Hari ini, hari pertama Rafi akan melakukan cuci darah. Hanya dua sampai tiga kali dalam seminggu.
Dia banyak berhutang dengan Qaila. Mungkin dia akan menggantinya jika dia sembuh nanti.
Rafi hanya sendiri di ruang rawatnya. Di ruangan itu hanya ada tiga ranjang. Namun, hanya ranjang Rafi yang terisi.
Qaila dan kedua sahabatnya sekolah. Sebenarnya Qaila memaksa untuk tidak sekolah hari ini. Namun, dia melarang dan memaksa Qaila untuk pergi ke sekolah. Dengan ancaman tentunya. Qaila menurut karena Rafi mengancam tidak mau cuci darah kalau Qaila tidak sekolah.
Sama halnya seperti kedua sahabatnya. Dia juga mengancam seperi itu.
Lagi pula menurut Rafi, mereka bisa menjenguk Rafi setelah pulang sekolah. Bukan malah izin satu hari untuk tidak sekolah hanya karena menemani dia untuk cuci darah.
Padahal dia sangat ingin kembali ke sekolah. Berada di rumah sakit terus membuatnya bosan.
Pintu terbuka menampilkan seorang yang tidak dikenal oleh Rafi.
Lelaki itu mendekat ke ranjang Rafi. Membuat Rafi bingung.
"Ada apa ya Kak?" tanya Rafi pada lelaki itu.
"Kenalkan saya Andi. Saya Kakak kandung dari Qaila," katanya memperkenalkan diri.
"Kamu Rafi?" tanya Andi.
"Iya Kak. Ada perlu apa ya Kak?" tanya Rafi.
"Benar kamu dibayar oleh Qaila semua biaya rumah sakit kamu?" tanya Andi memastikan.
"Eh, iya Kak. Tapi aku gak maksa dia Kak. Dia yang maksa aku. Lagian aku juga pasti ganti semua uangnya kok Kak," jawab Rafi.
"Saya bilang sama kamu baik-baik. Tolong jangan gunakan uang Qaila lagi. Saya gak mau kalau Qaila bayarin rumah sakit kamu. Saya gak mau kamu memanfaatkan adik saya. Saya bisa nerima kalau adik saya pacaran sama kamu. Tapi bukan berarti semua masalah kamu dia yang nanggung, ngerti kamu!" hardik Andi.
"I ... iya Kak. Aku minta maaf sebelumnya. Aku akan ganti semua uang yang udah aku pakai dari uang Qaila," ucap Rafi.
"Baiklah, terima kasih," kata Andi lalu meninggalkan ruangan Rafi.
Rafi menghela napasnya. Dia menerimanya. Ini sudah takdirnya. Dia tidak bisa menuntut Tuhan atas apa yang didapatnya.
Rafi akan keluar dari rumah sakit hari ini. Dia akan melapor pada bagian administrasi jika dia sudah diperbolehkan pulang oleh dokter.
Dia memang akan pulang hari ini. Namun, setelah Qaila pulang sekolah. Dia tidak mau jika harus berlama-lama di rumah sakit. Dan biaya rawatnya pasti akan makin mahal.
Cukup dia akan bekerja untuk menambah pengobatannya. Dan mungkin dia tidak akan melakukan cuci darah. Uang gajinya tidak cukup bila harus membayar untuk cuci darah. Apalagi dia menerima gaji hanya satu bulan sekali.
/*\
Di tempat kerjanya. Rafi langsung mengerjakan semua pekerjaannya. Untung saja dia sudah izin jika tidak bekerja selama satu minggu. Walaupun gajinya menjadi taruhannya. Yang penting dia masih bisa bekerja di sana.
"Rafi gue pulang luan ya," kata Bayu.
"Iya Kak," jawab Rafi.
Rafi memang pulang sampai malam. Dan Bayu sampai sore. Ponselnya berdering. Dia tahu itu telepon dari siapa. Rafi langsung mematikan ponselnya.
Dia tidak mau diganggu. Dia hanya ingin bekerja untuk membeli obatnya.
Mata Rafi tidak sengaja bertemu dengan seorang keluarga yang dulu dia berada di tengah-tengah mereka. Dia sangat merindukan om, tante, dan adik sepupunya. Vano sudah dianggap seperti adiknya sendiri.
Melihat mereka sangat hangat membuat Rafi tersenyum. Dia sangat senang jika Vano sudah bisa tersenyum berada di antara orang tuanya.
Rafi menghampiri mereka hanya untuk basa-basi. Setidaknya omnya itu selalu mengirimkannya uang yang lumayan untuk kebutuhan sekolahnya. Walaupun masih banyak sisa yang diberikan omnya. Dia hanya memakai untuk uang sekolahnya. Dan selebihnya hanya dia tabung dan tidak ada maksud untuk biaya kehidupannya.
"Om, Tante, Vano, apa Kabar?" tanya Rafi saat di dekat meja mereka.
"Eh Rafi, kok bisa di sini?" tanya Reno.
"Aku kerja di sini Om," jawab Rafi.
"Yaampun kok kamu kerja sih sayang? Emang uang yang kami kirim gak cukup untuk kehidupan kamu?" tanya Mesya berdiri dan menyuruh Rafi untuk duduk.
"Iya Rafi apa uang yang Om kirim gak cukup?" tanya Reno.
"Aku keluar bentar," celetuk Vano lalu meninggalkan kafe.
Reno dan Mesya merasa tidak enak karena sikap Vano. Rafi hanya bisa menerima.
"Gak papa Om, Tante," ucap Rafi.
"Dan masalah uang yang Om kirim cukup, sangat cukup. Tapi aku gak mau pakai uang Om semua, aku hanya pakai uang Om untuk sekolah aja," kata Rafi.
"Kamu itu masih tanggung jawab kami Rafi. Kalau kamu tidak mau memakai uang yang kami kirim. Kami memaksa kamu untuk kembali ke rumah," kata Reno tegas.
"Iya Rafi. Kamu balik aja ke rumah kami. Tante gak tenang kalau kamu kerja kaya gini. Balik ke rumah ya, Tante mohon," ucap Mesya memohon.
"Yaudah aku balik ke rumah, tapi aku harus kerja di rumah. Aku akan bersih-bersih rumah. Anggap aja sebagai balasan karena om dan tante udah baik sama aku," kata Rafi.
"Baiklah. Tapi kamu gak boleh kecapekan, ingat?" ucap Mesya mengingatkan.
"Iya Tan," jawab Rafi.
"Dan aku kembali karena aku ingin meminta maaf pada Vano. Aku ingin pergi dengan tenang. Aku hanya ingin melihat kalian tersenyum," batinnya.
/*\
Update ya:)
Gimana-gimana makin suka atau udah bosan?
VOTE N COMMENT
KAMU SEDANG MEMBACA
Limited Time ✔ [TERBIT]
Teen Fiction[FOLLOW SEBELUM MEMBACA] Beberapa part dihapus untuk keperluan penerbitan. 🙏 Rafi Angga Dinata, seorang cowok pintar di SMA Garuda Bangsa. Dia berjumpa dengan murid baru bernama Qaila. Awal yang dibilang tidak begitu baik karena sesuatu. Qaila Ayu...