Jefrin, kepala editor muda itu sedang melancarkan PDKT dengan Ochi staff keuangan penerbit tempatnya bekerja.
Hari ini lancar, mereka bahkan makan siang bareng, Jefrin mengajak gadis itu pulang bersama meski ditolak karena Ochi harus lembur.
Namun, Jefrin tidak kehabisan akal, ia ingin memberi Ochi kesan pria tulus yang rela berkorban jadilah Jefrin tinggal di ruangannya menunggui pekerjaan Ochi selesai dan kembali menawarkan tumpangan.
Rencana Jefrin begitu sempurna sampai Ochi mengirimkannya pesan karena pulang duluan dan batal lembur karena ibunya datang dari Bandung.
Meski berkecil hati Jefrin tetap tersenyum memamerkan lesung pipinya meski tidak dilihat Ochi di ujung telepon sana.
"Ya udah gak apa-apa, aku juga emang lagi ngecek naskah-naskah yang masuk juga Chi. Ini juga udah mau pulang."
Naskah-naskah apa? Bahkan tidak ada tim yang menyerahkan naskah yang sudah di edit hari ini. Hanya alasan agar Ochi tidak enak hati saja.
"Besok deh pulang barengnya, aku traktir pizza juga gimana?" Tawaran Ochi membuat Jefrin mengepalkan tinju dan berteriak YES! Di dalam hati.
"Okay. Ya udah aku tutup ya. Salam sama ibu kamu."
Setelah panggilan mereka terputus, Jefrin langsung merapikan barangnya bergegeas pulang, tak lupa pula ia mematikan lampu di ruang kerjanya hingga semuanya remang.
Jefrin buru-buru keluar karena saat malam, hanya lampu di Lorong kantor yang menyala, ia juga tidak terlalu suka kegelapan.
Baru saja menutup pintu ruangannya ada suara aneh yang di tangkap telinga Jefrin yang kini berdiri kaku.
"Hhhhhhh," Suara perempuan menangis tersendur-sendu di balik meja-meja kantor yang padat membuat nyali Jefrin rontok.
"Hiks hiks," kini suara itu terisak pedih hingga Jefrin merasakan hawa dingin yang aneh.
"Jangan-jangan bener kata anak-anak kalau kantor ini penunggunya kuntilanak patah hati?" Jefrin bermonolog namun tangisan itu malah berhenti mendengar suaranya.
"Ampun mba kunti, saya udah mau pulang kok, jangan ganggu saya, ngikut apa lagi."
Jefrin melirik ke kiri dari sumber suara tapi hening-hening saja, suara tangisan itu lenyap.
Namun saat berbalik ke kanan Jefrin langsung terperanjat dan berteriak kencang karena di hadapan wajahnya ada perempuan dengan rambut acak-acakan berdiri tanpa expresi.
"Aaaaaaaa Ku...kunti!"
"Ini gue, bukan kunti!"
Klik! Jose menyalakan lampu lalu menarik ingusnya yang sudah meleber sejak tadi.
Jefrin yang menutup rapat matanya kini memberanikan diri membukanya setelah mendengar suara yang familiar itu.
"Jose? Elo lembur? Hhhh bikin kaget aja lo," Jefrin berdehem lalu bangkit merapikan pakaiannya dan mulai berbisik-bisik pada Jose.
KAMU SEDANG MEMBACA
I DON'T WANNA GET MARRIED!
General FictionMarriage just like walk in the park. Yes, jurassic park! Gue gak mau nikah!!!!