"Oh ada Qaila. Bisa kita bicara?" tanya sang Dokter.
Dokter sudah mempercayai Qaila sebagai wali Rafi karena hanya dia yang selalu ada saat Rafi di rumah sakit.
"Di sini aja Dok. Mereka berhak tahu," kata Qaila.
"Tahu apaan maksudnya ini?" tanya Eza bingung.
"Dengerin dulu Kak," titah Qaila.
"Baiklah jadi begini. Rafi harus segera mendapatkan donor ginjal. Ginjalnya sudah semakin rusak, dan selama menunggu Rafi harus rutin untuk melakukan cuci darah," ucap Dokter.
"Apa-apaan ini! Rafi sakit apa Dok?" tanya Eza panik.
"Ginjal dia yang tinggal satu sudah rusak," jawab Dokter.
"Gak mungkin ginjal Rafi tinggal satu Dok," kata Eza tidak percaya.
"Tapi itu kenyataannya saya sudah periksa seluruhnya dan Rafi positif mengidap gagal ginjal," ujar Dokter.
"Iya Dok, terima kasih," kata Qaila menengahi.
Dia tidak mau jika Eza mengamuk di sini. Sang Dokter mengangguk lalu meninggalkan mereka.
"Kenapa kalian berdua sembunyikan ini semua? Gue itu siapa sih di sini? Orang lain? Iya!" sarkas Eza.
"Kak maaf, Kak Rafi gak mau lihat sahabatnya tertekan karena dia," kata Qaila memohon.
"Udah Za," ucap Andra.
"Udah lo bilang! Rafi itu sahabat kita gak sih! Dia lebih milih pacarnya yang baru aja dikenalnya dari pada kita sahabatnya yang dari dulu kita sahabatan?" tukas Eza.
"Kak tolong maafin Kak Rafi. Dia gak bisa banyak pikiran Kak. Kalau Kakak benci nanti kondisi Kak Rafi makin parah," kata Qaila.
Eza terdiam. Dia sudah emosi dan tidak bisa jika melihat wajah Rafi.
Eza melangkah meninggalkan Qaila dan Andra. Dia ingin menenangkan pikirannya.
"Lo mau ke mana?" tanya Andra.
"Nenangin otak bentar," jawab Eza.
"Maafin Eza. Dia emang gitu kalau lagi emosi," kata Andra.
"Iya Kak aku ngerti kok," balas Qaila.
Tanpa disangka mereka. Rafi sudah tersadar dari pingsannya. Dan mendengar semua ucapan Eza.
/*\
Rafi sudah dipindahkan di ruang rawat biasa. Qaila ingin ruangan VIP, namun Rafi menolak dan meminta jika dirawat di ruangan biasa saja.
"Kak makan dulu yuk, habis itu minum obat," bujuk Qaila.
"Kakak gak laper Qai," balas Rafi.
Dari tadi Rafi hanya diam. Merasa bersalah pada Eza dan Andra.
Di ruangan itu hanya ada Qaila, Andra menyusul Eza untuk membujuknya melihat Rafi.
"Ayo dong Kak, kalau Kakak gak makan gimana mau minum obat," ucap Qaila lagi.
"Gue bilang enggak ya enggak!" tukas Rafi lalu mencengkram kepalanya.
Qaila panik langsung memanggil dokter untuk memeriksa Rafi.
Qaila menunggu di depan ruangan ketika Rafi sedang diperiksa. Dia sama sekali tidak sakit hati ketika Rafi membentaknya. Karena dia tahu orang yang mengidap gagal ginjal emosinya sedikit labil.
Andra dan Eza datang menghampiri Qaila yang berdiri cemas.
"Kenapa?" tanya Andra.
"Gak tahu Kak. Tadi Rafi aku bujuk untuk makan terus dia bentak aku, tiba-tiba dia kaya cengkram kepalanya Kak," jawab Qaila.
"Yaudah doain yang terbaik," kata Andra.
"Iya Kak," balas Qaila.
"Qai, gue minta maaf karena omongan gue tadi," kata Eza.
"Gak papa Kak, aku tahu kalau Kakak lagi emosi tadi," balas Qaila.
Dokter keluar dari ruangan Rafi. Membuat Qaila, Eza, dan Andra mendekat.
"Gimana keadaannya Dok?" tanya Qaila.
"Dia terlalu banyak pikiran. Saya sudah bilang kalau dia jangan dibebankan apapun," jawab Dokter.
"Jadi sekarang gimana Dok?" tanya Qaila.
"Kondisinya sudah stabil. Mungkin kalau besok sudah lebih baik dia bisa melakukan cuci darah pertama," kata Dokter.
"Baik Dok, terima kasih," bucap Qaila.
/*\
Rafi mengerjapkan matanya. Menyesuaikan cahaya yang masuk.
"Kak Rafi udah sadar. Kakak mau apa?" tanya Qaila.
"Maaf," ucap Rafi pelan.
"Iya Kak gapapa," balas Qaila sambil menggenggam tangan Rafi.
Pintu terbuka, menampilkan Eza dan Andra.
"Gimana keadaan lo?" tanya Andra.
"Maafin gue," kata Rafi yang tidak menjawab pertanyaan Andra.
"Gue gak permasalahkan itu. Itu hak lo mau cerita atau enggak sama kita," kata Andra.
"Za," panggil Rafi.
"Gak perlu merasa bersalah. Berusaha untuk sembuh, gue sama Andra pasti dukung lo," kata Eza.
"Makasih ya," ucap Rafi tersenyum tipis.
"Nah berarti Kakak harus makan," kata Qaila lalu mengambil semangkuk bubur yang baru.
"Yaudah," jawab Rafi pasrah.
Detik demi detik pasti berjalan. Hari demi hari pasti berganti. Matahari pasti bertukar dengan bulan.
Kita tidak tahu apa yang akan terjadi kedepannya. Akankah lebih baik atau sebaliknya.
Berusaha untuk menjadi yang terbaik adalah impian semua orang. Menjadi yang terdepan adalah cita-cita semua orang.
Dan Rafi hanya menginginkan senyum dari orang-orang yang disayangnya.
Dan alasannya akan berjuang untuk sembuh adalah untuk mereka. Mereka yang membuatnya yakin bahwa kehidupan bukan hanya tentang senang.
/*\
Update yeay:)
Lagi rajin nih.
Hmm, kira-kira kalau aku buat grup ada yg mau join gak ya? (Wajib komen)
VOTE N COMENT
KAMU SEDANG MEMBACA
Limited Time ✔ [TERBIT]
Teen Fiction[FOLLOW SEBELUM MEMBACA] Beberapa part dihapus untuk keperluan penerbitan. 🙏 Rafi Angga Dinata, seorang cowok pintar di SMA Garuda Bangsa. Dia berjumpa dengan murid baru bernama Qaila. Awal yang dibilang tidak begitu baik karena sesuatu. Qaila Ayu...