Bingung

1.8K 155 8
                                    

Sesampai di depan rumah Qaila. Dia langsung turun dari motor Rafi dan merapikan rambutnya yang berantakan karena terkena angin.

"Aku masuk dulu ya Kak. Kakak kalau udah sampai rumah, kabarin aku. Terus habis itu makan, minum obat, habis itu istirahat. Kalau masih sakit gak usah dipaksain sekolah besok," cerca Qaila.

"Iya bawel deh," jawab Rafi sambil mengacak rambut Qaila.

"Ish Kak Rafi apaan sih, berantakan lagi kan rambut aku," ucap Qaila sambil memajukan bibirnya.

"Bibirnya gak usah manyun. Lebih cantik kalau kamu senyum," kata Rafi membuat Qaila tersipu.

"Udah ah Kak. Sana-sana," ucap Qaila sambil mendorong pelan bahu Rafi.

Dengan cepat Qaila langsung melangkah meninggalkan Rafi yang terkekeh karena tingkahnya.

Semoga lo selalu bisa tersenyum ya Qai. Lo adalah alasan gue sekarang untuk datang ke sekolah, batin Rafi.

/*\

Motor Rafi berhenti setelah dia sudah sampai di rumahnya. Langsung saja dia membuka helm dan berjalan untuk masuk ke dalam rumah.

Ketika pintu dibuka, dia melihat Vano sedang duduk di depan televisi. Dulu, jika Vano menonton, Rafi adalah orang yang selalu menemani Vano.

Rafi merindukan kenangan itu. Kenangan yang hanya bisa teringat dalam ingatan, tanpa bisa untuk digapai kembali.

Dengan langkah gontai, Rafi berjalan melewati ruang keluarga, tempat Vano menonton televisi.

"Eh Raf, sini lo," ucap Vano membuat Rafi menoleh.

"Kenapa?" tanya Rafi heran.

Vano berdiri lalu menghampiri Rafi. Lalu dia bertepuk tangan di hadapan Rafi sambil tersenyum sinis.

"Hebat ya lo sekarang. Dari dulu lo udah ngambil perhatian papa gue. Dan sekarang lo juga udah ambil perhatian mama gue. Mau lo apa sih sebenarnya? Membuat kedua orang tua gue benci sama gue, iya!?" sarkas Vano menatap tajam Rafi.

Rafi sedikit terkejut dia tidak mengerti apa maksud dari perkataan Vano.

"Maksud lo apa sih Van?" tanya Rafi.

"Alah gak usah sok polos deh lo, tahu gak ke mana Mama gue sekarang? Dia yang biasanya gak pernah belanja untuk keperluan lo, sekarang Mama gue udah beda. Yang biasanya belain gue sekarang dia udah bagi kasih sayangnya sama lo. Dan sekarang lo puas!" cerca Vano.

"Vano, gue gak ada maksud untuk ngambil perhatian orang tua lo sama sekali. Itu karena lo belum bisa banggain orang tua lo. Coba deh lo usaha untuk banggain orang tua lo, bukan orang tua lo aja yang bangga tapi lo juga pasti bangga," ucap Rafi memberi saran.

"Alah banyak alasan lo. Gue gak mau ya kalau lo ambil semuanya, pergi lo dari sini. Mending lo jangan di rumah ini deh. Kalau lo di rumah lo ini, buat gue muak sama sifat lo yang busuk," sarkas Vano lalu meninggalkan Rafi menuju kamarnya.

Rafi diam. Dia memikirkan bagaimana dia sekarang. Apakah dia harus meninggalkan rumah ini? Atau tetap bertahan dengan menambah kebencian Vano untuk dirinya?

/*\

Fast update kan? Hehe

Sekalian mau ucapin makasih atas 8k nya❤️Jangan lupa untuk vote dan komennya ya ....

Semakin banyak komen yang membuat aku senyum-senyum sendiri, aku cepetin update deh, hehe😀

Limited Time ✔ [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang