Pilihan

1.8K 144 22
                                    

Di ruang keluarga. Rafi sedang diintrogasi karena keputusannya untuk kos.

Tentu hal itu sangat disenangi oleh Vano. Tetapi tidak dengan Reno dan Mesya.

Dan di ruang keluarga itu, Rafi sudah siap dengan sebuah koper yang berukuran sedang. Sebelumnya, dia juga sudah menyewa kamar kos dari uang tabungannya. Dan mungkin setelah kos, dia akan bekerja part time.

"Kamu yakin mau ngekos?" tanya Reno.

"Iya Om. Aku udah banyk dibantu sama Om, Tante, dan Vano. Masih bisa sekolah sampai sekarang aja aku udah bersyukur banget. Om sama Tante tenang aja, aku gak akan pernah melupakan jasa kalian," jawab Rafi penuh keyakinan.

"Tapi gimana sama kehidupan kamu sehari-hari? Apa perlu kami mengirimkan uang setiap bulannya?" tanya Mesya.

"Jangan Tan, itu sama aja kalau aku masih bergantung sama Om dan Tante. Aku masih dibiayai untuk sekolah aja aku udah bersyukur, jadi tinggal bagaimana aku mencari makan untukku sendiri. Setidaknya aku harus tahu kalau cari uang itu gak gampang," ujar Rafi.

"Cih, pande banget cari mukanya," cerca Vano.

"Vano jaga sikap kamu!" tegas Reno.

"Belain aja terus belain," kata Vano.

"Udah Om, Vano jangan dimarahin, bagaimanapun dia anak kandung Om dan Tante. Pola pikir kami berbeda, jadi jangan marahin Vano lagi," kata Rafi membela Vano.

"Kalau gitu, aku pamit dulu ya Om, Tante. Assalamualaikum," sambung Rafi lalu mencium punggung tangan Reno dan Mseya bergantian.

Setelahnya, dia membawa kopernya keluar dari rumah. Saat di depan pagar, dia melihat ke belakang. Melihat om dan tantenya sedang menatap kepergiannya.

Aku akan pergi dari rumah ini. Terima kasih sudah memberiku tempat untuk berteduh, batin Rafi.

/*\

Rafi menidurkan badannya di sebuah tempat tidur kecil yang ada di kamar kosnya. Tidak senyaman kamarnya yang lama memang. Namun inilah takdirnya, takdir yang membawanya untuk hidup seperti ini.

Dia tidak pernah menyalahkan takdir. Justru dia masih bersyukur karena diberi kesempatan untuk menghirup udara yang segar.

Deringan ponsel membuatnya duduk lalu mengambil ponselnya di dalam saku.

Tertera nama 'pacar' di layarnya. Berlebihan memang, namun sekarang Qaila-lah yang membuatnya bahagia.

Langsung saja Rafi menggeser ikon hijau.

"Kenapa?"

"Kalau aku kangen boleh gak?"

"Yaudah bentar lagi aku jemput, kita jalan-jalan,"

"Asyik, makasih Kak, aku tutup dulu ya mau siap-siap,"

"Jangan terlalu lebay dandannya. Tanpa make up pun kamu udah cantik,"

"Aah Kakak mulai lagi deh. Udah ah, dah Kak,"

Sambungan telepon dimatikan secara sepihak. Rafi terkekeh karena dia sangat senang menggoda pacarnya yang manis itu.

Dan mungkin membuat Qaila tersenyum adalah pilihannya.

/*\

Update yeayy:)

Maaf ya lama updatenya, belakangan ini aku lagi sibuk sekolah plus lg ada masalah, jadi nulisnya ngandat. Tapi karena aku mikirin pembacaku, aku update deh. Semoga suka ya.

Jangan lupa jejak vote dan komennya yaa:)

Limited Time ✔ [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang