Sudah Baikan

1.9K 149 14
                                    

Rafi, memutuskan untuk berangkat ke sekolah. Dia tidak mau dianggap melarikan diri dari masalah yang bahkan dia tidak tahu kenapa.

Walaupun dia butuh uang, tapi dia tidak pernah berpikir untuk mencuri uang Pak Roni. Dan sungguh, dia sangat tidak mau jika harus keluar dari tim basket. Dia sudah sangat menyukai basket dari dulu. Dan ketika diberi kesempatan untuk masuk di tim basket, kenapa harus dia dikeluarkan dengan salah yang bahkan dia tidak tahu apa-apa.

Dan bukan itu saja masalahnya. Eza, sahabatnya sendiri tidak percaya padanya.

/*\

Setelah mengantarkan Qaila sampai di depan kelas, Rafi langsung menuju kelasnya.

Saat di koridor, entah kenapa pinggangnya terasa sangat sakit. Dengan langkah tertatih sambil memegang pinggangnya, Rafi berusaha untuk sampai di kelasnya.

Hari masih pagi, jadi masih sedikit siswa yang datang.

Sesampai di kelas, dia melihat hanya Eza yang ada di dalam kelas. Rafi mendekat ke arah Eza, dia akan berusaha untuk menjelaskan pada Eza.

"Eza," panggil Rafi menahan sakit.

"Ngapain lo manggil gue," sarkas Eza.

"Gue mohon dengerin gue dulu, hanya tiga menit, setelah itu gue pergi," kata Rafi memohon.

"Gue gak mau bicara sama lo lagi," tukas Eza lalu melangkah menjauh dari Rafi.

"Eza tung--"

Eza terdiam. Dia tidak mendengar suara Rafi lagi. Ucapan Rafi terpotong. Saat Eza berbalik, dia terkejut melihat Rafi sudah tergeletak di lantai.

Dengan panik dia menghampiri Rafi. Berusaha membangunkan Rafi.

"Raf, bangun Raf," panggil Eza menepuk pipi Rafi.

Rafi tidak bergerak. Dia masih menutup matanya.

Dengan sekuat tenaga Eza membawa Rafi ke UKS.

Sesampai di UKS Rafi diperiksa oleh seorang dokter.

"Gimana Dok teman saya?" tanya Eza cemas.

"Sepertinya dia sedang ada masalah dan tertekan. Dia tidak boleh terlalu tertekan karena sepertinya ada yang tidak beres di tubuhnya. Kalau sepuluh menit lagi dia tidak bangun, tolong panggil saya, kita bawa dia ke rumah sakit," ujar Dokter Rahma.

"Baik Dok, terima kasih," kata Eza.

Setelah itu, dokter Rahma keluar dari UKS. Menyisakan Eza yang masih menunggu Rafi.

Tidak lama setelah itu, Rafi membuka matanya.

"Za," panggil Rafi dengan suara parau.

"Kenapa? Lo butuh apa? Apa yang sakit?" tanya Eza bertubi-tubi.

"Gue yakin lo masih peduli sama gue," kata Rafi tersenyum kecil.

Eza diam lalu berencana untuk meninggalkan Rafi. Dia melupakan kesalahan Rafi karena terlalu kalut tadi.

"Gue mohon dengerin gue Za," mohon Rafi.

Eza berbalik, menatap Rafi dengan tatapan yang tidak dimengerti.

"Gue emang butuh uang. Tapi bukan berarti gue nyuri uang Pak Roni. Gue kerja Za, jadi gue masih ada uang untuk biaya makan gue. Dan soal uang yang ada di tas gue, gue gak tahu apa-apa Za. Gue gak tahu siapa yang letak uang itu di tas gue."

"Terserah lo mau percaya atau enggak. Gue gak peduli. Setidaknya gue udah berusaha untuk jelasin sama lo. Makasih karena lo udah jadi sahabat gue. Dan bahkan lo gak percaya sama gue," ujar Rafi tersenyum.

Eza terdiam. Dia mencerna kata demi kata yang diucapkan oleh Rafi.

Dia salah, dia sudah tidak mempercayai Sahabatnya sendiri. Seharusnya dia harus mencari tahu dulu siapa yang sebenarnya mencuri uang Pak Roni, jangan menuduh sahabat yang sudah dia kenal luar dalam dari SMP.

"Maafin gue Raf, maaf karena gue gak percaya sama lo. Seharusnya gue cari tahu dulu siapa pelakunya, bukan langsung percaya kalau lo yang ngelakuin itu. Dan gue gak tahu kalau lo sekarang kerja Raf," kata Eza sambil menangis.

"Jangan nangis Za. Lo kan cowok, gue gak salahin lo kok. Pasti lo juga bingung kan harus mihak pada siapa. Yang penting gue udah berhasil buat lo percaya pada gue lagi," kata Rafi lalu berusaha untuk duduk yang dibantu oleh Eza.

Pintu UKS terbuka. Menampilkan Andra dengan wajah datarnya.

"Kenapa lo Fi?" tanya Andra.

"Tadi Rafi pingsan Dra. Gue takut banget tadi," jawab Eza memotong ucapan Rafi.

"Ngapain datang sekolah kalau masih sakit Fi?" tanya Andra lagi.

"Ntah tuh bandel banget jadi orang. Lagi sakit juga," jawab Eza lagi.

"Gue nanya Rafi bukan lo," tukas Andra.

"Yaelah gue kan bantu jawab doang, kasihan Rafi masih lemas," kata Eza membela dirinya.

"Terserah lo," kata Andra.

"Kalau lo masih sakit biar gue antar pulang aja," kata Andra pada Rafi.

"Gue balik ke kelas aja, masih sanggup kok gue," balas Rafi.

"Yaudah, kalau gak sanggup bilang," ucap Andra dan Rafi mengangguk.

/*\

Update lagi yeay ....

Lagi ada ide dan pengen nulis soalnya.

Jangan lupa vote dan komennya ya:)

Limited Time ✔ [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang