Mereka adalah alasanku untuk berjuang. Berjuang dalam perjuanganku selama ini. Dan mereka juga yang membuatku berambisi untuk selalu membuat mereka tersenyum.
~April Yana~Siang hari sepulang sekolah, Qaila, Eza, dan Andra menuju rumah sakit, tempat Rafi dirawat. Dengan menaiki mobil Andra, akhirnya mereka sampai di rumah sakit setelah dua puluh menit diperjalanan.
Setelah bertanya pada receptionist di mana ruangan Rafi, mereka langsung melangkah ke ruang rawat Rafi. Ruang rawat yang berada di lantai dua dengan nomor pintu dua puluh.
Eza mengetuk pintu setelah menemukan kamar nomor dua puluh. Setelah diberi izin untuk masuk pada orang yang ada di dalam ruangan, mereka akhirnya masuk ke dalam.
Mereka melihat Rafi tengah belajar di atas ranjangnya. Walaupun sakit, Rafi tidak mau ketinggalan pelajaran.
Di dalam ruangan hanya ada Rafi. Tidak ada Reno maupun Mesya. Karena Mesya sudah kembali ke rumah. Dan Reno pergi bekerja. Sebenarnya Reno tidak mau meninggalkan Rafi sendiri. Namun, setelah Rafi meyakinkan Reno bahwa dia baik-baik saja, akhirnya Reno pun pergi ke kantor.
"Woi, udah sehat lo," kata Eza yang langsung duduk di atas ranjang Rafi yang kosong.
Rafi tidak menjawab perkataan Eza. Dia malah sibuk dengan buku cetaknya.
"Aduh sakitnya dikacangin," ucap Eza sambil mengelus dadanya.
"Kak Rafi," panggil Qaila; Rafi menoleh.
"Kenapa?" tanya Rafi yang masih melihat Qaila.
"Kakak belum makan ya?" tanya Qaila.
"Tahu dari mana?" tanya Rafi yang tidak langsung menjawab pertanyaan Qaila.
"Bubur Kakak belum disentuh," jawab Qaila sambil menunjuk semangkuk bubur yang ada di atas nakas.
Rafi hanya diam dan mengalihkan pandangan ke arah lain.
"Makan dong Kak, kalau Kakak mau cepat sekolah, kalau Kakak gak suka bubur, biar aku belikan makanan di kantin rumah sakit, Kakak mau?" tawar Qaila.
"Ehem-ehem, perhatian banget sih lo," kata Eza pada Qaila sambil tersenyum menggoda Qaila.
"Yaudah, gue makan," kata Rafi lalu mengambil semangkuk bubur di atas nakas.
Rafi melahap bubur dengan perlahan. Lidahnya masih terasa pahit. Dia hanya tidak suka jika Qaila digoda oleh Eza.
Padahal dari tadi, Reno sudah membujuknya untuk makan. Tapi lihatlah dia tidak menuruti perintah omnya itu. Sementara jika Qaila yang menyuruh Rafi, anehnya Rafi tidak menolak.
"Gitu dong Kak, dihabiskan ya makanannya. Aku mau keluar bentar ya, mau beli camilan," kata Qaila lalu melangkah dari tempatnya berdiri.
"Yang banyak ya," celetuk Eza membuat Qaila balik badan dan tersenyum.
Dan siang itu dihabiskan oleh candaan Eza yang suka menggoda adik kelas yang baru dikenalnya itu. Andra hanya diam dan sesekali tersenyum. Eza memang cowok yang bisa mencairkan suasana. Sementara Qaila merasa terhibur dengan gaya persahabatan antara Rafi, Eza, dan Andra.
/*\
~397~Halo semuaa
Sesuai pemberitahuan, hari ini aku update ya, dukung ceritaku dengan mengklik simbol bintang yang ada di pojok kiri bawah ya ....
KAMU SEDANG MEMBACA
Limited Time ✔ [TERBIT]
Teen Fiction[FOLLOW SEBELUM MEMBACA] Beberapa part dihapus untuk keperluan penerbitan. 🙏 Rafi Angga Dinata, seorang cowok pintar di SMA Garuda Bangsa. Dia berjumpa dengan murid baru bernama Qaila. Awal yang dibilang tidak begitu baik karena sesuatu. Qaila Ayu...