Tidak Sekolah

1.8K 153 20
                                    

Di kamar mandi, Rafi sedang memuntahkan semua isi perutnya. Tidak tahu kenapa tiba-tiba saja dia merasa mual. Padahal dia tidak ada makan yang aneh-aneh.

Tubuhnya juga sangat lemas. Wajahnya pucat, matanya sayu. Sungguh bukan penampilan Rafi yang sebenarnya. Dan mungkin hari ini dia tidak akan pergi ke sekolah.

Bukan karena tidak mau berhadapan dengan masalah. Justru jika dia memaksa pergi ke sekolah, pasti akan bahaya baginya jika pingsan saat di kelas.

Dengan langkah tertatih dia melangkah menuju kasurnya. Dan Rafi mengambil ponselnya, mengirimkan pesan pada Qaila untuk membuatkannya surat.

To: Qaila

Qai, tolong buatkan Kakak surat. Kakak gak enak badan.

Tidak sampai lima menit, Qaila langsung membalas pesan Rafi.

From: Qaila

Yaudah, Kakak istirahat ya. Jangan lupa makan, minum obat. Nanti pulang sekolah aku jenguk.

Rafi langsung meletakkan ponselnya di atas nakas. Lalu menidurkan tubuhnya yang sudah sangat lemas.

/*\

Sesampai di sekolah, Qaila langsung menuju kelas Rafi. Dia ingin memberikan surat Rafi yang sudah dibuat olehnya dan ditandatangani oleh mamanya.

Saat di depan kelas Rafi, Qaila melihat Eza sedang duduk dengan memainkan ponselnya.

"kak," panggil Qaila membuat Eza menatapnya.

"Kenapa?" tanya Eza.

"Mau nitip surat Kak Rafi," jawab Qaila sambil memberikan surat Rafi.

"Oh mau hindari masalah dia," tukas Eza.

"Dia sakit Kak, bukan karena masalah itu," terang Qaila.

"Gue gak peduli, kasih surat ini sama yang lain bukan sama gue, dia bukan siapa-siapa gue!" sarkas Eza lalu meninggalkan Qaila.

Qaila hanya diam, lalu memberikan surat pada siswa yang duduk di belakang bangku Eza tadi. Setelah memberikan surat, Qaila langsung kembali ke kelasnya.

Di kelas, Qaila merasa tidak bersemangat. Pasalnya dia sangat mengkhawatirkan Rafi karena Qaila tahu Rafi akan tetap memaksa untuk pergi ke sekolah jika hanya sakit biasa.

"Kenapa sih Qai? Dari tadi gue lihat kaya gak tenang gitu," tanya Dea yang melihat sikap Qaila.

"Kak Rafi lagi ada masalah dan hari ini dia gak datang karena sakit. Gue khawatir banget De," jawab Qaila cemas.

"Lo tenang aja Qai, Kak Rafi pasti cuma sakit biasa," ucap Dea menenangkan.

"Tapi dia biasanya selalu maksa kalau cuma sakit biasa," kata Qaila.

"Iya, tapi lo jangan terlalu cemas. Lo harus fokus juga sama belajar," kata Dea.

Qaila hanya diam. Dia masih memikirkan Rafi, walaupun tidak sekhawatir tadi.

/*\

Sepulang sekolah, dengan cepat Qaila langsung menuju tempat di mana Rafi kos.

Qaila sudah dua kali pergi ke sana. Dan yang punya rumah sangat baik kepadanya. Sehingga membuatnya tidak segan lagi untuk datang ke kapan Rafi. Apalagi jika Rafi sedang sakit.

Setelah meminta izin pada ibu kos, Qaila langsung memasuki kamar Rafi yang tidak terkunci.

Qaila melihat Rafi yang tertidur dengan selimut tebal yang membalut tubuhnya.

Qaila langsung duduk di tepi tempat tidur Rafi. Memegang kening Rafi dengan punggu tangannya.

Rafi menggeliat, dia membuka matanya ketika merasakan keningnya disentuh.

"Qai ... la," panggil Rafi terbata-bata lalu berusaha untuk duduk.

"Udah Kakak jangan duduk kalau gak sanggup, tiduran aja, aku di sini," kata Qaila membantu Rafi untuk tiduran kembali.

"Kita ke rumah sakit ya Kak," bujuk Qaila.

"Gak usah, Kakak gak papa," jawab Rafi lemas.

"Wajah Kakak udah pucat kaya gitu Kakak bilang gak papa? Aku gak suka kalau Kakak sakit kaya gini," ucap Qaila yang sudah menangis.

"Jangan nangis, Kakak gak suka, Kakak udah minum obat, besok juga udah sekolah kok," jawab Rafi berusaha menghapus air mata Qaila.

Qaila langsung memeluk Rafi. Dia sungguh sangat mengkhawatirkan Rafi. Dia tidak mau kehilangan Rafi. Dan dia tidak mau jika Rafi sakit.

"Kakak jangan sakit terus, Qaila gak suka lihatnya," ucap Qaila yang masih memeluk Rafi.

"Iya, makanya kamu jangan nangis biar Kakak gak kepikiran," ucap Rafi mengelus punggung Qaila.

"Aku bawa bubur, Kakak makan ya," ucap Qaila yang sudah melepas pelukannya.

Rafi mengangguk dan berusaha untuk duduk, dengan dibantu oleh Qaila, Rafi akhirnya sudah di posisi duduk. Dengan disanggah bantal di punggungnya.

Qaila menyuapi Rafi dengan telaten. Serta mengelap mulut Rafi yang terkena sisa bubur. Setelah menyuapi Rafi, Qaila memijat tangan Rafi, mengompres Rafi, dan menyuruh Rafi untuk tidur.

Setelah Rafi tertidur, Qaila langsung mengecup kening dan pergi untuk pulang ke rumahnya.

/*\

Ini Part bonus sih, karena semalam baru update:)

Semoga suka ya sama Part ini, jangan lupa vote dan komennya ya.

Dan Part ini sebagai hadiah karena komen kalian yang buat aku semangat, hehe🌝😂

Limited Time ✔ [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang