Berusaha Menahan

3.5K 212 1
                                    

Jika aku harus hidup seperti ini. Aku harus bisa menerimanya. Karena akan ada kebahagian setelah kesedihan.
~April Yana~

Azan subuh membangunkan seorang laki-laki yang tertidur di meja belajarnya. Tubuhnya terasa sakit semua. Lemas ditambah dengan pusing membuatnya harus berusaha untuk ke kamar mandi. Setidaknya, dia tidak mau meninggalkan kewajban sholat subuhnya.

Setelah melaksanakan sholat subuh, dia langsung bersiap-siap untuk sekolah. Setelah selesai, Rafi melangkag menuju ruang makan.

Sesampai di sana, dia hanya menemukan tante dan adik sepupunya. Dia tidak melihat omnya.

"Tante, Om ke kama?" tanya Rafi yang berdiri di sisi meja.

"Ke luar kota. Tante gak masak sarapan kamu, lebih baik makan di kantin aja," jawab Mesya tanpa melihat Rafi.

Rafi hanya menghrla napas. Begini nasibnya jika om Reno pergi keluar kota saat pagi hari.

"Yaudah kalau gitu, saya pamit dulu ya, assalamualaikum," kata Rafi pasrah.

Padahal di dalam hatinya, dia ingin makan untuk menanbah energinya yang lemas.

"Waalaikumsalam," jawab Tante dan Vano.

/*\

Sesampai di sekolah, Rafi langsung melangkah pelan menuju kelasnya. Setelah sampai, dia langsung duduk di bangkunya. Hanya beberapa orang yang sudah datang di kelasnya.

Rafi merasa sangat lemas sekarang. Rasa pusing juga semakin sakit dirasanya.

Dia ingin pergi ke kantin untuk memberi rotu berupaya mengganjal perutnya. Namun rasanya, kakinya sudah sangat lemas. Dan mungkin tidur sebentar akan membuatnya baikan.

Ketika bel masuk akan berbunyi sepuluh menit lagi. Kedua sahabatbat Rafi, Andra dan Eza.

Mereka merasa heran ketika melihat Rafi yang tertidur. Karena biasanya di jam segini, Rafi membaca bukunya.

Andra dan Eza menghampiri Rafi dengan rasa penasaran dan khawatir. Dengan berdiri di samping meja Rafi, mereka berupaya untuk membangunkan Rafi.

"Rafi," panggil Andra.

Tidak lama, Rafi mengangkat wajahnya yang pucat. Dia menaikkan satu alisnya menanyakan maksud Andra memanggilnya.

"Muka lo pucat Fi, sakit?" tanya Andra mengintemidasi.

"Gue gak papa, tenang aja," jawab Rafi berusaha tersenyum.

"Tapi muka lo pucat Fi," ucap Eza menambahi.

"Gue beneran gak papa, kalian tenang aja," ungkap Rafi.

Bel masuk berbunyi. Membuat Eza dan Andra hanya bisa menerima dan duduk dibangkunya setelah mengatakan sesuatu pada Rafi.

"Kalau lo sakit, bilang sama kita, kita ini sahabat lo," titah Andra.

"Iya," kata Rafi.

Dan mereka semua belajar dengan tertib ketika guru sudah datang. Rafi berusaha menahan lemas tubuhnya yang ingin tertidur.

Hawa dingin menjalar ke tubuhnya. Membuat Rafi mengambil jaket yang ada di dalam tas dan langsung memakainya.

Andra dan Eza merasa heran dengan Rafi yang tiba-tiba memakai jaket. Padahal saat ini, hawanya tidak dingin sama sekali.

/*\

~389~

Halo semua ...
Aku update part baru nih. Memang cuma sedikit, tapi aku akan usahakan cepat update.

Jangan lupa vote dan komennya ya.

Limited Time ✔ [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang