Epilog.

1.3K 70 14
                                    

🏵 selamat membaca 🏵🌌





Flashback

   "Gue bakal kasih apapun yang Lo mau, asal Lo bisa lepasin olimpiade itu buat Aisyah Dir. " Ari menarik nafas panjang. Kata-kata selanjutnya, lebih terdengar penuh kesakitan.

  "Selama dia bahagia, gue akan tetap bahagia."

   Andira sedikit tertegun mendengarnya. Sebenarnya alasan dia membenci Aisyah bukan hanya karena gadis itu menyukai ata-nya. Melainkan juga karena Aisyah terlalu sering membuat sepupu kesayangannya itu sakit hati.

   "Apa pun yang gue mau?" Andira menaikkan alis kirinya. Menimang tawaran Ari yang membuatnya sedikit tertarik.

  "Apa pun. " Ari berkata mantap.

  Satu ide terlintas di fikiran Andira yang penuh akal licik. Ari salah telah membela Aisyah, karena sampai kapan pun Andira siap membuat Aisyah menderita.

   "Gue gak minta apa-apa, karna Lo tau sendiri kan gue udah punya segalanya. " Ujar Andira sombong.

  "Tapi satu yang harus Lo turutin, jangan halangi gue buat nyakitin Aisyah. "

   "Maksud Lo apa?!" Ari terbelalak. "Lo mau nyelakain Aisyah!?"

  Andira tertawa sarkas mendengarnya. "Gue gak sejahat itu babe, "

   Ari mendengus. Mana percaya dia! Sepupunya ini kembarannya Medusa tau.

  Melihat wajah Ari yang mengeras, Andira kembali berujar. "Gue gak bakal bunuh dia, bikin dia cacat, atau lenyapin dia dari bumi ini. "

   "Gue cuma harus nyakitin dia."

  "Aisyah pernah nyakitin Lo?" Tanya Ari dingin . Wajahnya benar-benar tidak bersahabat.

  "Gak, " Andira menggeleng. "Tapi dia selalu nyakitin Lo. "

  Untuk kedua kalinya Ari dibuat terbelalak karena Andira. Alasan apa lagi ini?

  "Urusannya sama Lo apa?!"

  "Urusannya sama gue karna Lo sepupu gue! Gue gak suka lu jadi lemah cuma gara-gara cewek kayak dia! Gue Benci dia nyakitin orang yang gue sayang!" Teriak Andira.

   Ari memijit keningnya. Dari kecil, Andira memang sepupu yang paling dekat dengannya. Andira yang selalu membela Ari ketika cowok itu dimarahi papa Ari, Andira yang selalu ada disaat Ari tidak tahu harus bercerita ke siapa saat dalam masalah. Andira yang dalam hidup Ari statusnya lebih dari sepupu. Dia sudah menjelma menjadi kakak perempuan yang tidak pernah dimiliki Ari.

   Dulu saat mereka masih kecil, Ari selalu suka saat Andira membelanya. Namun kini mengetahui Andira yang begitu melindunginya seperti dulu-- Ari merasa risih. Andira tidak perlu berbuat sejauh itu.

  "Jadi gimana?" Andira kembali bersuara. "Lo mau apa gak?"

  Memutar bola mata, Ari memandang Andira dengan wajah songongnya.

  "Sebenarnya apa yang lagi Lo rencanain Dir?" Tanya Ari mencoba sabar.

  "Yah.. gimana ya Ri, Kalo gue kasih tau Lo namanya bukan rencana lagi." Jawab Andira enteng.

  Ari mengepalkan tangannya. Kalau saja dia tidak ingat ular betina ini adalah saudaranya, mungkin Ari sudah mencekik lehernya sejak tadi.

   "Lama Lo ya mikir doang." Ejek Andira. "Udah deh Ri, Lo tinggal turutin kata-kata gue dan Aisyah kesayangan Lo itu bakal ikut olimpiade. "

  Andira menyeringai. "Lo pengen dia bahagia, kan?"

  Ari memejamkan mata. Apa yang harus dia lakukan sekarang? Sementara ia sendiri saja tidak tahu apa yang akan dilakukan Andira nantinya. Ari tidak ingin melihat Aisyah disakiti, tapi tidak lolos olimpiade juga membuat Aisyah sedih.

   "Cukup dengan gue bikin dia nangis dan dia bakal dapat apa yang dia mau. Segampang itu Irham Nuran Harir. " Suara Andira bagaikan bisikan-bisikan halus yang membuat Ari tenggelam dalam dilema.

  Cuma nangis kan? Batin Ari mengulang kembali kata-kata Andira. Cuma nangis. Gak lebih. Dan gak kenapa-kenapa. Hanya air mata yang bisa dihapus.

   "Oke deal. " Dan Andira dengan senyum puas menarik tangan Ari untuk berjabatan.
 

   Flashback off.


   "Jadi... Begitu?" Aisyah mengetuk-ngetukan jari di atas meja tempat mereka makan.

  Ari mengangguk. "Maaf aku gak sempat lindungi kamu. Dua Minggu kemudian setelah itu, akhirnya aku tau Kalo Andira mau nyakitin kamu lewat Ata. "

  Ari menatap sosok mantan yang sekarang statusnya naik lagi menjadi pacar. Hari Sabtu ini, mereka nongkrong di sebuah cafe di kawasan Bintaro. Sekaligus Aisyah ingin mendengar seluruh cerita tentang Andira dari Ari.

   "Maaf ya Syah. Aku benar-benar minta maaf. Aku gak tau lagi apa yang harus aku lakuin waktu itu. "

  Aisyah masih merenung. Lalu kemudian gadis dengan tinggi 163 cm itu menarik nafas panjang.

  "Kamu gak salah kok. " Aisyah tersenyum manis. Membuat Ari bernafas lega. "Aku tau niat kamu baik. Kalo dipikir-pikir lagi malah salah aku. "

  "Kok jadi salah kamu?" Alis Ari menyatu bingung.

  "Iya aku salah. Kamu kan udah sering bilang ke aku jangan deket-deket sama kak Ata. Tapi aku nya malah ngeyel." Aisyah tertawa. Jenis tawa yang terdengar miris di telinga Ari.

  "Kamu patah hati banget ya gara-gara Ata?" Tanya Ari.

  "Awalnya sih iya, " mata Aisyah memandang lembut keseluruhan wajah Ari. "Tapi semenjak aku kenalin lagi hati aku, aku baru sadar yang aku suka itu kamu. Dari dulu sampe sekarang. Bukan kak Ata."

  "Masa?" Ari ketawa geli. Sengaja untuk meledek Aisyah.

  "Ih iya tau! Kamu gak percaya?" Aisyah memandang jengkel Ari.

  "Gak. Mana buktinya?" Tantang Ari.

"Buktinya aku cemburu waktu Susan bilang dia suka kamu!"

  "Kamu tau?"

"Tau lah! Aku ada di rooftop waktu itu. "

"Aku gak Nerima Susan. "

"Aku tau. "

"Dari siapa?"

"Dari hati kamu." Aisyah nyengir lebar.

"Gombal ya?" Ari geleng-geleng masih sambil tersenyum.

"Gak gombal. " Aisyah ikut menggeleng. "Karena aku tau di hati kamu cuma ada nama aku."

  "Dih sok tau, " Ari tergelak.

  "Aku emang selalu tau. " Aisyah tersenyum bangga. "Kamu kan bucin! Hahahahahahaa"

   Ari menggeram kesal namun tak ayal tetap tertawa dengan sebelah tangannya yang mengacak-acak puncak kepala Aisyah.

   "Untung sayang."



🌌🌌🌌










Epilog beres Yee😁
Gmn msh penasaran?
Udh ketauan kan semuanya wkwk

Bye!✌😘

Annoying Ex! ✔✔ (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang