🍁Bonus Chapter🍁

1K 61 17
                                    

   Selamat datang di universitas bangsa negara

    Aisyah mengelap peluh yang menetesi dahinya. Ini semua gara-gara Ari. Gara-gara nungguin chatnya sampai malam dan belum dibalas sampai pagi ini, Aisyah jadi kesiangan. Sok sibuk banget sih pacarnya itu. Awas aja kalo nanti Aisyah ketemu, dia cuekin Ari biar tau rasa.

   Aisyah yang baru turun dari ojek menatap gerbang universitas yang masih terbuka lebar-- hal yang Aisyah syukuri karena ini bukan SMA yang telat sedikit pintu gerbang langsung ditutup. Dia masuk dengan langkah cepat. Biarpun tidak ada kelas saat ini, tapi notifikasi dari ketua BEM yang mengatakan kalau mereka ada rapat pagi-pagi, tak ayal membuat Aisyah gemetaran.

   Ketua BEM nya itu nyeremin. Tegas, datar, dan tidak pernah menolerir keterlambatan dengan alasan apapun. Tapi dibandingkan ketua BEM nya yang punya tatapan seperti laser, wakil ketua BEM nya jauh lebih menyebalkan.

   "Bagus. Rapat udah mau selesai dan Lo baru datang sekarang?"  

   Tuh kan apa dia bilang.

  Seorang gadis bertubuh tinggi semampai dengan rambut blonde nya menatap Aisyah kesal. Dia wakil ketua BEM yang menurut Aisyah jauh lebih nyeremin daripada ketua nya yang hanya menatap Aisyah tajam tanpa mengeluarkan kata-kata pedas.

   "maaf kak, tadi saya kesiangan. " Aisyah menunduk.

  "Eh, Iqbaal ngasih tau di grup dari malam ya, bukannya baru sekarang. Dan Lo bilang kesiangan? Lo punya alasan yang lebih logis gak sih?"

   Aisyah mengumpat dalam hati. Dasar bule ngeselin! Kalo bukan lagi rapat, udah dia acak-acak rambutnya yang sok badai itu.

   "Udah lah Dir, mungkin juga tadi Aisyah kena macet. Lo tau sendiri jalanan Jakarta gimana kalo pagi. "

   Aisyah menatap penuh terimakasih pada kakak tingkatnya yang bernama Devano. Sedangkan Devano hanya tersenyum kecil, sedikit senang karena berhasil membuat Aisyah melirik kearahnya.

   "Yaudah sana Lo boleh duduk." Ujar Andira masih dengan tampang judesnya.

   Yap, Andira Zahra, musuh bebuyutan Aisyah sejak jaman SMA ternyata melanjutkan kuliah masih di dalam negeri. Aisyah saja sampai shock setengah mati waktu ospek bertemu Andira yang notebane katingnya. Hah, katanya mau kuliah di Harvard, tapi taunya malah nyasar di UBN. Lalu setelah mendengar cerita Ari yang bilang kalau universitas bangsa negara ini masih salah satu milik keluarga Harir, Aisyah jadi paham. Mungkin kalau masih keluarga, dapat potongan bayaran kali ya. Eh tapi kan Andira itu holkay masa maunya yang gratisan. Ah bodo amat lah, yang penting Athala Naufal tidak kuliah juga disini.

   Belum cukup sampai disitu, Aisyah yang memilih masuk BEM ketibang eskul lain, kembali dibuat jantungan karena ternyata Andira juga salah satu anggota BEM. Kenapa sih, hidupnya harus selalu bertemu Andira yang ngeselin?

   Tapi untungnya (biarpun jarang-jarang) Andira tidak lagi semenyebalkan dulu seperti saat mereka SMA. Mereka memang tidak sahabatan, tapi Andira yang sekarang sedikit lebih ramah. Kadangkala jika bertemu Aisyah, gadis itu akan menyapa. Lalu saat melihat Aisyah makan di kantin, dia akan menghampiri dan duduk bareng lalu mengobrol. Hal yang sangat mustahil dilakukan sewaktu mereka SMA.

   Tidak terasa waktu rapat sudah berakhir. Aisyah kembali harus buru-buru karena setengah jam lagi dia akan ada kelas. Ia mengecek ponsel sebentar, memastikan apakah ada notifikasi chat dari Ari atau tidak. Dan, hasilnya tetap sama. Ceklis dua.

     🍁🍁🍁

    "Syah gue duluan ya."

   Aisyah mengangguk pada teman-temannya yang mulai keluar dari kelas. Dia membereskan alat tulis dan berpikir sebentar, biasanya jam segini kalau tidak ada kelas, Ari akan nongkrong di ruang sekretariat musik.

Annoying Ex! ✔✔ (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang