Epilog

40.7K 3.9K 1.3K
                                    

Jose terlihat lesu, sudah dua kali pesawatnya delay karena cuaca buruk, hampir delapan jam ia menunggu di Shuvarnabhumi airport tapi belum ada kejelasan tentang jadwal pesawatnya menuju Jakarta.

Padahal orang dari kantor sudah siap menjemput, kalau begini mau tidak mau Jose harus naik taksi nanti.

"Your attention please, passengers of Thai airways on flight number CA127 To Jakarta please boarding form door B3, Thankyou."

Ada kelegaan besar di hati Jose mengera penguman itu. Jose segera berlari ke gate, ia tidak sabar untuk tiba di Jakarta.

"Aduh, tinggi banget sih!" Jose menunggu pramugari yang lewat agar bisa membantu menaikkan koper kecilnya.

"Sini mba, saya bantu."

"Ah, terimakasih." Penumpang yang kebetulan duduk di dekat Jose segera membantunya.

Jose dapat tempat duduk di samping jendela, ia selalu senang duduk di sana sampai kesenangannya sirna begitu melihat awan hitam gelap sepanjang perjalanan.

Cuaca memang tidak baik, beberapa kali pesawat mengalami goncangan, dari yang kecil hingga yang besar. Buru-buru Jose menutup jendelanya, sungguh sangat menyeramkan.

Apalagi saat cabin crew mengumumkan penumpang yang sedang ke kamar kecil untuk segera kembali dan memasang sabuk pengamannya.

"Wah, baru pertama kali saya naik pesawat turbulancenya sampai sekenceng ini," Celoteh rekan satu barisnya yang duduk paling ujung, wanita yang mungkin sudah menginjak 40 tahun itu memeriksa rekannya yang duduk di tengah serta Jose yang sudah tersenyum padanya.

"Dek gak apa-apa dek?"

Penumpang yang duduk di tengah tetap memejamkan matanya tanpa menjawab, sepertinya ia sangat ketakutan karena pesawat masih saja mengalami goncangan berlebihan.

Mulutnya komat kamit membaca doa, saat seperti ini semuanya mengingat Tuhan, kecuali Jose yang mengingat janji pentingnya.

"Aduh, gue harus ketemu sahabat-sahabat gue besok siang." Keluhnya.

Rekan duduk Jose masih saja gemetar ketakuan, Jose berinisiatif menepuk pundaknya.

"Hey, are you okay?"

"No, gue takut ketinggian. Ini... ini serem banget."

"Take my hands, pegang aja. Maybe you feel better, my friends said ini menguatkan. Hem?" Jose mengulurkan tangannya yang takut-takut digenggam pria di sampingnya.

Siapa sangka genggaman itu memberi kenyamanan, saking nyamannya ia sampai tertidur. Setelah bangun si pemuda menyadari...

"Mas, bagun mas. Udah nyampe mas."

"Eh? Ah iya." Pemuda itu baru sadar pesawat yang ditumpanginya sudah sepi, hanya tinggal beberapa penumpang yang tersisa termasuk dirinya.

"Cewek yang sebelah saya tadi mana ya mba?"

"Oh, sudah turun mungkin mas."

Jose sudah pergi, tanpa sempat ia berkata terimakasih dan tanyakan namanya.

☘️☘️☘️☘️

Café di dekat kantor Jose memang selalu jadi tempat kumpul mereka sejak dulu, café itu tidak terlalu jauh dari rumah Iis, dan tempat kerja Rani serta Gita.

Jose sudah mengatur nafas sejak tadi, ditemani americano di mejanya.

Kenapa rasanya gugup bertemu Iis, Gita dan Rani setelah sekian lama?

I DON'T WANNA GET MARRIED!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang