Aku tidak tahu apakah besok aku masih bernapas. Aku juga tidak tahu kapan aku harus terluka. Yang aku tahu, aku harus bisa membuat mereka tersenyum.
~April Yana~Di kelas XI IPA 1 saat bel masuk berbunyi.
Seorang guru datang dengan seorang siswi di sampingnya. Seorang siswi pindahan dari Bandung.
Sontak satu kelas diam saat melihat siswi cantik yang ada di samping Pak Adi--guru di bidang matamatika.
"Selamat pagi semuanya," sapa Pak Adi.
"Pagi ... Pak!" jawab semua muridnya serentak.
"Nah, hari ini Bapak bawa murid baru, dia pindahan dari Bandung, silakan perkenalkan diri kamu," titah Pak Adi.
"Perkenalkan nama saya Qaila Ayunnisa, saya pindahan dari Bandung," ucap siswi baru bernama Qaila itu.
"Baiklah, silakan kamu duduk di bangku yang kosong," kata Pak Adi sambil menunjuk bangku yang kosong.
Qaila mengangguk dan langsung melangkah ke tempat yang ditunjuk oleh pak Adi.
Dia tersenyum dengan seorang siswi yang akan duduk di sampingnya.
"Hai, nama gue Dea," ucap Dea--yang akan menjadi teman sebangku Qaila.
"Iya, hai," jawab Qaila tersenyum ramah setelah dia duduk di bangkunya.
"Jangan segan sama gue, anggap aja kita udah teman lama," kata Dea ramah.
"Oke," jawab Qaila.
Setelah perkenalan singkat antara Qaila dan Dea, kelas free class. Pak Adi hanya mengantar Qaila sebagai pengganti karena guru yang masuk di kelas XI IPA 1 sedang berhalangan sakit.
Dan waktu itu digunakan oleh mereka untuk berkenalan dengan Qaila.
Qaila merasa senang jika teman-teman barunya sangat ramah. Dia sangat bersyukur bisa diterima di kelas ini.
Selesai berkenalan, mereka kembali ke tempat duduk masing-masing. Tinggallah Qaila, Dea, dan Naila yang masih bercerita. Kebetulan, Naila duduk tepat di depan meja Qaila dan Dea.
"Lo kok pindah Qai? Gue dengar, Bandung itu enak loh," kata Naila penasaran.
Memang, Naila adalah orang yang sangat ingin tahu. Atau sekarang sering disebut dengan 'kepo'.
"Dulu gue juga tinggal di Jakarta, dan waktu SMP kelas dua pindah ke Bandung karena perusahaan papa di Bandung ada masalah, dan sekarang kembali menetap di sini karena perusahaan yang di sana udah berjalan lancar dan memang gue yang minta," jawab Qaila menjelasnya.
"Wih, berarti lo juga orang Jakarta?" tanya Naila.
"Iya, gue gak betah tinggal di Bandung, bukan karena lingkungannya. Di sana teman-teman sekelas gue gak seramah ini, mereka orangnya kaku dan terpaksa gue juga harus ikutan kaku," kata Qaila lalu menyengir.
"Ooh gitu," ucap Naila.
"Eh, nanti bel istirahat, kita kantin yuk," sambung Dea.
"Okesip, aman itu," balas Naila.
"Lo gimana Qai?" tanya Dea.
"Gue mah ikut aja," jawab Qaila.
Obrolan itu terus berlanjut sampai bel masuk berbunyi. Mulai dari bercandaan sampai sedikit serius. Qaila sudah merasa nyaman untuk berbicara dengan Dea dan Naila. Dia sudah menganggap jika Dea dan Qaila adalah saudaranya.
/*\
~418~Halo semua ....
Part selanjutnya update nih, jangan lupa vote dan komennya yaa:)Terus dukung karya aku yaa, karena dukungan kalian akan memotifasiku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Limited Time ✔ [TERBIT]
Teen Fiction[FOLLOW SEBELUM MEMBACA] Beberapa part dihapus untuk keperluan penerbitan. 🙏 Rafi Angga Dinata, seorang cowok pintar di SMA Garuda Bangsa. Dia berjumpa dengan murid baru bernama Qaila. Awal yang dibilang tidak begitu baik karena sesuatu. Qaila Ayu...