15 - Aku Harap

26 12 0
                                    

Saat Raisa sedang berjalan sendirian keluar sekolah, dia bertemu dengan Clara. Tak ada pembicaraan antara Raisa dengan Clara selama perjalanan pulang. Hingga, saat Clara mulai masuk ke dalam rumahnya lalu duduk di sofa, dan di ikuti oleh Raisa di belakangnya..Clara pun mulai berbicara.

"Kemana saja kau seharian ini?" tanya Clara ketus, sambil mengibas sedikit rambutnya.

"Ehm..itu..a-aku pergi mencari anak itu dan terus berada di kelas tiga.." jawab Raisa, agak gugup.

"Hm? Siapa yang kau cari?" tanya Clara yang nampak kelelahan.

Mendengar itu, Raisa terlihat agak kesal. Dia berpikir bahwa Clara kemarin tidak mendengarkannya bicara. Ingin sekali Raisa merutuki Clara, namun saat Raisa melihat wajah Clara yang datar dan penuh dengan ekspresi dingin membuat Raisa menciut.

"Anak laki-laki yang bisa ku sentuh itu loh, aku kemarin sudah mengatakannya bahwa ada anak laki-laki yang ku tabrak saat sedang lari karena takut pada hantu..!" ucap Raisa sedikit cemberut.

"Jadi bagaimana hasilnya?" tanya Clara lagi, membuat Raisa tertunduk sambil menggelengkan kepala.

"Aku terus memanggilnya sambil menepuk-nepuk pundaknya, bahkan menggunakan banyak ekspresi wajah untuk menarik perhatiannya, tapi...dia seperti tidak melihatku. Padahal, tanganku ini benar-benar memegangnya..aku benar-benar menyentuhnya..!" ucap Raisa, yang sedikit depresi.

"Kau bilang dia dari kelas berapa tadi?" tanya Clara, sambil berbaring di atas sofa dengan gaya yang elegan, membuat Raisa sedikit takjub.

"Dia terlihat seperti putri..cantik." batin Raisa membuat Clara menatapnya tajam.

"Kenapa tidak menjawabku hah?" tanya Clara ketus, membuat Raisa tersentak.

"Di-dia dari kelas 3-A, namanya kak Alvin.." jawab Raisa.

"Hm? Alvin? Nama yang tidak asing.." batin Clara.

Dirinya merasa tidak asing dengan nama itu, dia seperti sering mendengarnya di sekolah tapi lupa dengan wajah orang yang bernama 'Alvin'.

"Cih, terserahlah." batin Clara lagi sambil menutup matanya.

Raisa yang melihat Clara berbaring di atas sofa sambil menutup matanya, agak ragu untuk bertanya kepada Clara. Raisa beranggapan bahwa Clara mungkin saja mencoba untuk tidur. Tapi, jika Raisa tak berbicara sekarang maka kapan lagi, dan mereka harus menghentikan kutukan ini secepat mungkin.

"Clara, apa boleh aku bertanya?" ucap Raisa, yang mencoba untuk memberanikan dirinya.

"Apa yang ingin kau tanyakan?"

"Apa anak indigo itu bisa di sentuh dan menyentuh hantu? Apa mungkin kak Alvin adalah anak indigo sepertimu?" tanya Raisa yang sedikit ragu dengan ucapannya.

"Anak indigo? Aku tak mengerti maksudmu." ucap Clara tanpa membuka matanya, membuat Raisa tersentak.

"EEH! Bu-bukannya kau itu anak indigo? Kau kan bisa melihatku da-dan juga aku bisa menyentuhmu, tanganku tidak menembus saat memegang tanganmu, ti-tidak seperti saat aku menyentuh yang lain." kata Raisa, membuat Clara membuka matanya perlahan.

"Aku anak indigo? Tidak. Jangan salah sangka, tapi aku dan mereka tidaklah sama." ucap Clara membuat Raisa keheranan.

"Mereka yang memiliki keistimewaan untuk bisa melihat hal yang tidak bisa di lihat oleh orang lain, sangat jauh berbeda denganku yang mendapatkannya karena mengorbankan sesuatu."

Raisa agak kaget dengan apa yang di ucapkan Clara. Dia sebenarnya tidak terlalu memahami tentang anak indigo, namun satu hal yang Raisa tahu pasti bahwa anak indigo memiliki kemampuan untuk berinteraksi dengan makhluk tak kasat mata.

Waktu Berlalu (Tempus Fugit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang