Touch me like you do

19.2K 3.1K 364
                                    

Setahun menikah dengan Kaffi, mungkin minggu ini adalah minggu paling membahagiakan bagi Iis.

Meski kaku pada awalnya namun Kaffi semakin hari semakin manis saja, kecupan manis di kening Iis saat akan berangkat bekerja atau akan tidur buktinya.

Yah meski sejauh ini hanya sebatas peluk, cium kening, cium pipi sih. Kaffi nampaknya tak kunjung berani ke tahap yang lebih jauh.

"Nduk, masak banyak buat makan malam ya, sekalian buat sahur. Besok mau ikut puasa kamiskan?" Teguran sang mertua membuat Iis menghentikan kegiatan mencuci berasnya.

"Mau bu, mas Kaffi tadi juga bilang mau puasa." Balas Iis yang kemudian melanjutkan kegiatannya, dipikirnya sang mertua sudah beranjak namun Ibunda Kaffi malah mendekat dan menatapnya lamat.

"Kenapa bu?" Iis tersenyum salah tingkah, namun sang ibu mertua malah mengelus kepalanya sayang.

"Seneng Ibu liatnya kamu sama Kaffi makin kayak pasangan suami istri, ibu sempet takut kalian ga akur soalnyakan kalian dijodohkan, gak punya kesempatan mengenal dulu. Syukur Alhamdulillah kalian saling sayang,"

Iis mengulas senyum.

"Semoga Iis jadi istri yang baik buat Kaffi yah Bu."

"Kamu udah jadi istri yang baik kok," Suara Kaffi membuat kedua berbalik mendapati pemuda yang sudah melonggarkan kancing kemejanya itu terlihat serius menguping percakapan Ibu dan Istrinya.

"Mas? Mas kapan datangnya?"

"Kamu Fi, gak beri salam masuk rumah!"

Teguran keduanya hanya dibalas kekehan Kaffi, padahal sudah sejak tadi ia berteriak memberi salam hanya tidak ada yang mendengarnya.

"Masak apa kamu ay?"

'Ay' Menjadi panggilan sayang pilihan Kaffi untuk sang istri, katanya aneh Iis memanggilnya Mas tapi ia hanya memanggil namanya saja.

Iis menyarankan memanggilnya sayang, namun menurut Kaffi terlalu panjang hingga ia menyingkatnya jadi 'Ay' saja.

"Ini baru masak nasi. Suami ku mau makan malam apa emangnya?" Bagi Iis seperti mimpi rasanya terlibat percakapan manis seperti ini dengan Kaffi, tapi ini sungguh terjadi.

"Sayur lodeh, bikinin sambel juga." Kaffi kemudian mendekat mengecup singkat pelipis Iis.

"Ih, mas dilihatin Ibu tuh!" Coba tangannya tidak dalam keadaan basah tentulah habis perut Kaffi dicubitinya.

"Biarin aja, tiap hari juga Ibu sama Ayah tuh menye-menye."

Sang Ibu terkekeh dengan ledekan anak semata wayangnya.

"Iya, kalau sudah halal mah bebas," Iis dan Kaffi kompak tertawa dengan respon sang Ibu namun tidak lama tawa itu menjadi saling tatap dan sembari tersenyum canggung karena permintaan tiba-tiba sang Ibu.

"Tapi kapan dong Ibu bisa gendong cucu Kaf, Is?"

"Eh?" Iis menatap Kaffi meminta jawaban.

"Cucu bu?" Kaffi masih tidak percaya dengan apa yang didengarnya namun Sang Ibu mengangguk yakin.

"Iya, cucu. Bikinin ya?"

I DON'T WANNA GET MARRIED!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang