29 - Persiapan (1)

17 3 1
                                    

Clara menghela napas berat, selama seharian penuh dirinya terus memungut sampah, menyapu, dan mengepel. Dia sangat kelelahan karena membersihkan seluruh ruangan di dapurnya seorang diri. Itu karena Raisa tidak membantunya sama sekali.

"Akhirnya selesai juga! Sekarang malah terlihat lebih bersih dan juga indah!" ujar Raisa dengan raut wajah ceria.

"Hah...hah! Aku tidak akan pernah melakukan ini lagi!" rutuk Clara sambil mengatur napasnya.

Clara baru menyadari bahwa ternyata dia membersihkan rumahnya sampai malam. "Tsk, aku bahkan belum bersiap-siap." batin Clara yang terus merutuk karena menurutnya, pekerjaan seperti ini hanya membuang-buang waktunya saja.

"Aah..aku bahkan terlalu lelah untuk memarahi kucing kecil ini." batin Clara lagi sambil mengatur napasnya.

Raisa melihat Clara yang nampak kelelahan, dia terlihat kasian kepada Clara. "Itulah kenapa kau harus rajin membersihkan rumahmu, jangan sampai banyak sampah menumpuk. Kau lihat tadi? Bahkan aku tidak bisa melihat lantai dapurmu gara-gara tertutupi oleh banyaknya sampah."

Ucapan Raisa terdengar sangat menyebalkan bagi Clara. Dia ingin sekali menyumpal mulut Raisa agar berhenti mengoceh, namun melakukan itu hanya akan membuang-buang waktu dan tenaganya.

"Clara, kau harus rajin membersihkan rumahmu. Jika rumahmu bersih kau juga akan merasa nyaman tinggal disini." Ucap Raisa lagi.

Clara hanya menatap sinis ke arah Raisa sambil menggerutu di dalam hati. "Terus saja mengoceh! Lakukan terus hingga suaramu serak! Kucing menyebalkan!!"

Clara mulai tidak tahan dengan ocehan Raisa, sehingga dirinya langsung berjalan pergi menuju kamarnya, meninggalkan Raisa yang masih ada di dalam ruang dapur.

"Clara? Kau mau kemana?" tanya Raisa saat menyadari bahwa Clara berjalan pergi meninggalkannya.

"Mandi." jawab Clara singkat.

**

Alvin saat ini sedang duduk di sofa sambil melihat Ivan berbenah. Dia dan Avin saling bertatap-tatapan akibat tingkah Ivan yang saat ini sedang kesulitan memasukkan semua pakaiannya ke dalam tas sekolahnya.

"Apa perlu aku memakai koper yah?" tanya Ivan ketika menyadari bahwa tas sekolahnya sudah penuh oleh pakaian.

"Aku sudah tidak tahan lagi. Ivan!! Kita Itu Tidak Sedang Pindah Rumah! Kenapa Kau Harus Mengeluarkan Semua Pakaianmu Yang Ada Dilemari Hah?!" bentak Avin sambil melempar kaos ke arah Ivan.

"Kau jangan bilang begitu, kita ini akan menginap di sekolah selama sepuluh hari! Ada banyak barang yang harus dipersiapkan tahu?!" Ucap Ivan sambil membalas melempar pakaian kaosnya kearah Avin.

"Tapi kan tidak sebanyak ini juga!!"

Ivan dan Avin saling melempar pakaian kaos sambil terus mengoceh dan bertengkar. Alvin yang melihat kedua saudaranya ini hanya bisa memijat keningnya. "Mereka berdua benar-benar bodoh. Sangat kekanak-kanakan!" batinnya.

Tanpa menghiraukan kedua saudaranya yang masih terus bertengkar, Alvin membuka ponselnya yang bergetar menandakan ada pesan yang masuk. Ternyata yang mengirim pesan itu adalah ibu mereka, beliau mengatakan bahwa tidak akan pulang selama tiga hari karena harus mengurus bisnis bersama dengan ayah mereka.

"Disaat seperti ini Mama dan Papa malah tidak pulang." batin Alvin sambil membalas pesan ibunya dengan mengatakan bahwa dirinya dan kedua saudaranya akan menginap di sekolah selama sepuluh hari. Alvin juga mengatakan kepada ibunya untuk menjaga diri baik-baik di sana.

Waktu Berlalu (Tempus Fugit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang