Chapter 24 : Tanpa Ari.

1.1K 75 25
                                    

Jangan lupa tekan 🌠🌠



🏵🏵🏵

   Minggu pagi, Aisyah terbangun dengan keadaan matanya yang bengap parah. Gak heran karena saat mau tidur pun Aisyah masih menangis. Menangisi Ari yang sekarang nun jauh di Bali, dan menangisi kebodohannya yang menyia-nyiakan mantan sebaik, seganteng, dan setulus Irham Nuran Harir.

   Andai saja waktu bisa diulang.

  Mungkin Aisyah akan selalu menebar senyum manis untuk mantan yang masih ia sayang itu. Dan mungkin Aisyah tidak akan mau mengenal Ata.

   Ah, cowok jahat tunangannya Andira itu. Aisyah benci mengingat namanya. Kalau aja orangtuanya setajir ortu Andira, Aisyah ingin sekali minggat dari Harschool karena malas melihat muka sok ganteng Athala Naufal. Bahkan kalau bisa, Aisyah ingin mendepak cowok itu dari Harschool biarpun udah kelas tiga juga. Sekalian sama tunangannya yang bule itu.

  Tapi waktu mana bisa diulang kembali. Sekarang yang bisa Aisyah lakukan hanya merenungi kebodohannya sendiri. Kenapa dulu dia setergila-gila itu dengan kak Ata. Kenapa dulu dia sangat memuja kak Ata. Kenapa dulu dia sempat berfikir Ata itu jelmaan pangeran dari negeri dongeng. Gila. Dia memang segila itu dulu.

   Otak Aisyah semrawut memikirkan semuanya. Dan mungkin jalan-jalan sepertinya bagus untuk kesehatan psikis. Namun bukannya jalan-jalan ke mall atau ke Monas yang ramai, Aisyah malah nyasar di depan rumah megah dengan pagar bewarna hitam.

   Rumah Ari.

  Rumah itu dalam keadaan kosong. Wajar mengingat pemiliknya lagi holiday. Tapi yang bikin Aisyah shock bukan main, terdapat banner besar yang dipasang di depan pagar dengan tulisan "RUMAH INI DIJUAL TANPA PERANTARA. HUBUNGI JOE : 081xxxxxx299"

    Apa-apaan nih? Rumah Ari dijual? Tapi kenapa Susan gak cerita soal ini semalam? Atau jangan-jangan Susan juga gak tau? Ya Allah sebenarnya apa yang lagi direncanakan Ari? Jual rumah mewahnya terus menetap di Bali? Gak mungkin!

   Aisyah geleng-geleng kepala. Dan hal itu ternyata menjadi perhatian seorang bapak-bapak yang melintas di depannya.

  "Mau cari siapa neng?" Tanyanya.

"Ng... Temen saya. Ari namanya. "

"Ohh nak Ari. Dia lagi pergi sama keluarganya neng. " Aisyah juga udah tau soal itu. Yang dia gak tau soal jual rumah ini.

   "Ng.. rumahnya Ari dijual ya pak?" Tanya Aisyah, berharap bapak-bapak ini tahu sedikit informasi.

  "Iya. " Yess tuh kan tau! "Emang kenapa neng? Mau beli?" Eh, apa sih? Ni bapak-bapak kepo banget.

  "Gak pak, " Aisyah menggeleng. "Nanya aja. "

  Si bapak itu ngangguk-ngangguk. "Tapi ni rumah bagus loh neng. Waktu pertama kali masuk aja saya sampe bengong ngeliatnya. Gueeedee banget. Mana ada gazebo sama kolam renangnya lagi di taman belakang. "

    Aisyah juga tau keleus soal itu mah. Secara dia kan pernah kerja kelompok di rumah Ari. Akhirnya setelah Aisyah hanya diam saja tidak menyahuti lagi, si bapak yang rambutnya udah uban semua pergi.

  Sebenarnya masalah apa yang menimpa perusahaan keluarga Ari sampai harus menjual rumah segala? Ari pasti lagi terpuruk. Makanya dia pergi refreshing ke Bali. Lagi-lagi Aisyah menjadi sedih. Ari selalu ada ketika Aisyah dalam keadaan tidak baik, Ari selalu memberikan bahunya secara gratis. Tapi Aisyah mana? Dia tidak pernah ada di sisi Ari ketika cowok itu membutuhkan dukungan.

   Ari... Gue kangen.

   Menghela nafas panjang, Aisyah mengeluarkan hape dari celana jeans milik Susan yang ia pakai.

   Ari Ari bayi.
   Ri apa kabar?



🏵🏵🏵


    Aisyah 😘
   Ri apa kabar?

    Di tempat berbeda dengan pulau yang berbeda pula, seorang cowok dengan kacamata minusnya membaca pesan WhatsApp yang masuk. Dari gadis itu. Yang setengah mati dia rindukan, namun setengah mati juga ingin dia lupakan.

   Jari-jari Ari bergerak mengetik balasan. Namun detik berikutnya gerakan jarinya terhenti. Dia teringat obrolannya via WhatsApp dengan Ditto malam tadi.

    Dia nyariin Lo Ri. Dia hancur.

  Mendengus pelan, Ari meminum air kelapa yang dipesannya. Benar, Aisyah sedang dalam keadaan tidak baik. Dan Aisyah mencarinya. Seperti yang gadis itu selalu lakukan. Mencari Ari ketika sedih, dan meninggalkan Ari saat sudah bahagia kembali.

   Ari sudah sangat paham.



🏵🏵🏵




   Senin kali ini bagaikan malam Jumat Kliwon yang menyeramkan dengan kesan horor. Aisyah sudah mewanti-wanti diri sendiri dari saat ia naik gojex, kalau apapun yang terjadi di sekolah nanti, dia gak boleh nangis lagi.

  Tapi kadang perasaan suka mengkhianati logika, bukan?

  Perasaan itu kembali menyayat hati. Melihat Ata yang dulu bagaikan malaikat tanpa sayap kini meliriknya pun tidak. Aisyah benci dia masih berharap Ata sedikit menengok kearahnya. Berharap Ata akan tersenyum lantas bilang, "hai Aisyah yang malam Minggu itu cuma prank kok. " Aisyah benci ketika sadar kalau dia belum sepenuhnya menghapus nama laknat itu dari dasar hati. Aisyah benci dia yang selemah ini hanya gara-gara Athala Naufal.

  
    Buk


  "Aww"

  Bersamaan dengan jatuhnya Aisyah karena tertimpuk bola basket, kerumunan siswa yang tidak lain adalah anak basket mendekat.

  Mereka menatap Aisyah dengan tatapan mengingat. Dan ketika sadar, mereka langsung berseru.

  "Oh pho ini ternyata"

  "Dia yang nempelin si Ata itu kan?"

"Waktu itu gue pernah liat dia dibully Andira. "

"Wajar aja sih Andira bully, orang kegatelan. "

  Dan pada akhirnya...

"Cabut kuy, gausah ditolongin. Masih punya kaki kan dia."

   Aisyah tidak menyangka anak-anak basket sejahat itu. Mereka yang melempar bola ke Aisyah, dan tanpa  meminta maaf sama sekali, malah ikut membully-nya seperti siswa-siswi yang lain. Memang, dari pagi tadi sudah banyak cacian, makian bahkan hinaan yang Aisyah terima akibat acara malam Minggu kemarin.

  Kini gelar Aisyah bukan lagi Aisyah-si-mantan-ari-yang-panjat-sosial melainkan Aisyah-si-cewek-kegatelan-yang-hobi-pepet-tunangan-orang. Kreatif sekali para netizen nyinyir itu.
 
  Aisyah bangun dan membersihkan roknya. Kini tidak ada seorang pun yang ingin menjadi temannya. Hanya Susan dan Ditto yang masih setia ada disampingnya. Itu pun Ditto dengan wajah sedatar tembok. Rasanya pantas Aisyah menerima itu. Ditto pasti sangat marah atas perlakuan Aisyah terhadap Ari selama ini.

   Ari... Satu nama itu terlintas di benak Aisyah. Seandainya ada Ari disini, cowok itu pasti akan melindunginya, Ari akan membantunya berdiri ketika jatuh tadi, Ari akan mengulurkan tangan, menjadi perisai, dan menopang Aisyah dari segala badai.

  Seandainya ada Ari... Aisyah pasti tidak akan selemah ini. Karena hanya Ari. Hanya Ari yang sungguh-sungguh menjadi malaikat tanpa sayap-nya.






🏵
🏵
🏵

  

    Cepet kan updatenya? 😁😁

Annoying Ex! ✔✔ (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang