Tawaran

1.9K 154 11
                                    

"Udah sana masuk. Nanti pulang sekolah Kakak antar," ucap Rafi di depan kelas Qaila.

"Iya Kak," jawab Qaila sambil tersenyum.

Rafi mengusap surai Qaila dan melangkah meninggalkannya menunju kelasnya.

Iya, setelah Rafi baikan. Dia memutuskan untuk mengantarkan Qaila sampai ke depan pintu kelas.

Dan Qaila sungguh tidak percaya jika dimulai dari hari ini. Dia dan Rafi resmi berpacaran. Walaupun belum ada yang tahu, tapi Qaila yakin, sebentar lagi berita ini pasti akan tersebar.

Ah sudahlah lebih baik jika dia masuk ke kelas sekarang. Qaila mengetuk pintu dan masuk ke dalam kelas ketika dipersilakan.

"Kenapa kamu terlambat?" tanya Pak Dodi--guru yang mengajar di kelas Qaila.

"Maaf Pak, tadi saya disuruh sama Ibu Gina untuk menjaga siswa yang sakit di UKS," jawab Qaila tak sepenuhnya berbohong.

"Kok bisa kamu yang disuruh?" tanya Pak Dodi lagi.

"Saya gak tahu Pak," jawab Qaila.

"Yasudah, silakan duduk dan jangan terlambat lagi," kata Pak Dodi mempersilakan.

Qaila mengangguk lalu melangkah menuju mejanya. Ditatapnya Dea yang tersenyum penuh arti padanya.

Setelah duduk, Qaila langsung dilayangkan pertanyaan oleh Dea.

"Kenapa sih De, kok lihatinnya sampe gitu banget," kata Qaila risih.

"Astaga. Lo bohong kan kalau disuruh jaga orang sakit? Gue tadi denger kalau lo lagi bicara sama Kak Rafi di depan kelas. Lo kan tahu kalau Pak Dodi itu sedikit gak bisa dengar. Dan walaupun kalian bicaranya tidak terlalu kuat, gue bisa dengar lo," ujar Dea membuat Qaila tersenyum.

"Kak Rafi yang sakit dan gue memang jagain dia, salah di mana coba?" tanya Qaila membuat Dea terdiam sesaat.

"Loh Kak Rafi sakit? Kok bisa?" tanya Dea setelah terdiam beberapa saat.

"Kata Dokternya sih kelelahan," jawab Qaila.

"Sekarang udah baikan?" tanya Dea.

"Udah. Lagian lo kenapa kaya khawatir gitu sih sama Kak Rafi?" tanya Qaila penasaran.

"Dengar ya Qaila. Gue sama adik sepupunya, Vano udah sabatan dari kecil. Dan karena Vano dekat dengan Rafi dari dulu, akhirnya gue juga bisa dekat sama Kak Rafi.

"Tapi itu dulu Qai. Karena sekarang semuanya berubah. Dan sampai sekarang gue gak tahu apa permasalahannya. Vano kaya benci sama Rafi. Dan Rafi tertutup banget semenjak orang tuanya meninggal," ujar Dea.

"Ooh gitu ceritanya. Yaudah deh. Eh kok kita jadi cerita sih? Ada tugas ya?" tanya Qaila.

"Iya ada, gak banyak kok," jawab Dea dan langsung menunjukkan tugas mereka.

/*\

Di kelas Rafi XII IPA 1, sangat beruntung karena guru yang mengajar sedang berhalangan hadir. Dan kesempatan itu, Rafi habiskan untuk berbicara dengan kedua sahabatnya.

"Dari mana lu Raf?" tanya Eza.

"UKS," jawab Rafi singkat.

"Siapa yang sakit?" tanya Andra.

"Gue," jawab Rafi jujur.

"Hah? Sakit apa lo? Orang kaya lo bisa sakit juga ya ternyata," ucap Eza lalu tertawa.

"Apaan sih lo Za. Sakit apa Raf?" tanya Andra.

"Cuma lemas," jawab Rafi.

"Jaga kesehatanlah, udah kelas tiga. Bentar lagi musim ujian," nasihat Andra.

"Iya, santai aja," jawab Rafi.

"Oh iya Raf, gue mau nawarin lo nih," ucap Eza tiba-tiba.

"Apaan?" tanya Rafi.

"Basket lagi kurang pemain satu lagi. Lo kan pande main basket, bisa kali lo gabung sama kami," jawab Eza menjelaskan.

"Kapan?" tanya Rafi.

"Pulang sekolah nanti, lo bisa? Kalau bisa lo nanti di tes terus nanti kalau lulus jadi pemain inti," jelas Eza.

"Yaudah, iya," jawab Rafi.

Dia ingin mempunyai kegiatan. Setidaknya sebelum dia tamat dari sekolahnya, dia sudah pernah berperan dalam salah satu ekstrakulikuler di sekolahnya. Walaupun hanya sebentar karena tidak sampai satu tahun dia sudah tamat dari SMA Garuda Bangsa.

/*\

Part selanjutnya ya...

Gimana, gimana udah bosen ya sama ceritanya? Hehe.

Jangan lupa vote dan komennya guys:)

Limited Time ✔ [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang