu ini, napas Alvin mulai berat dan rasa kantuk mulai menyerangnya.

"Sial! Gadis ini berusaha mengambil alih tubuhku!"

Raisa memperhatikan dengan jelas wajah gadis yang ditindih Alvin, dia mengerutkan keningnya karena tidak melihat ada yang aneh. Namun saat Raisa melihat keringat mengucur secara tidak wajar dipelipis Alvin, membuat Raisa mendadak merasa tidak nyaman.

Tiba-tiba saja suasana disekitar Raisa berubah, terasa dingin, berat, dan menyesakkan. Raisa kembali menatap gadis yang ditindih oleh Alvin, ada aura mencekam seakan keluar dari tubuh gadis itu. Perlahan wajah gadis itu berubah, dari yang awalnya begitu manis dan cantik kini dipenuhi dengan urat hitam kelam, retak, dan mengeluarkan cairan hitam kemerahan.

Waktu Berlalu (Tempus Fugit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang