Basket

1.8K 145 10
                                    

Bel pulang sekolah sudah berbunyi lima menit yang lalu. Namun, Qaila masih berada di kelas karena dia sedang mengerjakan tugas kelompok.

Di tengah-tengah kegiatannya, Qaila mengingat Rafi. Mereka sudah janji untuk pulang bersama. Qaila lupa untuk memberitahu Rafi.

Dengan cepat dia izin dengan teman sekelompoknya untuk menelepon seseorang. Setelah mendapat persetujuan, dia melangkah keluar kelas untuk menghubungi Rafi.

Panggilan tersambung.

"Halo Kak,"

"Kenapa?"

"Aku kayanya gak bisa pulang bareng deh. Soalnya lagi ngerjain tugas kelompok,"

"Gak papa. Kakak juga lagi latihan basket. Jadi kita bisa pulang bareng. Nanti kalau kamu luan selesai, ke lapangan basket aja tungguin Kakak,"

"Loh Kakak udah sehat? Kok main basket sih,"

"Kamu tenang aja, Kakak udah sehat kok. Yaudah Kakak mau lanjut main dulu,"

"Yaudah deh,"

Qaila memutuskan panggilannya. Dia merasa khawatir dengan Rafi. Pasalnya, Rafi memang sedang kurang enak badan sejak tadi pagi. Dan dia makin khawatir karena sekarang Rafi sedang bermain basket.

/*\

Di tengah lapangan basket. Kedua tim yang dipilih untuk bertanding akan melanjutkan permainan mereka setelah istirahat lima menit.

Tim A, yang beranggota Eza, Rafi, dan Gilang sangat antusias dalam permainan basket itu.

Dan Tim B pun tidak mau kalah dengan Tim A. Mereka saling melempar dan menggiring bola.

Di tengah permainan, tubuh Rafi tidak bisa diajak kompromi. Karena tidak mau tumbang, dia meminta izin untuk istirahat karena sudah lelah.

Wajahnya sudah pucat, sehingga guru yang melatih langsung memberikan izin dan mengganti posisi Rafi.

Mereka melanjutkan permainan. Sementara Rafi duduk di pinggir lapangan. Sambil menahan rasa pusing yang tiba-tiba.

Seseorang menepuk bahunya, dia menoleh dan melihat wajah kekasihnya. Rafi tersenyum lalu mempersilakan Qaila untuk duduk.

"Udah selesai tugas kelompoknya?" tanya Rafi.

"Bagian aku udah Kak, jadi aku udah boleh pulang luan," jawab Qaila.

"Kakak sendiri kok gak main?" tanya Qaila.

"Lagi capek," jawab Rafi.

Qaila mencurigai jika Rafi berbohong. Karena dia melihat wajah Rafi sedikit pucat.

"Jangan bohong deh, Kakak sakit ya," ucap Qaila lalu memegang kening Rafi.

"Tuhkan badan Kakak panas," sambung Qaila.

"Kakak gak papa, beneran deh," kata Rafi meyakinkan.

"Tapi ini badan Kakak panas," sanggah Qaila kesal.

Sebelum Rafi membalas perkataan Qaila. Eza datang di hadapan mereka.

"Aduh ada yang baru jadian nih kayanya," ucap Eza.

"Loh Raf, muka lo kok pucat?" tanya Eza.

"Iya nih Kak. Tadi pagi Kak Rafi gak enak badan, terus malah maksain ikut basket. Jadi panas badannya," jawab Qaila karena Rafi tidak berniat untuk menjawab.

"Yaelah kalau lo masih sakit kenapa gak lo batalin hari ini sih Raf. Gue juga ngerti kali," kata Eza.

"Udah ah pusing pala gue," kata Rafi lalu melangkah meninggalkan Qaila dan Eza untuk mengganti baju.

Eza duduk di samping Qaila yang merasa bingung karena Rafi meninggalkannya tanpa memberitahu ke mana dia pergi.

"Kak Rafi ke mana Kak?" tanya Qaila.

"Palingan ganti baju. Oh iya lo sama dia udah lama pacaran?" jawab dan tanya Eza penasaran.

"Baru aja kok Kak," jawab Qaila malu.

"Gak perlu malu sama gue, Rafi itu sahabat gue. Jadi gue berhak tahu siapa pacar dia," ucap Eza.

"Asal lo tahu aja. Lo adalah cewek pertama yang dia suka. Gak pernah sejarahnya Rafi pacaran. Gue aja baru dengar kalau kalian pacaran tadi pagi," sambung Eza.

"Kak Rafi yang ngasih tahu?" tanya Qaila.

"Iya, dia mana bisa kalau gak cerita sama gue dan Andra," jawab Eza.

Tidak lama Rafi datang dengan membawa tas dipunggungnya.

"Ayo pulang," ajak Rafi lalu menarik tangan Qaila pelan.

"Yaelah, jangan cemburu kali Raf, macam sama siapa aja," ucap Eza.

"Siapa yang cemburu coba? Lo nethink deh. Gue mau cepat sampai rumah," balas Rafi lalu meninggalkan Eza dengan menggandeng tangan Qaila.

Sesampai di parkiran. Rafi langsung memberikan helmnya pada Qaila.

"Loh jadi Kakak pakai apa?" tanya Qaila.

"Keamanan kamu lebih penting," jawab Rafi.

"Jangan gitu Kak. Helm ini Kakak aja yang pakai, aku gak usah, lagian rumahku gak terlalu jauh," kata Qaila lalu memasangkan helm pada Rafi dengan berjinjit.

"Nah ayo pulang," sambung Qaila.

Rafi menghembuskan napasnya lalu menaiki motornya, disusul oleh Qaila.

Dengan kecepatan sedang, Rafi melajukan motornya.

/*\

Update ya....

Jangan lupa vote dan komennya ya ....

Limited Time ✔ [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang