Ungkap

2K 151 12
                                    

Senin yang cerah. SMA Garuda Bangsa sedang melakukan rutinitas senin, Upacara Bendera.

Ada siswa dan siswi yang ikut upacara. Dan ada juga yang masih terlambat. Peraturan sekolah memang mempercepat jam masuk ketika hari senin. Jadi jangan heran jika masih banyak yang terlambat.

Bahkan, Qaila dan Rafi berada di antara orang-orang yang terlambat. Termasuk hari pertama di mana Rafi terlambat. Pasalnya dia tidak pernah terlambat sebelumnya.

Karena mengerjakan tugas sampai pukul dua dini hari, dia jadi terbangun lebih lama dari sebelumnya.

Sementara Qaila, dia terlambat karena menemani Ibunya menonton film horor. Qaila dan Ibunya memiliki hobi yang sama yakni menonton film horor.

Hingga Qaila terlalu larut dalam menonton dan membuatnya terbangun lebih lama dari biasanya.

Selesai upacara, semua siswa dan siswi sudah diperbolehkan untuk masuk ke kelas masing-masing. Kecuali yang terlambat. Mereka dibariskan di tengah lapangan.

Seorang guru BK berceramah di hadapan mereka.

"Mau jadi apa Bangsa Indonesia kalau kalian terlambat seperti ini hah?!" tukas Ibu Gina--guru BK.

Semua siswa dan siswi hanya diam, menunduk tidak berani untuk menjawab pernyataan atau pertanyaan dari Ibu Gina.

Rafi merasa gelisah. Dia seperti sudah tidak kuat untuk berdiri. Tidak tahu mengapa.

Qaila yang kebetulan berada di sebelahnya merasa heran dengan sikap Rafi. Dia melihat jika Rafi sudah dibanjiri oleh keringat, padahal hari belum terlalu panas. Hanya saja matahari sudah terbit.

"Kakak kenapa?" bisik Qaila.

Rafi menggeleng tanpa menoleh ke arah Qaila. Pasalnya dia sudah tidak tahan untuk melakukan pergerakan apapun.

Qaila mengangkat tangan, membuat Ibu Gina dan para siswa yang terlambat melihat ke arahnya.

"Kenapa?" tanya Ibu Gina.

"Boleh izin bawa teman ke UKS Bu?" tanya Qaila langsung.

"Siapa yang sakit?" tanya Ibu Gina.

Qaila menunjuk Rafi yang hanya menunduk.

"Baiklah, kamu boleh bawa dia. Apa perlu yang lain untuk bantuin?" tanya Ibu Gina.

"Saya sendiri saja Bu," jawab Qaila dan langsung memegang tangan Rafi.

"Kakak aku antar ke UKS, ayo aku bantu," ucap Qaila pada Rafi.

Sementara Rafi hanya menerima. Tidak berani menolak karena memang tubuhnya yang sudah tidak sanggup untuk berdiri.

Dengan bantuan dari Qaila, mereka sampai di UKS. Qaila langsung membantu Rafi untuk  berbaring di ranjang UKS.

Seorang dokter yang memang kerja di UKS sekolah datang menghampiri Rafi dan Qaila.

"Dia kenapa?" tanya Feya--sang dokter pada Qaila.

"Gak tahu Dok, tahu-tahu udah gini aja," jawab Qaila.

Feya langsung memeriksa Rafi dengan stetoskop miliknya.

"Sepertinya dia kelelahan. Kalau gitu tolong kamu jagain dia di sini, kalau ada apa-apa saya ada di ruangan," ucap Feya.

"Baik Dok, terima kasih," ucap Qaila sambil menunduk hormat.

Sepeninggal Feya ke ruangannya. Qaila duduk di samping ranjang Rafi. Sambil menatap Rafi yang memejamkan matanya.

"Gak usah ditatap, entar naksir," ucap Rafi tiba-tiba.

Membuat Qaila tertegun dan langsung salah tingkah. Karena sebenarnya Rafi hanya memejamkan mata, bukan tidur.

"Apaan sih Kak, gak lucu tahu," kata Qaila.

"Yang lagi becanda siapa?" tanya Rafi membuat Qaila diam.

"Iihh apaan sih Kak," ucap Qaila membuat Rafi tertawa kecil.

"Makasih," kata Rafi lalu duduk di ranjangnya.

"Untuk?" tanya Qaila heran.

"Untuk sekarang dan hari-hari sebelumnya. Lo udah berhasil jadi orang yang berarti bagi hidup gue. Lo cewek pertama yang berani datangin gue di saat sendiri di taman belakang, lo cewek pertama yang tahu masalah gue, dan lo cewek pertama yang gue suka," ujar Rafi.

Deg

Apaan ini? batin Qaila.

"Gue sayang sama lo. Gue mau lo selalu ada di samping gue sampai kapanpun itu. Lo mau gak jadi pacar gue?" sambung Rafi dengan yakin.

Qaila diam. Dia masih mencerna baik-baik semua perkataan Rafi. Dia masih tidak percaya apa yang didengarnya sekarang. Karena sejujurnya, dia juga telah menyukai kakak kelasnya ini.

"Qai," panggil Rafi.

"Eh, iya Kak," jawab Qaila gugup.

"Jadi gimana? Lo mau gak jadi pacar gue?" tanya Rafi sekali lagi.

"Iya Kak," jawab Qaila malu.

"Iya apa nih?" tanya Rafi menggoda Qaila.

"Iya aku mau," jelas Qaila lagi.

"Mau apa? Jadi supir angkot?" ucap Rafi menggoda Qaila lagi.

"Mau jadi pacar Kakak. Puas!" ucap Qaila lantang.

Rafi tertawa. Dia sangat menyukai ekspresi Qaila saat ini. Dia sangat menggemaskan.

"Oke, mulai sekarang kamu jadi miliki aku," ucap Rafi dan Qaila hanya mengangguk.

/*\

Halo semuanya...

Update ya.... gimana, gimana kasih komen dong sama part ini. Aku buat sambil senyum-senyum lo :D

Jangan lupa vote dan komennya ya:)

Limited Time ✔ [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang